Awang: Pembangunan rel kereta api juga untuk rakyat
A
A
A
Sindonews.com - Banyaknya penolakan terkait pembangunan rel kereta api di Kalimantan Timur (Kaltim) ditanggapi dingin oleh Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak.
Dia meminta kepada pihak yang tidak setuju pembangunan rel kereta api tersebut agar mempelajari lebih dalam tujuan dari pembangunan tersebut.
"Sebelum menanggapi sesuatu baiknya dipelajari dulu, untuk apa pembangunan rel kereta itu. Seluruh rencana yang disusun tidak hanya untuk pengusaha, melainkan untuk rakyat juga," kata Awang, Senin (21/10/2013).
Nantinya, lanjut dia, jalur kereta api tersebut akan mengantarkan batu bara menuju smelter untuk proses pengolahan dan pemurnian lebih lanjut. Satu smelter, memerlukan sekitar 2.500 tenaga kerja.
"Hanya satu smelter saja sudah sekitar 2.500. Belum lagi yang di Lubuk Tutung, belum lagi nanti di Malinau. Puluhan ribu tenaga kerja akan terserap. Terus, apa itu yang mau ditolak?" tanya Awang.
Membangun sarana perkeretaapian untuk pengangkutan batu bara diakui Awang merupakan rencana awal. Pasalnya, Kaltim tidak mungkin mendapatkan izin pembangunan sarana kereta api dari pemerintah pusat, lantaran dianggap tidak ekonomis.
"Sampai kapanpun kalau kita minta izin untuk kereta api penumpang, tidak mungkin akan diberikan. Karena Kaltim dianggap tidak layak secara ekonomi untuk kereta api penumpang. Makanya ini baru awal," ujar dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, rencana pembangunan jalur kereta api Kutai Barat-Balikpapan yang melalui Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara ditentang sejumlah pihak. Salah satu yang paling ngotot menolak adalah Jaringan Advokasi Tambang (Jatam).
Jatam berkeyakinan, pembangunan rel kereta api itu akan memudahkan angkutan batu bara. Sehingga lebih cepat menguras sumber daya alam Kaltim serta mempercepat kerusakan lingkungan di Kaltim.
Dia meminta kepada pihak yang tidak setuju pembangunan rel kereta api tersebut agar mempelajari lebih dalam tujuan dari pembangunan tersebut.
"Sebelum menanggapi sesuatu baiknya dipelajari dulu, untuk apa pembangunan rel kereta itu. Seluruh rencana yang disusun tidak hanya untuk pengusaha, melainkan untuk rakyat juga," kata Awang, Senin (21/10/2013).
Nantinya, lanjut dia, jalur kereta api tersebut akan mengantarkan batu bara menuju smelter untuk proses pengolahan dan pemurnian lebih lanjut. Satu smelter, memerlukan sekitar 2.500 tenaga kerja.
"Hanya satu smelter saja sudah sekitar 2.500. Belum lagi yang di Lubuk Tutung, belum lagi nanti di Malinau. Puluhan ribu tenaga kerja akan terserap. Terus, apa itu yang mau ditolak?" tanya Awang.
Membangun sarana perkeretaapian untuk pengangkutan batu bara diakui Awang merupakan rencana awal. Pasalnya, Kaltim tidak mungkin mendapatkan izin pembangunan sarana kereta api dari pemerintah pusat, lantaran dianggap tidak ekonomis.
"Sampai kapanpun kalau kita minta izin untuk kereta api penumpang, tidak mungkin akan diberikan. Karena Kaltim dianggap tidak layak secara ekonomi untuk kereta api penumpang. Makanya ini baru awal," ujar dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, rencana pembangunan jalur kereta api Kutai Barat-Balikpapan yang melalui Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara ditentang sejumlah pihak. Salah satu yang paling ngotot menolak adalah Jaringan Advokasi Tambang (Jatam).
Jatam berkeyakinan, pembangunan rel kereta api itu akan memudahkan angkutan batu bara. Sehingga lebih cepat menguras sumber daya alam Kaltim serta mempercepat kerusakan lingkungan di Kaltim.
(izz)