Serapan kedelai lokal di Surakarta capai 8.350 ton
A
A
A
Sindonews.com - Produksi kedelai lokal di wilayah eks-Karisidenan Surakarta mulai bergeliat. Perum Bulog Subdivre III Surakarta berhasil menyerap 8.350 ton di sejumlah sentra penghasil dalam dua pekan masa panen.
Kepala Perum Bulog Subdivre III Surakarta, Edhy Rizwan mengatakan, pasokan kedelai lokal ini dibeli dari petani asal Kabupaten Wonogiri sejak dipanen pada sepekan lalu, yaitu di sentra Baturetno, Baturono, dan Karang Tengah. Hasil panenan ini kemudian dilempar ke pasar Rp8.490 per kilo.
“Penentuan harga ini sudah sesuai keputusan Menteri Perdagangan. Bisa dipastikan tidak ada kelangkaan kedelai karena panenan di sentra penghasil terhitung cukup,” terangnya usai serah terima jabatan di gedung Bakorwil, Minggu (29/09/2013).
Penyaluran kedelai lokal ini menyasar 29 perajin tahu tempe yang tergabung di koperasi Boyolali dan Sukoharjo. Edhy mengklaim pengendalian harga kedelai oleh Bulog mampu menekan fluktuasi harga di wilayah eks-karisidenan Surakarta.
Kenaikan permintaan belum terlihat signifikan, meski tren ini jamak dijumpai di sejumlah daerah. Dipastikan pula pasokan kedelai mencukupi untuk beberapa bulan mendatang, mengingat Jawa Tengah dijatah kedelai impor sebanyak 28.000 ton mulai bulan depan.
Lebih lanjut, pria yang akan bergeser posisi di manajemen pusat Perum Bulog Jakarta ini mengatakan, disiapkan pula pasokan tambahan asal gudang Karangwuni dan Grogol.
Asisten Bidang Pemasaran, Perum Bulog Subdivre III, Bogi Wahyoko menambahkan, panen raya kedelai di wilayah selatan kurang signifikan. “Wilayah Bulukerto juga melakukan panen raya, tapi tidak banyak. Selain itu, ada pula di Nogosari dan Simo Boyolali, yang kuantumnya tidak sebanyak di Wonogiri. Meski begitu tetap kita serap,” ungkap Bogi.
Dikatakannya, satu sentra unit penghasil kedelai rata-rata menghasilkan maksimal 16-37 ton. Untuk lama panen kedelai lokal kini selama dua pekan. Pasokan kedelai impor yang masuk ke wilayah Solo, dijadwalkan mulai tiba pada 6 Oktober sebanyak 2.000 ton dari total pengadaan wilayah Jawa Tengah sebanyak 28.000 ton.
Kepala Perum Bulog Subdivre III Surakarta, Edhy Rizwan mengatakan, pasokan kedelai lokal ini dibeli dari petani asal Kabupaten Wonogiri sejak dipanen pada sepekan lalu, yaitu di sentra Baturetno, Baturono, dan Karang Tengah. Hasil panenan ini kemudian dilempar ke pasar Rp8.490 per kilo.
“Penentuan harga ini sudah sesuai keputusan Menteri Perdagangan. Bisa dipastikan tidak ada kelangkaan kedelai karena panenan di sentra penghasil terhitung cukup,” terangnya usai serah terima jabatan di gedung Bakorwil, Minggu (29/09/2013).
Penyaluran kedelai lokal ini menyasar 29 perajin tahu tempe yang tergabung di koperasi Boyolali dan Sukoharjo. Edhy mengklaim pengendalian harga kedelai oleh Bulog mampu menekan fluktuasi harga di wilayah eks-karisidenan Surakarta.
Kenaikan permintaan belum terlihat signifikan, meski tren ini jamak dijumpai di sejumlah daerah. Dipastikan pula pasokan kedelai mencukupi untuk beberapa bulan mendatang, mengingat Jawa Tengah dijatah kedelai impor sebanyak 28.000 ton mulai bulan depan.
Lebih lanjut, pria yang akan bergeser posisi di manajemen pusat Perum Bulog Jakarta ini mengatakan, disiapkan pula pasokan tambahan asal gudang Karangwuni dan Grogol.
Asisten Bidang Pemasaran, Perum Bulog Subdivre III, Bogi Wahyoko menambahkan, panen raya kedelai di wilayah selatan kurang signifikan. “Wilayah Bulukerto juga melakukan panen raya, tapi tidak banyak. Selain itu, ada pula di Nogosari dan Simo Boyolali, yang kuantumnya tidak sebanyak di Wonogiri. Meski begitu tetap kita serap,” ungkap Bogi.
Dikatakannya, satu sentra unit penghasil kedelai rata-rata menghasilkan maksimal 16-37 ton. Untuk lama panen kedelai lokal kini selama dua pekan. Pasokan kedelai impor yang masuk ke wilayah Solo, dijadwalkan mulai tiba pada 6 Oktober sebanyak 2.000 ton dari total pengadaan wilayah Jawa Tengah sebanyak 28.000 ton.
(gpr)