Analis sarankan PGN akuisisi Pertagas
A
A
A
Sindonews.com - Analis Capital Bridge Haryajid Ramelan menilai, ada baiknya PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengakuisisi Pertamina Gas (Pertagas) yang merupakan anak usaha Pertamina yang bergerak pada sektor pengelolaan gas bumi.
Sebagai salah satu emiten dengan fundamental kuat dan didukung oleh prospek bisnis yang bagus, PGN memiliki sejumlah prasyarat untuk menjadi BUMN gas nasional. Selain telah berpengalaman lebih 40 tahun di bisnis gas, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir PGN mampu membangun infrastruktur gas senilai lebih dari Rp40 triliun.
Berkat fundamental yang baik, emiten yang sahamnya diperdagangkan dengan kode emiten PGAS tersebut, memiliki laverage utang yang sangat besar yaitu mencapai 300 persen daripada modalnya.
Dengan demikian, lanjut Hariajid, perseroan memiliki kapasitas yang cukup besar untuk mendapatkan modal guna membiayai ekspansi bisnisnya. "Diantara banyak emiten energi di bursa, PGN merupakan perusahaan dengan kemampuan pendanaan yang sangat kuat," ujar Haryajid di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Menurut Hariajid, bila PGN mengakuisisi Pertagas, maka selain akan memperkuat PGN secara korporasi konsolidasi bisnis gas bumi itu bakal lebih mempercepat pembangunan infrastruktur dan peningkatan pemanfaatan gas bumi di Indonesia mengingat kedua perusahaan tersebut bergerak pada lini bisnis yang sama.
Hal tersebut, berbeda bila yang terjadi justru sebaliknya dimana Pertamina yang mengakuisisi PGN. "Reputasi PGN sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi GCG akan ikut terpengaruh jika Pertamina masuk ke PGN," kata dia.
Menyoal respon investor perihal isu akuisisi PGN oleh Pertamina yang sebelumnya sempat mencuat, dapat terlihat dari pergerakan harga saham PGN yang terus menurun setelah isu rencana akuisisi PGN oleh Pertamina muncul ke publik.
Dari papan bursa terlihat, sejak awal pekan ini, harga saham PGN sudah turun hingga 5 persen dari Rp4.925 (18/11) menjadi Rp4.675 per saham (21/11). "Penurunan harga saham PGN sejak awal pekan ini, menjadi indikasi pasar menolak rencana akusisi Pertamina," pungkas dia.
Sebagai salah satu emiten dengan fundamental kuat dan didukung oleh prospek bisnis yang bagus, PGN memiliki sejumlah prasyarat untuk menjadi BUMN gas nasional. Selain telah berpengalaman lebih 40 tahun di bisnis gas, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir PGN mampu membangun infrastruktur gas senilai lebih dari Rp40 triliun.
Berkat fundamental yang baik, emiten yang sahamnya diperdagangkan dengan kode emiten PGAS tersebut, memiliki laverage utang yang sangat besar yaitu mencapai 300 persen daripada modalnya.
Dengan demikian, lanjut Hariajid, perseroan memiliki kapasitas yang cukup besar untuk mendapatkan modal guna membiayai ekspansi bisnisnya. "Diantara banyak emiten energi di bursa, PGN merupakan perusahaan dengan kemampuan pendanaan yang sangat kuat," ujar Haryajid di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Menurut Hariajid, bila PGN mengakuisisi Pertagas, maka selain akan memperkuat PGN secara korporasi konsolidasi bisnis gas bumi itu bakal lebih mempercepat pembangunan infrastruktur dan peningkatan pemanfaatan gas bumi di Indonesia mengingat kedua perusahaan tersebut bergerak pada lini bisnis yang sama.
Hal tersebut, berbeda bila yang terjadi justru sebaliknya dimana Pertamina yang mengakuisisi PGN. "Reputasi PGN sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi GCG akan ikut terpengaruh jika Pertamina masuk ke PGN," kata dia.
Menyoal respon investor perihal isu akuisisi PGN oleh Pertamina yang sebelumnya sempat mencuat, dapat terlihat dari pergerakan harga saham PGN yang terus menurun setelah isu rencana akuisisi PGN oleh Pertamina muncul ke publik.
Dari papan bursa terlihat, sejak awal pekan ini, harga saham PGN sudah turun hingga 5 persen dari Rp4.925 (18/11) menjadi Rp4.675 per saham (21/11). "Penurunan harga saham PGN sejak awal pekan ini, menjadi indikasi pasar menolak rencana akusisi Pertamina," pungkas dia.
(gpr)