Rupiah berpotensi terdepresiasi
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada memperkirakan, laju nilai tukar rupiah masih akan tertekan kuatnya laju dolar Amerika Serikat (USD) yang didorong penguatan data Manufaktur AS yang melebihi estimasi.
"Adanya rilis indeks manufaktur AS yang di atas estimasi membuat laju nilai tukar kurs AS masih menunjukkan kenaikan, sehingga makin menekan laju nilai tukar rupiah yang masih memperpanjang pelemahannya," kata Reza, Rabu (6/11/2013).
Bila menilik pertumbuhan ISM Services bulan Oktober di level 55,4, memang tergolong kian positif bila dibanding data bulan September yang berada di level 54,4. Menurut Reza, dengan penguatan data ekonomi tersebut, peluang The Fed untuk mempercepat tapering off akan menjadi semakin besar dan membuat posisi USD menjadi semakin kuat.
"USD bergerak naik dengan semakin gencarnya spekulasi tapering off akan dipercepat. Di sisi lain, imbas dari rilis kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia masih mewarnai laju pelemahan rupiah," pungkas dia.
Bila melihat kondisi di atas, maka pelemahan rupiah terhadap USD tampaknya memang tak mungkin terelakkan. "Rupiah makin menjauhi target support Rp11.389. Rentang rupiah berada pada kisaran Rp11.415-11.362 mengacu kurs tengah BI," tutup Reza.
Posisi nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg pada Senin (5/11/2013) ditutup di level Rp11.356/USD. Posisi itu terdepresiasi 21 poin dibanding penutupan perdagangan akhir pekan lalu di level Rp11.335/USD.
Adapun, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada awal pekan ini berada di level Rp11.389/USD atau melemah 35 poin dibanding akhir pekan lalu di level Rp11.354/USD.
"Adanya rilis indeks manufaktur AS yang di atas estimasi membuat laju nilai tukar kurs AS masih menunjukkan kenaikan, sehingga makin menekan laju nilai tukar rupiah yang masih memperpanjang pelemahannya," kata Reza, Rabu (6/11/2013).
Bila menilik pertumbuhan ISM Services bulan Oktober di level 55,4, memang tergolong kian positif bila dibanding data bulan September yang berada di level 54,4. Menurut Reza, dengan penguatan data ekonomi tersebut, peluang The Fed untuk mempercepat tapering off akan menjadi semakin besar dan membuat posisi USD menjadi semakin kuat.
"USD bergerak naik dengan semakin gencarnya spekulasi tapering off akan dipercepat. Di sisi lain, imbas dari rilis kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia masih mewarnai laju pelemahan rupiah," pungkas dia.
Bila melihat kondisi di atas, maka pelemahan rupiah terhadap USD tampaknya memang tak mungkin terelakkan. "Rupiah makin menjauhi target support Rp11.389. Rentang rupiah berada pada kisaran Rp11.415-11.362 mengacu kurs tengah BI," tutup Reza.
Posisi nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg pada Senin (5/11/2013) ditutup di level Rp11.356/USD. Posisi itu terdepresiasi 21 poin dibanding penutupan perdagangan akhir pekan lalu di level Rp11.335/USD.
Adapun, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada awal pekan ini berada di level Rp11.389/USD atau melemah 35 poin dibanding akhir pekan lalu di level Rp11.354/USD.
(rna)