Perlambatan ekonomi buat IHSG tergerus
A
A
A
Sindonews.com - Dalam beberapa bulan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami tekanan jual yang menyebabkan IHSG harus turun dari level tertingginya di 5.214,97 hingga yang terendah di level 4.026 hanya dalam waktu 3 bulan saja.
Perlambatan ekonomi dan penjualan yang dilakukan oleh investor asing membuat penurunan cepat terjadi. Saat ini pada 2013 telah terjadi penjualan bersih sebesar Rp14,9 triliun.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, The Fed mulai merencanakan untuk mengurangi quantitative easing (QE) menjadi sentimen negatif.
Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menyatakan dapat mulai mengurangi program pembelian aset bulanannya sebesar USD85 miliar pada salah satu pertemuan The Fed berikutnya.
“Tentu saja, saat pertemuan itu berlangsung, pertumbuhan ekonomi AS harus dalam kondisi yang menjanjikan,” kata David dalam risetnya, Minggu (24/11/2013).
Menurutnya, rencana The Fed tersebut sangat mempengaruhi aliran dana asing di Indonesia. Sejak QE diluncurkan pada November 2008, investor asing selalu membukukan pembelian bersih pada pasar modal Indonesia. Pada 2008 Asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp18,6 triliun, 2009 Rp13,2 triliun, 2010 Rp20,9 triliun, 2011 Rp24,29 triliun, dan 2012 Rp15,88 triliun. Total Rp93 trliun dana masuk pada periode tersebut.
Masuknya dana ini mendorong IHSG menguat hingga saat ini berada di level 4.300an. Berkurangnya QE akan membuat aliran dana ini kembali ke negara asalnya.
Dia melanjutkan, yang mengkhawatirkan adalah besarnya dominasi asing di pasar modal Indonesia. Berdasarkan data yang tercatat di KSEI per 1 November 2013, porsi kepemilikan asing di Indonesia adalah sebesar 57,87 persen, sedangkan investor lokal 43,13 persen. “Hal ini tentu membuat besarnya pengaruh aksi jual yang dilakukan asing terhadap pergerakan indeks,” ujar dia.
Masih sedikitnya jumlah investor juga disinyalir membuat masih sedikitnya porsi kepemilikan lokal. Saat ini jumlah investor hanya sebanyak 404 ribu. Ini berarti hanya sebesar 0,2 persen dari total penduduk Indonesia yang berpartisipasi di pasar modal.
Jika pasar modal Indonesia dalam kondisi seperti ini, maka tentu saja pengaruh investor asing menjadi sangat dominan terhadap pergerakan indeks. “Oleh karena itu jumlah dan total investasi investor domestik harus ditingkatkan,” tandas dia.
Perlambatan ekonomi dan penjualan yang dilakukan oleh investor asing membuat penurunan cepat terjadi. Saat ini pada 2013 telah terjadi penjualan bersih sebesar Rp14,9 triliun.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, The Fed mulai merencanakan untuk mengurangi quantitative easing (QE) menjadi sentimen negatif.
Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menyatakan dapat mulai mengurangi program pembelian aset bulanannya sebesar USD85 miliar pada salah satu pertemuan The Fed berikutnya.
“Tentu saja, saat pertemuan itu berlangsung, pertumbuhan ekonomi AS harus dalam kondisi yang menjanjikan,” kata David dalam risetnya, Minggu (24/11/2013).
Menurutnya, rencana The Fed tersebut sangat mempengaruhi aliran dana asing di Indonesia. Sejak QE diluncurkan pada November 2008, investor asing selalu membukukan pembelian bersih pada pasar modal Indonesia. Pada 2008 Asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp18,6 triliun, 2009 Rp13,2 triliun, 2010 Rp20,9 triliun, 2011 Rp24,29 triliun, dan 2012 Rp15,88 triliun. Total Rp93 trliun dana masuk pada periode tersebut.
Masuknya dana ini mendorong IHSG menguat hingga saat ini berada di level 4.300an. Berkurangnya QE akan membuat aliran dana ini kembali ke negara asalnya.
Dia melanjutkan, yang mengkhawatirkan adalah besarnya dominasi asing di pasar modal Indonesia. Berdasarkan data yang tercatat di KSEI per 1 November 2013, porsi kepemilikan asing di Indonesia adalah sebesar 57,87 persen, sedangkan investor lokal 43,13 persen. “Hal ini tentu membuat besarnya pengaruh aksi jual yang dilakukan asing terhadap pergerakan indeks,” ujar dia.
Masih sedikitnya jumlah investor juga disinyalir membuat masih sedikitnya porsi kepemilikan lokal. Saat ini jumlah investor hanya sebanyak 404 ribu. Ini berarti hanya sebesar 0,2 persen dari total penduduk Indonesia yang berpartisipasi di pasar modal.
Jika pasar modal Indonesia dalam kondisi seperti ini, maka tentu saja pengaruh investor asing menjadi sangat dominan terhadap pergerakan indeks. “Oleh karena itu jumlah dan total investasi investor domestik harus ditingkatkan,” tandas dia.
(gpr)