Nelayan di Mentawai mampu ekspor kerapu ke Hongkong
A
A
A
Sindonews.com - Para pengusaha tambak di Kepulauatan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) mampu mengekspor ikan kerapu ke Hongkong hingga dua ton tiap tahun.
Setiap tahun terdapat dua ton ikan kerapu dikespor sampai ke Hongkon oleh pengusaha tambak ikan di Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
"Sudah dua tahun kita panen ikan kerapu, orang dari Hongkong langsung ke sini membeli ikan kerapu, inipun masih minim jumlah dua ton tersebut," kata Penguaha ikan kerapu di Kecamatan Sikakap, Mentawai Sumbar, Zaidir, Rabu (6/11/2013).
Menurutnya, jumlah dua ton itu tidak hanya melalui dirinya, namun ada 10 kelompok nelayanan yang memiliki usaha kerambah tersebut. "Kami ada 10 orang yang memiliki usaha ini, sekali panen ada dua ton," katanya.
Untuk usaha kerambah ini, dia mengaku banyak kendala, apalagi dia berada dekat pelabuhan kapal. Pernah mengalami kerugian besar saat membibibitkan ikan kerapu tersebut. Dari 1.000 ekor ikan kerapu yang dibibitkan mati sebanyak 950 ekor akibat tumpahan minyak kapal.
"Kita sudah laporkan kejadian ini ke polisi, namun tidak ada tindak lanjutnya, akhirnya solusi lain kami terpaksa membeli lagi 300 ekor, namun yang bertahan hidup hanya 150 ekor," tuturnya.
Meski mengalami kerugian besar, tapi Zaidir tidak patah semangat, dia terus berusaha untuk memelihara ikan. "Ini karena hobby saya, makannya usaha ikan ini saya kerjakan," ujarnya.
Hobby ini muncul 20 tahun yang lalu ketika dia mendapatkan pelatihan mememlihara ikan, namun baru 2011 dan 2012 ikan itu berhasil dia panen. Ada keinginan pria ini untuk bisa menetaskan telur ikan hingga sukses. Beberapa bak dengan alat pendukung seperti oksigen pun sudah pernah disiapkan untuk mencoba keberuntungan memelihara 30 ribu bayi ikan kerapu. "Semuanya mati, tidak tahu apa sebabnya, inilah karena kita tidak punya ilmunya," ujar dia.
Untuk memperoleh bibit ikan dia harus mendatangkan dari Situbondo, Provinsi Jawa Timur, dengan harga Rp2.300 per sentimeter. Satu ekor bibit, bisa memiliki panjang hingga 8 sentimeter. "Kalau harga seekor bisa mencapai 19 ribu," ujarnya.
Tambak berukuran sekitar 4x4 meter, dia mulai merintis pemeliharaan 300 ekor bibit kerapu macan pada 2010. Kini, ia sudah memiliki sekitar 10 tambak yang berisi 400 ekor kerapu cantang, 37 ekor kerapu tikus, dan ribuan ekor ikan lokal jenis kuwe.
Menurut dia, ikan tersebut bisa tumbuh hingga seberat 0,8-1 kilogram saat dipanen pada usia 1 tahun. Satu kilogram kerapu macan dibanderol dengan harga mencapai Rp105 ribu per kg.
Kerapu tikus merupakan ikan termahal yang dimiliki Zaidir, bibit dibeli dari nelayan tapi bukan dari Situbondo. Dia hanya membeli dari nelayan lokal dengan harga Rp300 ribu per ekor. Saat panen, ikan itu dijual seharga Rp430 ribu per kg. Sementara ikan jenis kuwe dijual seharga Rp20 ribu per kg.
Selama pemeliharaan, biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp11,9 juta untuk pembelian sekitar 1,8 ton pakan selama delapan bulan di samping pakan yang ditangkap sendiri.
Zaidir mengatakan, kalau dibanding dengan modal yang dikeluarkan itu keuntungan masih kecil. Sebab tidak semua bibit yang dipelihara bertahan hidup. Apalagi sebagian besar bibit harus didatangkan dari luar daerah. Itulah sebab dia sulit memenuhi permintaan pasar ekspor yang masih terbuka.
"Dari Rp22,6 juta modal yang dikeluarkan pada 2012, hanya 10 juta keuntungan yang diperoleh, itu belum dihitug tenaga keluar," kata dia.
Selama menjalani usaha tambak tersebut, dia mengeluhkan minimnya bantuan dari pemerintah. Selama dua tahun menjalani bisnisnya itu, petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) tingkat kabupaten maupun provinsi hanya melakukan pemantauan.
Permohonan bantuan pengadaan bibit yang harganya lebih murah dan alat tangkap pun hingga kini belum pernah ditanggapi. "Itu sebabnya kami masih mendatangkan bibit dari Situbondo yang harganya cukup tinggi dan harus ditambah biaya transportasi," keluh Zaidir.
Selain itu, dia juga mengharapkan adanya pelatihan budidaya khususnya teknik tata cara mengawinkan dan pemijahan telur hingga pemeliharaan bayi-bayi kerapu. "Kalau ini bisa, jangankan kita menjual, pengadaan bibit untuk petani yang membutuhkan akan kita layani juga," ujarnya.
