Emirsyah Satar buka rahasia di balik sukses Garuda
A
A
A
SOSOK yang sukses mengantarkan sebuah perusahaan rugi menjadi sehat tidak banyak. Diperlukan pengorbanan, seperti yang dilakukan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Emirsyah Satar.
Dia mengubah maskapai penerbangan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini dari sebelumnya sebagai perusahaan yang selalu mengalami kerugian menjadi sehat. Emirsyah berpikir keras agar perseroan berbalik arah menjadi perusahaan besar dan selalu meraih keuntungan.
Karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki perseroan. Salah satunya dengan melakukan penghematan pengadaan barang dan jasa.
Emirsyah menuturkan, sebelum 2005 perusahaan si "burung besi" ini lengket dengan gratifikasi dan pemborosan. Untuk memajukan Garuda Indonesia, pihaknya melakukan pengetetan dan penghematan pada pembelian barang dan jasa.
Anggaran untuk pengadaan pun tidak kecil, yakni sebesar USD900 juta. Dari anggaran tersebut Emir pun berhasil menghemat hingga 6,8 persen.
"Pada 2005 dan awal 2006 Garuda setiap tahun kita mengadakan pengadaan sales USD900. Saya berpikir harus bisa menghemat 3 persen dalam setiap proses pengadaan. Namun ternyata bisa 6,8 persen," cerita Emir di Istora, Jakarta, Senin (9/12/2013).
Emir menuturkan, kunci keberhasilan penghematan adalah transparan. Menurutnya, transparansi sangat dibutuhkan setiap perusahaan agar semuanya bisa dilihat dengan jelas. Untuk pengadaan barang, Emir juga menyewa konsultan yang menggunakan sistem e-procurement. Dari sistem inilah semuanya dimulai.
"Korupsi dan gratifikasi itu bagaimana kita mengubah kultur cara kita bekerja, cara interaksi dengan mitra, dan lainnya. Di Garuda kita benar-benar lakukan transparansi. Korporasi kita bisa meningkatkan kinerja Garuda cepat tapi bertahap," tutur dia.
Selanjutnya, penghematan pengadaan barang juga dilakukan dengan merubah pola bisnis. Garuda langsung membeli barang dari produsen tanpa menggunakan agen.
"Kalau kita transparan, siapa aja mau berbisnis, kita hanya deal dengan produsen dan tidak mau melalui agen, ban langsung ke pabrik. Kita melakukan itu secara terbuka," pungkas pria yang menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia sejak 2005 ini.
Dia mengubah maskapai penerbangan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini dari sebelumnya sebagai perusahaan yang selalu mengalami kerugian menjadi sehat. Emirsyah berpikir keras agar perseroan berbalik arah menjadi perusahaan besar dan selalu meraih keuntungan.
Karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki perseroan. Salah satunya dengan melakukan penghematan pengadaan barang dan jasa.
Emirsyah menuturkan, sebelum 2005 perusahaan si "burung besi" ini lengket dengan gratifikasi dan pemborosan. Untuk memajukan Garuda Indonesia, pihaknya melakukan pengetetan dan penghematan pada pembelian barang dan jasa.
Anggaran untuk pengadaan pun tidak kecil, yakni sebesar USD900 juta. Dari anggaran tersebut Emir pun berhasil menghemat hingga 6,8 persen.
"Pada 2005 dan awal 2006 Garuda setiap tahun kita mengadakan pengadaan sales USD900. Saya berpikir harus bisa menghemat 3 persen dalam setiap proses pengadaan. Namun ternyata bisa 6,8 persen," cerita Emir di Istora, Jakarta, Senin (9/12/2013).
Emir menuturkan, kunci keberhasilan penghematan adalah transparan. Menurutnya, transparansi sangat dibutuhkan setiap perusahaan agar semuanya bisa dilihat dengan jelas. Untuk pengadaan barang, Emir juga menyewa konsultan yang menggunakan sistem e-procurement. Dari sistem inilah semuanya dimulai.
"Korupsi dan gratifikasi itu bagaimana kita mengubah kultur cara kita bekerja, cara interaksi dengan mitra, dan lainnya. Di Garuda kita benar-benar lakukan transparansi. Korporasi kita bisa meningkatkan kinerja Garuda cepat tapi bertahap," tutur dia.
Selanjutnya, penghematan pengadaan barang juga dilakukan dengan merubah pola bisnis. Garuda langsung membeli barang dari produsen tanpa menggunakan agen.
"Kalau kita transparan, siapa aja mau berbisnis, kita hanya deal dengan produsen dan tidak mau melalui agen, ban langsung ke pabrik. Kita melakukan itu secara terbuka," pungkas pria yang menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia sejak 2005 ini.
(izz)