Harga gas elpiji 12 Kg di Garut naik Rp6 ribu
A
A
A
Sindonews.com - Harga gas elpiji ukuran 12 kg di Kabupaten Garut, Jawa Barat, naik sebesar Rp6 ribu per tabung atau menjadi Rp79 ribu. Hal ini membuat masyarakat di sana terkejut karena tidak ada pemberitahuan.
Dari informasi yang dihimpun, kenaikan harga gas telah terjadi sejak beberapa hari terakhir. Sejumlah warga mengeluh tidak mengetahui kenaikan harga tersebut.
Salah seorang warga Kecamatan Tarogong Kaler, Kusmo Utomo (40) menuturkan, dirinya terpaksa membeli gas elpiji 12 kg ke agen langsung karena di tingkat pengecer harganya bisa lebih mahal. Dia menyayangkan, pemerintah tidak menyosialisasikan perihal naiknya harga gas elpiji tersebut.
“Kalau ini sudah menjadi kebijakan pemerintah, saya tidak bisa berbuat banyak. Yang saya lakukan hanya membeli gas ke agen agar harganya tidak semahal di pengecer,” kata Kusmo, Sabtu (7/12/2013).
Hal yang sama diutarakan Asep Lesmana (43), warga Kecamatan Garut Kota. Dia mengaku keberatan atas naiknya harga gas ini.
“Rezim pemerintah sekarang bukannya pro terhadap rakyat dengan membuat semua harga menjadi stabil. Malah tambah parah. Semua harga pada naik, bagaimana ini,” ujarnya.
Salah seorang pengecer, Iwan Sahala (35) mengungkapkan, kemungkinan dirinya akan menjual gas elpiji ke pengecer antara Rp82 ribu hingga Rp85 ribu per tabung. Iwan sendiri merasa terpaksa menaikan harga gas ini.
“Kalau dari tingkat agennya sudah ada kenaikan, mau tidak mau kami harus mengikuti. Ya, harganya kita naikkan (harganya) dari yang berlaku di agen,” ucapnya.
Sementara salah seorang agen gas di Garut, Tatang Sumarna (47), mengatakan, kenaikan harga gas terjadi sejak awal Desember lalu. Menurutnya, kenaikan disebabkan oleh adanya perubahan pola distribusi yang ditetapkan Pertamina.
“Sekarang biaya pengangkutan gas elpiji dari stasiun pengisian tidak lagi disubsidi oleh Pertamina, tetapi ditanggung oleh agen elpiji. Makanya, terjadi kenaikan harga karena harus menyesuaikan dengan biaya transport,” jelasnya.
Menurut Tatang, kenaikan harga ini belum berpengaruh banyak terhadap omzet usaha. Sebab, tambah dia, kenaikan harga baru berjalan beberapa hari.
“Saat ini belum kelihatan untuk omzetnya. Mungkin nanti setelah lewat dua atau tiga minggu akan terlihat. Apakah ada penurunan atau tingkat penjualan tetap,” tandasnya.
Dari informasi yang dihimpun, kenaikan harga gas telah terjadi sejak beberapa hari terakhir. Sejumlah warga mengeluh tidak mengetahui kenaikan harga tersebut.
Salah seorang warga Kecamatan Tarogong Kaler, Kusmo Utomo (40) menuturkan, dirinya terpaksa membeli gas elpiji 12 kg ke agen langsung karena di tingkat pengecer harganya bisa lebih mahal. Dia menyayangkan, pemerintah tidak menyosialisasikan perihal naiknya harga gas elpiji tersebut.
“Kalau ini sudah menjadi kebijakan pemerintah, saya tidak bisa berbuat banyak. Yang saya lakukan hanya membeli gas ke agen agar harganya tidak semahal di pengecer,” kata Kusmo, Sabtu (7/12/2013).
Hal yang sama diutarakan Asep Lesmana (43), warga Kecamatan Garut Kota. Dia mengaku keberatan atas naiknya harga gas ini.
“Rezim pemerintah sekarang bukannya pro terhadap rakyat dengan membuat semua harga menjadi stabil. Malah tambah parah. Semua harga pada naik, bagaimana ini,” ujarnya.
Salah seorang pengecer, Iwan Sahala (35) mengungkapkan, kemungkinan dirinya akan menjual gas elpiji ke pengecer antara Rp82 ribu hingga Rp85 ribu per tabung. Iwan sendiri merasa terpaksa menaikan harga gas ini.
“Kalau dari tingkat agennya sudah ada kenaikan, mau tidak mau kami harus mengikuti. Ya, harganya kita naikkan (harganya) dari yang berlaku di agen,” ucapnya.
Sementara salah seorang agen gas di Garut, Tatang Sumarna (47), mengatakan, kenaikan harga gas terjadi sejak awal Desember lalu. Menurutnya, kenaikan disebabkan oleh adanya perubahan pola distribusi yang ditetapkan Pertamina.
“Sekarang biaya pengangkutan gas elpiji dari stasiun pengisian tidak lagi disubsidi oleh Pertamina, tetapi ditanggung oleh agen elpiji. Makanya, terjadi kenaikan harga karena harus menyesuaikan dengan biaya transport,” jelasnya.
Menurut Tatang, kenaikan harga ini belum berpengaruh banyak terhadap omzet usaha. Sebab, tambah dia, kenaikan harga baru berjalan beberapa hari.
“Saat ini belum kelihatan untuk omzetnya. Mungkin nanti setelah lewat dua atau tiga minggu akan terlihat. Apakah ada penurunan atau tingkat penjualan tetap,” tandasnya.
(dmd)