Setiap tahun terdapat dua ton ikan kerapu dikespor sampai ke Hongkon oleh pengusaha tambak ikan di Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
"Sudah dua tahun kita panen ikan kerapu, orang dari Hongkong langsung ke sini membeli ikan kerapu, inipun masih minim jumlah dua ton tersebut," kata Penguaha ikan kerapu di Kecamatan Sikakap, Mentawai Sumbar, Zaidir, Rabu (6/11/2013).
Menurutnya, jumlah dua ton itu tidak hanya melalui dirinya, namun ada 10 kelompok nelayanan yang memiliki usaha kerambah tersebut. "Kami ada 10 orang yang memiliki usaha ini, sekali panen ada dua ton," katanya.
Untuk usaha kerambah ini, dia mengaku banyak kendala, apalagi dia berada dekat pelabuhan kapal. Pernah mengalami kerugian besar saat membibibitkan ikan kerapu tersebut. Dari 1.000 ekor ikan kerapu yang dibibitkan mati sebanyak 950 ekor akibat tumpahan minyak kapal.
"Kita sudah laporkan kejadian ini ke polisi, namun tidak ada tindak lanjutnya, akhirnya solusi lain kami terpaksa membeli lagi 300 ekor, namun yang bertahan hidup hanya 150 ekor," tuturnya.
Meski mengalami kerugian besar, tapi Zaidir tidak patah semangat, dia terus berusaha untuk memelihara ikan. "Ini karena hobby saya, makannya usaha ikan ini saya kerjakan," ujarnya.
Hobby ini muncul 20 tahun yang lalu ketika dia mendapatkan pelatihan mememlihara ikan, namun baru 2011 dan 2012 ikan itu berhasil dia panen. Ada keinginan pria ini untuk bisa menetaskan telur ikan hingga sukses. Beberapa bak dengan alat pendukung seperti oksigen pun sudah pernah disiapkan untuk mencoba keberuntungan memelihara 30 ribu bayi ikan kerapu. "Semuanya mati, tidak tahu apa sebabnya, inilah karena kita tidak punya ilmunya," ujar dia.
Untuk memperoleh bibit ikan dia harus mendatangkan dari Situbondo, Provinsi Jawa Timur, dengan harga Rp2.300 per sentimeter. Satu ekor bibit, bisa memiliki panjang hingga 8 sentimeter. "Kalau harga seekor bisa mencapai 19 ribu," ujarnya.
Tambak berukuran sekitar 4x4 meter, dia mulai merintis pemeliharaan 300 ekor bibit kerapu macan pada 2010. Kini, ia sudah memiliki sekitar 10 tambak yang berisi 400 ekor kerapu cantang, 37 ekor kerapu tikus, dan ribuan ekor ikan lokal jenis kuwe.
Menurut dia, ikan tersebut bisa tumbuh hingga seberat 0,8-1 kilogram saat dipanen pada usia 1 tahun. Satu kilogram kerapu macan dibanderol dengan harga mencapai Rp105 ribu per kg.
Kerapu tikus merupakan ikan termahal yang dimiliki Zaidir, bibit dibeli dari nelayan tapi bukan dari Situbondo. Dia hanya membeli dari nelayan lokal dengan harga Rp300 ribu per ekor. Saat panen, ikan itu dijual seharga Rp430 ribu per kg. Sementara ikan jenis kuwe dijual seharga Rp20 ribu per kg.
Selama pemeliharaan, biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp11,9 juta untuk pembelian sekitar 1,8 ton pakan selama delapan bulan di samping pakan yang ditangkap sendiri.
Zaidir mengatakan, kalau dibanding dengan modal yang dikeluarkan itu keuntungan masih kecil. Sebab tidak semua bibit yang dipelihara bertahan hidup. Apalagi sebagian besar bibit harus didatangkan dari luar daerah. Itulah sebab dia sulit memenuhi permintaan pasar ekspor yang masih terbuka.
"Dari Rp22,6 juta modal yang dikeluarkan pada 2012, hanya 10 juta keuntungan yang diperoleh, itu belum dihitug tenaga keluar," kata dia.
Selama menjalani usaha tambak tersebut, dia mengeluhkan minimnya bantuan dari pemerintah. Selama dua tahun menjalani bisnisnya itu, petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) tingkat kabupaten maupun provinsi hanya melakukan pemantauan.
Permohonan bantuan pengadaan bibit yang harganya lebih murah dan alat tangkap pun hingga kini belum pernah ditanggapi. "Itu sebabnya kami masih mendatangkan bibit dari Situbondo yang harganya cukup tinggi dan harus ditambah biaya transportasi," keluh Zaidir.
Selain itu, dia juga mengharapkan adanya pelatihan budidaya khususnya teknik tata cara mengawinkan dan pemijahan telur hingga pemeliharaan bayi-bayi kerapu. "Kalau ini bisa, jangankan kita menjual, pengadaan bibit untuk petani yang membutuhkan akan kita layani juga," ujarnya.
(izz)