Melemahnya rupiah tak terkait pemilu 2014
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Daerah (Aspperda) Tonny Uloli menilai pemerintah dapat menghentikan anjloknya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pasalnya dengan cara mengurangi impor barang dari luar negeri, dan sebaliknya menggenjot produksi dalam negeri.
"Itu juga yang dilakukan Pemerintah China, kita harus belajar banyak dari mereka," katanya di Depok, Selasa (1/10/2013).
Menurut Tonny, tertekannya nilai rupiah terhadap dolar bakal terus terjadi hingga 2014 mendatang. Namun, melemahnya nilai rupiah tidak terkait dengan memanasnya suhu politik di Indonesia menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014.
"Melemahnya nilai rupiah murni disebabkan faktor ekternal di negara ini. Dimana Amerika membutuhkan pembiayaan lebih banyak untuk menutupi krisis keuangan dalam negeri," ujarnya.
Wakil Ketua Dewan Penasihat Kamar Dagang Indonesia (Kadin) itu beralasan fluktuasinya nilai tukar dolar atas rupiah tidak bisa dipisahkan dari permainan Amerika Serikat (AS) untuk menekan pertumbuhan ekonomi negaranya. Perekonomian Indonesia, kata dia, hanya terkena dampak permainan tersebut.
"Apalagi Indonesia sekarang ini tengah dililit utang luar negeri yang sangat tinggi, sehingga berdampak luas dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar," kata Tonny.
Dia menambahkan, masyarakat perlu memahami upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menekan laju dolar. walaupun banyak tambang batubara menggunakan standar dolar, akan tetapi tidak mampu menolong terdongkraknya rupiah.
"Kalau pun nantinya nilai tukar dolar terhadap rupiah turun, tapi penurunannya tidak akan signifikan," tutup Tonny.
"Itu juga yang dilakukan Pemerintah China, kita harus belajar banyak dari mereka," katanya di Depok, Selasa (1/10/2013).
Menurut Tonny, tertekannya nilai rupiah terhadap dolar bakal terus terjadi hingga 2014 mendatang. Namun, melemahnya nilai rupiah tidak terkait dengan memanasnya suhu politik di Indonesia menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014.
"Melemahnya nilai rupiah murni disebabkan faktor ekternal di negara ini. Dimana Amerika membutuhkan pembiayaan lebih banyak untuk menutupi krisis keuangan dalam negeri," ujarnya.
Wakil Ketua Dewan Penasihat Kamar Dagang Indonesia (Kadin) itu beralasan fluktuasinya nilai tukar dolar atas rupiah tidak bisa dipisahkan dari permainan Amerika Serikat (AS) untuk menekan pertumbuhan ekonomi negaranya. Perekonomian Indonesia, kata dia, hanya terkena dampak permainan tersebut.
"Apalagi Indonesia sekarang ini tengah dililit utang luar negeri yang sangat tinggi, sehingga berdampak luas dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar," kata Tonny.
Dia menambahkan, masyarakat perlu memahami upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menekan laju dolar. walaupun banyak tambang batubara menggunakan standar dolar, akan tetapi tidak mampu menolong terdongkraknya rupiah.
"Kalau pun nantinya nilai tukar dolar terhadap rupiah turun, tapi penurunannya tidak akan signifikan," tutup Tonny.
(gpr)