Perum Perhutani andalkan komoditi agro
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Dadang Hendaris mengatakan, selain ekowisata, Perhutani juga mengandalkan pendapatan dari komoditas agro hutan bukan kayu.
Komoditi yang dikembangkan, di antaranya gondorukem, terpentin, karet, kayu putih dan madu. Produksi Gondorukem mencapai 10.118 ton/tahun, terpentin 2.267 ton/tahun, kayu putih 89.622 kg/tahun, madu 66.641 kg/tahun, kopi 608.459 kg/tahun, air madu 182.566 liter/tahun, minyak atsiri 6.593 kg/tahun, tanaman obat 10.142 kg/tahun, dan lainnya.
Gondorukem dan terpentin menjadi andalan karena kedua komoditi ini 80 persen berorientasi ekspor dengan negara peminat, seperti Belanda dan China. "Komoditi ini biasanya dijadikan bahan baku komestik. Harga kedua komoditi ini cukup tinggi, sejalan tingginya permintaan dari dalam dan luar negeri," ujar Dadang, Sabtu (12/10/2013).
Perhutani, juga sedang mengembangkan komoditi karet. Saat ini, Perhutani mulai mengembangbiakan tanaman karet di lahan seluas 20.000 ha. Namun, hasil produksi karet baru bisa dirasakan lima tahun ke depan. Karet jadi fokus garapan perusahaan karena harga jualnya tidak pernah turun. Konsumsi karet dunia juga terus meningkat setiap tahun.
Kendati Perhutani terus menggenjot pendapatan komersial, BUMN ini juga terus melakukan pengelolaan hutan lestari untuk kemakmuran rakyat. Pengelolaan yang menyangkut hutan produksi dan lindung ini meliputi pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi. Perusahaannya berhak mengelola hutan dengan berpegangan pada UU 41/1999 mengenai kehutanan dan PP 72/2010.
Paling tidak, ada sekitar 678.000 ha hutan di Jabar dan Banten. Sekitar 568.000 di antaranya berada di wilayah Jabar, seperti Cianjur, Sukabumi, dan Garut, yang memiliki luas hutan terbesar pada kisaran 20.000-60.000 ha.
Komoditi yang dikembangkan, di antaranya gondorukem, terpentin, karet, kayu putih dan madu. Produksi Gondorukem mencapai 10.118 ton/tahun, terpentin 2.267 ton/tahun, kayu putih 89.622 kg/tahun, madu 66.641 kg/tahun, kopi 608.459 kg/tahun, air madu 182.566 liter/tahun, minyak atsiri 6.593 kg/tahun, tanaman obat 10.142 kg/tahun, dan lainnya.
Gondorukem dan terpentin menjadi andalan karena kedua komoditi ini 80 persen berorientasi ekspor dengan negara peminat, seperti Belanda dan China. "Komoditi ini biasanya dijadikan bahan baku komestik. Harga kedua komoditi ini cukup tinggi, sejalan tingginya permintaan dari dalam dan luar negeri," ujar Dadang, Sabtu (12/10/2013).
Perhutani, juga sedang mengembangkan komoditi karet. Saat ini, Perhutani mulai mengembangbiakan tanaman karet di lahan seluas 20.000 ha. Namun, hasil produksi karet baru bisa dirasakan lima tahun ke depan. Karet jadi fokus garapan perusahaan karena harga jualnya tidak pernah turun. Konsumsi karet dunia juga terus meningkat setiap tahun.
Kendati Perhutani terus menggenjot pendapatan komersial, BUMN ini juga terus melakukan pengelolaan hutan lestari untuk kemakmuran rakyat. Pengelolaan yang menyangkut hutan produksi dan lindung ini meliputi pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi. Perusahaannya berhak mengelola hutan dengan berpegangan pada UU 41/1999 mengenai kehutanan dan PP 72/2010.
Paling tidak, ada sekitar 678.000 ha hutan di Jabar dan Banten. Sekitar 568.000 di antaranya berada di wilayah Jabar, seperti Cianjur, Sukabumi, dan Garut, yang memiliki luas hutan terbesar pada kisaran 20.000-60.000 ha.
(dmd)