Agus Marto imbau semua pihak tenang
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo meminta semua pihak agar tidak khawatir terhadap nilai tukar rupiah yang pada hari ini menyentuh angka Rp11.800/USD.
Dia mengatakan, BI telah mengambil langkah-langkah seperti menaikkan BI Rate menjadi 7,5 persen untuk menyesuaikan nilai tukar rupiah yang akan melemah.
"Tapi Indonesia saat ini sudah semakin ramping, kondisi lainnya defisit mencapai 3,8 persen. Ini yang kita katakan oke," ujar Agus di JCC, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Meski dia meyakini bahwa tapering off yang akan dilakukan Bank Sentral AS (The Fed) tidak akan terjadi tahun ini, namun dia menyebut beberapa hal yang terjadi di pasar domestik yang meneybabkan rupiah kembali terjerembab.
"Ada permintaan menjelang akhir bulan untuk repatriasi keuntungan dan pembayaran utang serta bunga. Lihat juga jumlah pembayaran utang November lebih tinggi dari Oktober. Jadi, ada kebutuhan dolar swasta," lanjutnya.
Kendati demikian, Agus menerangkan kondisi ini merupakan kondisi fundamental yang mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia yang sesungguhnya.
"Ini adalah satu kondisi yang sudah dipahami oleh BI dan ini faktor-faktornya eksternal, ada yang risk on dan risk off," pungkasnya.
Seperti diketahui, posisi rupiah siang ini menyentuh kisaran Rp11.800/USD. Nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg siang ini berada di level Rp11.829/USD atau melemah dibanding penutupan kemarin di level Rp11.765/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI hari ini di level Rp11.813/USD atau terdepresiasi 48 poin dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp11.765/USD.
Dia mengatakan, BI telah mengambil langkah-langkah seperti menaikkan BI Rate menjadi 7,5 persen untuk menyesuaikan nilai tukar rupiah yang akan melemah.
"Tapi Indonesia saat ini sudah semakin ramping, kondisi lainnya defisit mencapai 3,8 persen. Ini yang kita katakan oke," ujar Agus di JCC, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Meski dia meyakini bahwa tapering off yang akan dilakukan Bank Sentral AS (The Fed) tidak akan terjadi tahun ini, namun dia menyebut beberapa hal yang terjadi di pasar domestik yang meneybabkan rupiah kembali terjerembab.
"Ada permintaan menjelang akhir bulan untuk repatriasi keuntungan dan pembayaran utang serta bunga. Lihat juga jumlah pembayaran utang November lebih tinggi dari Oktober. Jadi, ada kebutuhan dolar swasta," lanjutnya.
Kendati demikian, Agus menerangkan kondisi ini merupakan kondisi fundamental yang mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia yang sesungguhnya.
"Ini adalah satu kondisi yang sudah dipahami oleh BI dan ini faktor-faktornya eksternal, ada yang risk on dan risk off," pungkasnya.
Seperti diketahui, posisi rupiah siang ini menyentuh kisaran Rp11.800/USD. Nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg siang ini berada di level Rp11.829/USD atau melemah dibanding penutupan kemarin di level Rp11.765/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI hari ini di level Rp11.813/USD atau terdepresiasi 48 poin dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp11.765/USD.
(izz)