Harga saham INTA diproyeksi Rp350-500/saham

Selasa, 10 Desember 2013 - 14:52 WIB
Harga saham INTA diproyeksi Rp350-500/saham
Harga saham INTA diproyeksi Rp350-500/saham
A A A
Sindonews.com - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan harga saham PT Intraco Penta Tbk (INTA) untuk 12 bulan sekitar Rp350-500 per lembar saham. Harga saham INTA saat ini di level Rp260 per lembar saham.

Proyeksi harga saham tersebut didukung dimulainya tren peningkatan harga batu bara sejak akhir Oktober tahun ini, dimana harga komoditas tambang itu kembali berada di atas USD80 per ton.

"Selain itu, datangnya musim dingin mendatang di sejumlah negara yang dapat meningkatkan permintaan batu bara," kata analis Pefindo Guntur Tri Hariyanto dalam risetnya, Selasa (10/12/2013).

Di samping itu, meski produksi alat berat menurun sebesar 28 persen sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini seiring dengan menurunnya produksi yang diperkirakan sekitar 20 persen, namun jasa penyewaan INTA menyediakan alternatif bagi pemilik bisnis.

"Hal itu memungkinkan mereka untuk mengantisipasi siklus bisnis yang lemah," ujar dia.

Perseroan berencana memperkuat bisnis jasa penyewaan dan menambah sekitar 30-40 unit alat berat untuk disewakan pada tahun ini. Pendapatan sewa tercatat melonjak 45 persen sepanjang sembilan bulan pertama 2013.

Agka itu lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang naik 77 persen, namun kontribusi bisnis meningkat menjadi 5,3 persen dibanding 2011 sekitar 2,5 persen.

"Meskipun pendapatan menurun 14 persen di 2012 dan turun 5 persen di sembilan bulan pertama tahun ini, kami memperkirakan INTA membukukan pertumbuhan moderat sekitar 6 persen," prediksi Guntur.

Hal itu mempertimbangkan adanya indikasi permintaan alat berat akan sedikit rebound. Selain itu, bisnis sewa guna usaha (leasing), suku cadang (spareparts) dan pemeliharaan alat berat (maintenance) diprediksi akan tumbuh positif.

Pefindo memproyeksikan, pendapatan INTA di penghujung tahun bisa mencapai Rp2,74 triliun atau naik 5,4 persen dibanding tahun lalu senilai Rp2,6 triliun.

Akibat menyusutnya permintaan global dan jatuhnya harga komoditas yang berlangsung lama, perseroan diprediksi akan membukukan kerugian sebesar Rp222 miliar di akhir 2013, sedangkan tahun lalu mencatat laba bersih senilai Rp30 miliar.

Sementara pada kuartal III/2013, perseroan mencatat rugi Rp165 miliar dengan pendapatan tercatat sebesar Rp1,96 triliun.

Namun mulai membaiknya harga batu bara dan permintaan akan memberi imbas positif pada tahun depan. Diprediksi laba bersih perseroan pada 2014 bisa sama dengan tahun lalu, yakni Rp30 miliar, dengan pendapatan meningkat menjadi Rp3,16 triliun.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7942 seconds (0.1#10.140)