Mebel Jepara hanya sumbang 10% ekspor nasional
A
A
A
Sindonews.com - Meski sudah dikenal luas baik lingkup dalam negeri hingga mancanegara sebagai daerah penghasil mebel dan kerajinan ternama, namun nilai ekspor yang disumbang Kabupaten Jepara, Jawa Tengah secara nasional masih minim.
Pengurus Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Andre Sundrio mengatakan, nilai ekspor secara nasional pada 2012 sebesar 1,7 miliar USD. Dari angka itu, nilai ekspor yang mampu dihasilkan industri mebel Jepara hanya USD118 juta atau hanya 10 persen dari nilai ekspor nasional.
Menurut Andre, nilai ekspor ini masih kalah dengan daerah lain di Indonesia, seperti Surabaya. "Ini angka riil. Jadi sumbangannya untuk ekspor nasional masih kalah dengan sektor lainnya. Karena itu, menjadi tugas bersama untuk meningkatkan nilai ekspor tersebut," katanya di sela-sela acara Roadshow International Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2014 di Maribu, Jepara, Selasa (22/10/2013).
Menurut Andri, ada beberapa penyebab rendahnya sumbangan ekspor mebel asal Jepara. Yakni, mulai dari industri mebel Jepara yang didominasi sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) atau bukan perusahan skala besar.
Selain itu, terbatasnya bahan baku, infrastruktur yang kurang mendukung, daya saing produk masih kalah dengan negara lain hingga belum optimalnya bantuan dari pemerintah.
Karena itu, kata dia, perlu sinergi antara para pelaku usaha produk mebel dan kerajinan dengan pemerintah untuk menaikkan nilai ekspor. Sebab, potensi ekspor produk berbahan kayu tersebut masih sangat terbuka.
Potensi ekspansi ekspor ke pasar-pasar baru selain Amerika Serikat dan Uni Eropa seperti kawasan Asia yaitu Jepang, Taiwan, atau kawasan negara-negara Timur Tengah hingga Eropa Timur semisal Kazakhstan, Uzbekistan dan lain sebagainya.
"Kalau diprosentase produk kita baru bisa menguasai sekitar 2,8 persen pasar mebel dan kerajinan dunia. Kita masih kalah dengan Malaysia atau China. Perlu berbagai langkah terobosan mulai dari sektor hulu hingga hilir agar sumbangan nilai ekspor Jepara terus meningkat dari waktu ke waktu," ujarnya.
Pengurus Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Andre Sundrio mengatakan, nilai ekspor secara nasional pada 2012 sebesar 1,7 miliar USD. Dari angka itu, nilai ekspor yang mampu dihasilkan industri mebel Jepara hanya USD118 juta atau hanya 10 persen dari nilai ekspor nasional.
Menurut Andre, nilai ekspor ini masih kalah dengan daerah lain di Indonesia, seperti Surabaya. "Ini angka riil. Jadi sumbangannya untuk ekspor nasional masih kalah dengan sektor lainnya. Karena itu, menjadi tugas bersama untuk meningkatkan nilai ekspor tersebut," katanya di sela-sela acara Roadshow International Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2014 di Maribu, Jepara, Selasa (22/10/2013).
Menurut Andri, ada beberapa penyebab rendahnya sumbangan ekspor mebel asal Jepara. Yakni, mulai dari industri mebel Jepara yang didominasi sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) atau bukan perusahan skala besar.
Selain itu, terbatasnya bahan baku, infrastruktur yang kurang mendukung, daya saing produk masih kalah dengan negara lain hingga belum optimalnya bantuan dari pemerintah.
Karena itu, kata dia, perlu sinergi antara para pelaku usaha produk mebel dan kerajinan dengan pemerintah untuk menaikkan nilai ekspor. Sebab, potensi ekspor produk berbahan kayu tersebut masih sangat terbuka.
Potensi ekspansi ekspor ke pasar-pasar baru selain Amerika Serikat dan Uni Eropa seperti kawasan Asia yaitu Jepang, Taiwan, atau kawasan negara-negara Timur Tengah hingga Eropa Timur semisal Kazakhstan, Uzbekistan dan lain sebagainya.
"Kalau diprosentase produk kita baru bisa menguasai sekitar 2,8 persen pasar mebel dan kerajinan dunia. Kita masih kalah dengan Malaysia atau China. Perlu berbagai langkah terobosan mulai dari sektor hulu hingga hilir agar sumbangan nilai ekspor Jepara terus meningkat dari waktu ke waktu," ujarnya.
(izz)