BRI mengaku tidak terlibat suap Diebold Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menegaskan perseroan tidak terkait dengan aksi suap dari perusahaan ATM Diebold Indonesia. Bahkan perseroan mengaku sudah tidak menggunakan produk tersebut sejak 2007 silam.
Direktur Utama BBRI, Sofyan Basir mengatakan, perseroan hingga saat ini masih bersih dalam aksi pembelian ATM. Perseroan mengaku melakukan pembelian ATM Diebold sekitar 100-200 unit sepanjang 2006-2007 dari 1.800an mesin ATM berbagai merk yang dibeli perseroan.
"Kami optimistis bersih dari kasus tersebut dan kami mendukung upaya BI dalam menuntaskannya. Sejauh ini kami transparan dalam pembelian," ujar Sofyan dalam jumpa persnya di Jakarta, Rabu (23/10/2013).
Dia menerangkan, perseroan tidak melanjutkan kerja sama karena faktor teknis dan efisiensi harga. Perseroan melakukan pembelian besar-besaran dalam empat tahun terakhir. Selain itu perseroan menegaskan selalu menanggung biaya perjalanan dan akomodasi pegawainya.
"Kami menanggung biaya perjalanan dan akomodasinya. Sehingga kami sangat menjaga dari kemungkinan aksi suap seperti itu. Kami akan terus kumpulkan data untuk memperjelas posisi kami dalam kasus tersebut," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Bank Indonesia (BI) angkat bicara mengenai kasus suap yang dilakukan perusahaan Automatic Teller Machine (ATM) asal Amerika Serikat Diebold Inc kepada tiga Direksi bank BUMN.
Agus meminta agar bank plat merah dimana direksinya menerima suap tersebut diberitahu agar BI sebagai Bank Sentral dapat melakukan pengawasan ke depannya.
"Dikasih tahu dulu banknya itu apa, terus transaksinya seperti apa agar nanti bisa ketahuan, dan bank sentral (BI) bisa melakukan pengawasan dan pemeriksaan," ujarnya di Gedung DPR di hari yang sama.
Direktur Utama BBRI, Sofyan Basir mengatakan, perseroan hingga saat ini masih bersih dalam aksi pembelian ATM. Perseroan mengaku melakukan pembelian ATM Diebold sekitar 100-200 unit sepanjang 2006-2007 dari 1.800an mesin ATM berbagai merk yang dibeli perseroan.
"Kami optimistis bersih dari kasus tersebut dan kami mendukung upaya BI dalam menuntaskannya. Sejauh ini kami transparan dalam pembelian," ujar Sofyan dalam jumpa persnya di Jakarta, Rabu (23/10/2013).
Dia menerangkan, perseroan tidak melanjutkan kerja sama karena faktor teknis dan efisiensi harga. Perseroan melakukan pembelian besar-besaran dalam empat tahun terakhir. Selain itu perseroan menegaskan selalu menanggung biaya perjalanan dan akomodasi pegawainya.
"Kami menanggung biaya perjalanan dan akomodasinya. Sehingga kami sangat menjaga dari kemungkinan aksi suap seperti itu. Kami akan terus kumpulkan data untuk memperjelas posisi kami dalam kasus tersebut," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Bank Indonesia (BI) angkat bicara mengenai kasus suap yang dilakukan perusahaan Automatic Teller Machine (ATM) asal Amerika Serikat Diebold Inc kepada tiga Direksi bank BUMN.
Agus meminta agar bank plat merah dimana direksinya menerima suap tersebut diberitahu agar BI sebagai Bank Sentral dapat melakukan pengawasan ke depannya.
"Dikasih tahu dulu banknya itu apa, terus transaksinya seperti apa agar nanti bisa ketahuan, dan bank sentral (BI) bisa melakukan pengawasan dan pemeriksaan," ujarnya di Gedung DPR di hari yang sama.
(gpr)