Harga minyak di perdagangan Asia bervariasi

Jum'at, 03 Januari 2014 - 11:37 WIB
Harga minyak di perdagangan...
Harga minyak di perdagangan Asia bervariasi
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini bervariasi, setelah terjadi penurunan tajam di Amerika Serikat (AS), karena investor menunggu rilis data stok sambil mengawasi gangguan pasokan di Irak.

Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun dua sen menjadi USD95,42 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari naik 25 sen menjadi USD108,03 per barel.

WTI jatuh USD2,98 di perdagangan New York, Kamis (2/1/2013) waktu setempat, dan Brent turun USD3,02, menyusul berita bahwa ladang minyak utama Libya bisa kembali berproduksi akhir pekan ini.

Juru bicara National Oil Corporation (NOC) Libya kepada AFP, mengatakan sebanyak 330.000 barel per hari di lapangan El Sharara diperkirakan akan melanjutkan output normal dalam dua atau tiga hari, setelah demonstran yang memblokir produksi ditarik keluar.

Produksi minyak di Libya telah jatuh ke sekitar 250.000 barel per hari, dari hampir 1,5 juta dalam menghadapi tuntutan demonstran bersenjata untuk otonomi daerah yang lebih dan suara yang lebih besar terhadap distribusi pendapatan minyak.

Desmond Chua, analis pasar CMC Markets, Singapura mengatakan, ada sentimen positif atas laporan stok AS yang akan dirilis akhir Jumat ini. Data biasanya diumumkan setiap Rabu, namun ditunda karena liburan Tahun Baru.

Menurut analis yang disurvei Dow Jones Newswires, perkiraan rata-rata pasokan minyak mentah AS turun 2,2 juta barel untuk pekan lalu, penurunan kelima berturut-turut setelah 10 pekan reli naik.

Chua mengatakan rebound kemungkinan akan didukung oleh kekhawatiran tentang ekspor Irak, setelah militan membom sebuah pipa minyak utama di wilayah utara negara itu pada Kamis. Ledakan menghantam pipa, yang menuju pelabuhan Turki, Ceyhan di provinsi Salaheddin sebelah utara Baghdad. Menurut pejabat setempat, api telah padam dan perbaikan telah dimulai.

Irak sangat bergantung pada ekspor minyak dan pemerintah berusaha mendongkrak penjualan di tahun-tahun mendatang untuk mendanai rekonstruksi infrastruktur yang hancur.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4945 seconds (0.1#10.140)