Harga elpiji 12 kg naik bakal dorong inflasi
A
A
A
Sindonews.com - Anggota DPR Komisi VII Dewi Aryani meminta pemerintah dan Pertamina meninjau ulang kenaikan harga elpiji kemasan 12 kilogram (kg) karena kenaikan tersebut dapat mendorong inflasi.
Menurut dia, besaran kenaikan inflasi bergantung pada seberapa besar kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg.
“Pertamina sebagai entitas bisnis berhak mengatur harga produknya, tapi jangan lupa Pertamina adalah milik rakyat. Efek domino seperti ini harus menjadi perhatian serius,” kata dia, Kamis (2/1/2014).
Vice President LPG & Product Gas Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto menuturkan bahwa aksi korporasi menaikan harga elpiji kemasan 12 kg menuyusul tingginya harga pokok elpiji di pasaran dibarengi dengan turunnya nilai tukar rupiah terhadap USD, sehingga menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar.
“Pertamina telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan penyesuaian harga (untuk menekan kerugian). Kenaikan ini juga tidak sepenuhnya dilakukan berdasarkan harga keekonomian,” kata dia.
Lebih lanjut Gigih mengatakan bahwa perseroan tetap mengalami kerugian kendati dilakukan kenaikan harga elpiji. Pasalnya, Pertamina tetap mencairkan subsidi sebesar Rp2,1-2,2 triliun.
“Dengan maupun tanpa kenaikan harga elpiji, Pertamina tetap menanggung rugi,” ujar Gigih.
Gigih menjelaskan, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg merupakan hal yang realistis karena satu tabung elpiji dapat digunakan oleh konsumen rumah tangga hingga satu setengah bulan. Bahkan, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg telah dikaji dan disesuaikan berdasarkan upah minimum provinsi (UMP).
“Kenaikan harga juga telah sesuai dengan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada Februari 2013,” ujar dia.
Sekedar informasi, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 pukul 00.00, Pertamina memberlakukan harga baru elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp3.959 per kg.
Sementara itu, Badan Pusat Statisitik (BPS) mencatat bahwa inflasi Desember 2013 sebesar 0,55 persen dipicu naiknya harga pangan dan harga komoditas energi, seperti elpiji 12 kg.
"Sudah ada pengaruh kenaikan harga elpiji, inflasi dari sektor energi seperti BBM, TDL, dan elpiji mencapai 0,07 persen," ujar Kepala BPS Suryamin.
Menurut dia, besaran kenaikan inflasi bergantung pada seberapa besar kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg.
“Pertamina sebagai entitas bisnis berhak mengatur harga produknya, tapi jangan lupa Pertamina adalah milik rakyat. Efek domino seperti ini harus menjadi perhatian serius,” kata dia, Kamis (2/1/2014).
Vice President LPG & Product Gas Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto menuturkan bahwa aksi korporasi menaikan harga elpiji kemasan 12 kg menuyusul tingginya harga pokok elpiji di pasaran dibarengi dengan turunnya nilai tukar rupiah terhadap USD, sehingga menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar.
“Pertamina telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan penyesuaian harga (untuk menekan kerugian). Kenaikan ini juga tidak sepenuhnya dilakukan berdasarkan harga keekonomian,” kata dia.
Lebih lanjut Gigih mengatakan bahwa perseroan tetap mengalami kerugian kendati dilakukan kenaikan harga elpiji. Pasalnya, Pertamina tetap mencairkan subsidi sebesar Rp2,1-2,2 triliun.
“Dengan maupun tanpa kenaikan harga elpiji, Pertamina tetap menanggung rugi,” ujar Gigih.
Gigih menjelaskan, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg merupakan hal yang realistis karena satu tabung elpiji dapat digunakan oleh konsumen rumah tangga hingga satu setengah bulan. Bahkan, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg telah dikaji dan disesuaikan berdasarkan upah minimum provinsi (UMP).
“Kenaikan harga juga telah sesuai dengan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada Februari 2013,” ujar dia.
Sekedar informasi, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 pukul 00.00, Pertamina memberlakukan harga baru elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp3.959 per kg.
Sementara itu, Badan Pusat Statisitik (BPS) mencatat bahwa inflasi Desember 2013 sebesar 0,55 persen dipicu naiknya harga pangan dan harga komoditas energi, seperti elpiji 12 kg.
"Sudah ada pengaruh kenaikan harga elpiji, inflasi dari sektor energi seperti BBM, TDL, dan elpiji mencapai 0,07 persen," ujar Kepala BPS Suryamin.
(rna)