Diwarnai kejatuhan Dow Jones, IHSG berpotensi melemah
A
A
A
Sindonews.com - Mengawali perdagangan perdana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menunjukkan keperkasaannya. Sayangnya pada hari kedua ini, angin segar tampaknya tak memihak setelah indeks Dow Jones melemah dan menjadi sentimen negatif bagi laju IHSG.
"Nampaknya masa eforia January Effect kenaikan IHSG tidak bisa berlangsung lama karena merujuk kejatuhan tajam Dow Jones, saya memperkirakan, for sure IHSG Jumat ini akan turun alias terkena tekanan jual," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Jumat (3/1/2013).
Padahal, kata Edwin, secara teknikal laju IHSG masih berada pada tren bullish yang artinya masih membuka peluang penguatan. Dia memprediksi, IHSG akan berada dalam rentang 4.271-4.355.
“Pola two white soldiers terbentuk atas IHSG mengindikasikan bullish continuation (penguatan lanjutan)," papar dia.
Dengan adanya potensi pelemahan tersebut, kata Edwin, perlu diwaspadai saham berbasis komoditas, seperti minyak setelah harganya turun tajam 2,98 persen ke level USD95,49 per barel merujuk naiknya level inventories oil dan dimulai eksplorasi cukup besar ladang minyak di Libya.
Begitu halnya perlu diwaspadai saham berbasis timah karena setelah turun 0,88 persen di hari Selasa 31 Des 2013, harga timah kembali turun diawal tahun 2014 sebesar 1,23 persen ke level USD22,074 per ton.
Dari luar negeri yang sekaligus menjadi isu utama perdagangan hari ini, Setelah di tahun 2013 Dow Jones menikmati kenaikan sebesar 26,5 persen, kondisi berbeda terjadi dihari pertama perdagangan di 2014 di Wall Street, di mana Dow Jones langsung terkena profit taking dan turun tajam sebesar 135,31 poin (0,82 persen) ditutup di level 16.441,35 diikuti kenaikan The Vix sebesar 3,72 persen ditutup di level 14,23.
"Pelemahan tajam ini merujuk dilakukannya basic portfolio rebalancing di hari pertama pada tahun pembayaran pajak baru serta di-downgraded-nya saham Apple oleh Wells Fargo menjadi market perform dari sebelumnya outperform di tengah absennya release data ekonomi," papar Edwin.
"Nampaknya masa eforia January Effect kenaikan IHSG tidak bisa berlangsung lama karena merujuk kejatuhan tajam Dow Jones, saya memperkirakan, for sure IHSG Jumat ini akan turun alias terkena tekanan jual," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Jumat (3/1/2013).
Padahal, kata Edwin, secara teknikal laju IHSG masih berada pada tren bullish yang artinya masih membuka peluang penguatan. Dia memprediksi, IHSG akan berada dalam rentang 4.271-4.355.
“Pola two white soldiers terbentuk atas IHSG mengindikasikan bullish continuation (penguatan lanjutan)," papar dia.
Dengan adanya potensi pelemahan tersebut, kata Edwin, perlu diwaspadai saham berbasis komoditas, seperti minyak setelah harganya turun tajam 2,98 persen ke level USD95,49 per barel merujuk naiknya level inventories oil dan dimulai eksplorasi cukup besar ladang minyak di Libya.
Begitu halnya perlu diwaspadai saham berbasis timah karena setelah turun 0,88 persen di hari Selasa 31 Des 2013, harga timah kembali turun diawal tahun 2014 sebesar 1,23 persen ke level USD22,074 per ton.
Dari luar negeri yang sekaligus menjadi isu utama perdagangan hari ini, Setelah di tahun 2013 Dow Jones menikmati kenaikan sebesar 26,5 persen, kondisi berbeda terjadi dihari pertama perdagangan di 2014 di Wall Street, di mana Dow Jones langsung terkena profit taking dan turun tajam sebesar 135,31 poin (0,82 persen) ditutup di level 16.441,35 diikuti kenaikan The Vix sebesar 3,72 persen ditutup di level 14,23.
"Pelemahan tajam ini merujuk dilakukannya basic portfolio rebalancing di hari pertama pada tahun pembayaran pajak baru serta di-downgraded-nya saham Apple oleh Wells Fargo menjadi market perform dari sebelumnya outperform di tengah absennya release data ekonomi," papar Edwin.
(rna)