Uni Eropa-AS kembali bahas perdagangan bebas
A
A
A
Sindonews.com - Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat memulai pembicaraan putaran kedua atas rencana kerja sama perdagangan bebas terbesar di dunia, di tengah skandal penyadapan yang merusak hubungan mereka.
Juru runding Uni Eropa Ignacio Garcia Bercero bersama Dan Mullaney dari Amerika Serikat, tampak melangkah di depan kamera untuk berjabat tangan, tetapi tidak mengeluarkan pernyataan atas negosiasi Kemitraan Perdagangan dan Investasi Transatlantik (TTIP).
Ini adalah pertemuan kedua setelah Oktober lalu, yang sempat tertunda akibat shutdown pemerintah AS.
Bocoran penyadapan dari mantan intelijen AS, Edward Snowden telah membuat marah negara-negara Eropa, yang memicu desakan dari beberapa kalangan agar pembicaraan TTIP dihentikan.
Perlindungan data pribadi merupakan isu yang sangat sensitif di Eropa mengingat sejarah kediktatoran brutal kiri dan kanan serta kekhawatiran lama bahwa raksasa perusahaan teknologi AS melihatnya lebih dari sebuah komoditas komersial daripada hak asasi manusia (HAM).
Seorang pejabat di Uni Eropa untuk pembicaraan perdagangan mengakui akan ada masalah kepercayaan. Mereka menekankan bahwa Eropa tidak akan berkompromi atas standar perlindungan data pribadi, bahkan ketika harus membahas masalah yang lebih luas transfer informasi.
"Transfer data ... adalah komponen kunci dari ekonomi modern," kata pejabat itu, seperti dilansir dari AFP, Senin (11/11/2013).
Menteri Luar Negeri AS John Kerry, pekan lalu, mendesak para pemimpin Eropa untuk mengabaikan isu penyadapan yang mengganggu jalannya diskusi TTIP, yang akan menciptakan ekonomi paling kuat di planet ini.
Pertemuan putaran ketiga dijadwalkan akan digelar di Washington, pada 16-20 Desember, dan kedua belah pihak menargetkan mencapai kesepakatan final pada akhir 2014. Dimana hubungan tersebut mencakup sekitar 40 persen dari output ekonomi global dan 50 persen dari perdagangan .
Uni Eropa memperkirakan kesepakatan akan membawa manfaat tahunan sebesar 119 miliar euro (USD160 miliar) untuk 28 negara dan 500 juta masyarakat di blok itu, kurang sedikit dari Amerika Serikat.
Juru runding Uni Eropa Ignacio Garcia Bercero bersama Dan Mullaney dari Amerika Serikat, tampak melangkah di depan kamera untuk berjabat tangan, tetapi tidak mengeluarkan pernyataan atas negosiasi Kemitraan Perdagangan dan Investasi Transatlantik (TTIP).
Ini adalah pertemuan kedua setelah Oktober lalu, yang sempat tertunda akibat shutdown pemerintah AS.
Bocoran penyadapan dari mantan intelijen AS, Edward Snowden telah membuat marah negara-negara Eropa, yang memicu desakan dari beberapa kalangan agar pembicaraan TTIP dihentikan.
Perlindungan data pribadi merupakan isu yang sangat sensitif di Eropa mengingat sejarah kediktatoran brutal kiri dan kanan serta kekhawatiran lama bahwa raksasa perusahaan teknologi AS melihatnya lebih dari sebuah komoditas komersial daripada hak asasi manusia (HAM).
Seorang pejabat di Uni Eropa untuk pembicaraan perdagangan mengakui akan ada masalah kepercayaan. Mereka menekankan bahwa Eropa tidak akan berkompromi atas standar perlindungan data pribadi, bahkan ketika harus membahas masalah yang lebih luas transfer informasi.
"Transfer data ... adalah komponen kunci dari ekonomi modern," kata pejabat itu, seperti dilansir dari AFP, Senin (11/11/2013).
Menteri Luar Negeri AS John Kerry, pekan lalu, mendesak para pemimpin Eropa untuk mengabaikan isu penyadapan yang mengganggu jalannya diskusi TTIP, yang akan menciptakan ekonomi paling kuat di planet ini.
Pertemuan putaran ketiga dijadwalkan akan digelar di Washington, pada 16-20 Desember, dan kedua belah pihak menargetkan mencapai kesepakatan final pada akhir 2014. Dimana hubungan tersebut mencakup sekitar 40 persen dari output ekonomi global dan 50 persen dari perdagangan .
Uni Eropa memperkirakan kesepakatan akan membawa manfaat tahunan sebesar 119 miliar euro (USD160 miliar) untuk 28 negara dan 500 juta masyarakat di blok itu, kurang sedikit dari Amerika Serikat.
(dmd)