Pergerakan IHSG berpotensi tertahan
A
A
A
Sindonews.com - Positifnya neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober 2013 yang berimbas pada penguatan nilai tukar rupiah diharapkan bisa menjadi amunisi bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk melaju ke zona hijau di tengah kejatuhan indeks Dow Jones dan harga komoditas logam.
"Nampaknya perjalanan penguatan IHSG berpotensi tertahan dalam perdagangan Selasa ini merujuk kejatuhan Dow Jones, kejatuhan komoditas logam seperti emas dan timah yang masing-masing anjlok 2,49 persen dan 1,31 persen," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Selasa (3/12/2013).
Selain itu, Edwin menjelaskan, kenaikan IHSG pada hari Senin sebesar 65,4 poin (1,54 persen) yang tidak diikuti kenaikan EIDO:US yang justru ditutup stagnan (flat) semakin mendukung potensi tertahannya penguatan IHSG.
Edwin mengatakan, harapan satu-satunya adalah dengan mengamati pergerakan laju nilai tukar rupiah atas dolar Amerika (USD).
"Apakah USD berlanjut melemah atas rupiah, setelah di hari Senin USD melemah Rp195 (1,63 persen) mengikuti euphoria terjadinya trade surplus (surplus neraca perdagangan) bulan Oktober atau euphoria tersebut akan padam alias hanya terjadi short term (bersifat jangka pendek) saja," kata Edwin.
Secara teknikal, IHSG masih membuka peluang penguatan lanjutan. Hanya saja, memang perlu sentimen yang cukup kuat untuk merealisasikan penguatan tersebut. Rentang IHSG diprediksi 4.281-4.373.
“Pola two white soldiers terbentuk atas IHSG mengindikasikan bullish continuation," papar Edwin.
Dari luar negeri, setelah Dow Jones naik tajam selama delapan minggu berturut-turut yang dengan kata lain telah mencatatkan kenaikan 2.982,27 poin (22,76 persen) dari awal tahun 2013 dan seringkali menciptakan rekor tertinggi baru, akhirnya Dow Jones terkena profit taking sebesar.
Tak tanggung-tanggung, Dow langsung tergerus 77,64 poin (0,48 persen) ditutup di level 16.008,77 diiringi kenaikan The Vix sebesar 3,87 persen ditutup di level 14,23.
Kondisi ini terjadi karena investor sulit menemukan alasan kenapa Dow Jones harus menguat lagi dalam perdagangan Senin di tengah kuatnya pertumbuhan ISM Manufacturing bulan November yang naik ke level 57,3 yang merupakan level tertinggi sejak April 2011.
Dengan kata lain, lebih tinggi dari level 56,4 di bulan Oktober atau lebih tinggi dari konsensus ekonom yang memperkirakan ISM Manufacturing akan turun ke level 55,0 di bulan November serta naiknya data construction spending bulan Oktober sebesar 0,8 persen, level tertinggi sejak Mei 2009.
"Nampaknya perjalanan penguatan IHSG berpotensi tertahan dalam perdagangan Selasa ini merujuk kejatuhan Dow Jones, kejatuhan komoditas logam seperti emas dan timah yang masing-masing anjlok 2,49 persen dan 1,31 persen," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Selasa (3/12/2013).
Selain itu, Edwin menjelaskan, kenaikan IHSG pada hari Senin sebesar 65,4 poin (1,54 persen) yang tidak diikuti kenaikan EIDO:US yang justru ditutup stagnan (flat) semakin mendukung potensi tertahannya penguatan IHSG.
Edwin mengatakan, harapan satu-satunya adalah dengan mengamati pergerakan laju nilai tukar rupiah atas dolar Amerika (USD).
"Apakah USD berlanjut melemah atas rupiah, setelah di hari Senin USD melemah Rp195 (1,63 persen) mengikuti euphoria terjadinya trade surplus (surplus neraca perdagangan) bulan Oktober atau euphoria tersebut akan padam alias hanya terjadi short term (bersifat jangka pendek) saja," kata Edwin.
Secara teknikal, IHSG masih membuka peluang penguatan lanjutan. Hanya saja, memang perlu sentimen yang cukup kuat untuk merealisasikan penguatan tersebut. Rentang IHSG diprediksi 4.281-4.373.
“Pola two white soldiers terbentuk atas IHSG mengindikasikan bullish continuation," papar Edwin.
Dari luar negeri, setelah Dow Jones naik tajam selama delapan minggu berturut-turut yang dengan kata lain telah mencatatkan kenaikan 2.982,27 poin (22,76 persen) dari awal tahun 2013 dan seringkali menciptakan rekor tertinggi baru, akhirnya Dow Jones terkena profit taking sebesar.
Tak tanggung-tanggung, Dow langsung tergerus 77,64 poin (0,48 persen) ditutup di level 16.008,77 diiringi kenaikan The Vix sebesar 3,87 persen ditutup di level 14,23.
Kondisi ini terjadi karena investor sulit menemukan alasan kenapa Dow Jones harus menguat lagi dalam perdagangan Senin di tengah kuatnya pertumbuhan ISM Manufacturing bulan November yang naik ke level 57,3 yang merupakan level tertinggi sejak April 2011.
Dengan kata lain, lebih tinggi dari level 56,4 di bulan Oktober atau lebih tinggi dari konsensus ekonom yang memperkirakan ISM Manufacturing akan turun ke level 55,0 di bulan November serta naiknya data construction spending bulan Oktober sebesar 0,8 persen, level tertinggi sejak Mei 2009.
(rna)