IHSG sepekan terkoreksi 5,96 poin
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini mengalami koreksi 5,96 poin atau 0,14 persen. Koreksi ini lebih baik dibanding pekan sebelumnya yang anlok 75,65 poin atau 1,78 persen.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, pelemahan IHSG tersebut diikuti dengan pemelahan yang terjadi pada indeks ISSI yang susut 0,47 persen dan indeks DBX tergerus 0,21 persen.
"Di sisi lain, laju indeks sektoral mayoritas variatif," kata dia dalam risetnya, Minggu (15/12/2013).
Indeks keuangan memimpin penguatan dengan kenaikan 0,92 persen, diikuti konsumer naik 0,83 persen. Sedangkan, indeks properti menyusut 1,7 persen dan perkebunan berkurang 1,63 persen.
Reza menuturkan, sentimen negatif sepanjang pekan ini masih menghantui IHSG. Sepanjang pekan ini, asing kembali menurun aksi jualannya hingga Rp413 miliar atau lebih rendah dari pekan sebelumnya senilai Rp1,15 triliun.
Positifnya laju bursa saham Asia di awal pekan kemarin yang terimbas pergerakan bursa saham AS pada pekan sebelumnya setelah dirilisnya beberapa data ketenagakerjaan dan konsumer memberikan tambahan sentimen positif bagi laju IHSG. Akan tetapi, penguatan yang terjadi, terutama dari dukungan aksi beliasing belum terlalu besar seiring masih wait & see-nya pelaku pasar jelang dirilisnya BI Rate.
Sementara rilis Paket Kebijakan Ekonomi lanjutan dari Menteri Koordinator bidang Perekonomian turut memberikan sentimen positif yang diikuti pula dengan penguatan tipis laju rupiah.
IHSG masih melanjutkan pergerakan positifnya seiring dengan respon positif terhadap laju bursa saham AS yang menghijau dengan turunnya indeks VIX-nya. Akan tetapi, laju penguatan tersebut terjadi di tengah variatifnya laju bursa saham Asia, kembali melemahnya nilai tukar rupiah hingga kembalinya asing melakukan aksi jual.
Aksi profit taking pun terjadi, sehingga mengubah arah IHSG menjadi melemah, meskipun sempat mengalami kenaikan tipis. Kondisi ini terjadi berbarengan dengan pelemahan mayoritas bursa saham Asia dan kembalinya rupiah ke level Rp12.000an.
Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan level BI Rate di level 7,5 persen tidak mampu mengeluarkan IHSG dari jalur merah hingga akhir pekan ini.
"Sungguh ironis, ketika banyak pihak berharap agar BI tidak menaikkan level BI Rate agar pasar saham dapat membaik, namun kenyataan yang tinggal ilusi, dimana tidak ada perubahan pada laju IHSG yang terus melemah karena tidak diimbangi perbaikan pada laju rupiah," ujar dia.
Kondisi tersebut ditambah lagi laju bursa saham Asia yang kurang mendukung seiring imbas sentimen pembahasan anggaran AS dan tapering off stimulus The Fed.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, pelemahan IHSG tersebut diikuti dengan pemelahan yang terjadi pada indeks ISSI yang susut 0,47 persen dan indeks DBX tergerus 0,21 persen.
"Di sisi lain, laju indeks sektoral mayoritas variatif," kata dia dalam risetnya, Minggu (15/12/2013).
Indeks keuangan memimpin penguatan dengan kenaikan 0,92 persen, diikuti konsumer naik 0,83 persen. Sedangkan, indeks properti menyusut 1,7 persen dan perkebunan berkurang 1,63 persen.
Reza menuturkan, sentimen negatif sepanjang pekan ini masih menghantui IHSG. Sepanjang pekan ini, asing kembali menurun aksi jualannya hingga Rp413 miliar atau lebih rendah dari pekan sebelumnya senilai Rp1,15 triliun.
Positifnya laju bursa saham Asia di awal pekan kemarin yang terimbas pergerakan bursa saham AS pada pekan sebelumnya setelah dirilisnya beberapa data ketenagakerjaan dan konsumer memberikan tambahan sentimen positif bagi laju IHSG. Akan tetapi, penguatan yang terjadi, terutama dari dukungan aksi beliasing belum terlalu besar seiring masih wait & see-nya pelaku pasar jelang dirilisnya BI Rate.
Sementara rilis Paket Kebijakan Ekonomi lanjutan dari Menteri Koordinator bidang Perekonomian turut memberikan sentimen positif yang diikuti pula dengan penguatan tipis laju rupiah.
IHSG masih melanjutkan pergerakan positifnya seiring dengan respon positif terhadap laju bursa saham AS yang menghijau dengan turunnya indeks VIX-nya. Akan tetapi, laju penguatan tersebut terjadi di tengah variatifnya laju bursa saham Asia, kembali melemahnya nilai tukar rupiah hingga kembalinya asing melakukan aksi jual.
Aksi profit taking pun terjadi, sehingga mengubah arah IHSG menjadi melemah, meskipun sempat mengalami kenaikan tipis. Kondisi ini terjadi berbarengan dengan pelemahan mayoritas bursa saham Asia dan kembalinya rupiah ke level Rp12.000an.
Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan level BI Rate di level 7,5 persen tidak mampu mengeluarkan IHSG dari jalur merah hingga akhir pekan ini.
"Sungguh ironis, ketika banyak pihak berharap agar BI tidak menaikkan level BI Rate agar pasar saham dapat membaik, namun kenyataan yang tinggal ilusi, dimana tidak ada perubahan pada laju IHSG yang terus melemah karena tidak diimbangi perbaikan pada laju rupiah," ujar dia.
Kondisi tersebut ditambah lagi laju bursa saham Asia yang kurang mendukung seiring imbas sentimen pembahasan anggaran AS dan tapering off stimulus The Fed.
(rna)