Properti di DIY akan didominasi konsep minimalis modern
A
A
A
Sindonews.com - Pembangunan properti di DI Yogyakarta (DIY) tahun ini diprediksi akan didominasi oleh konsep minimalis modern. Baik itu residensial atau perumahan, apartemen, kondotel, hingga mal.
Peneliti Arsitektur, T Yoyok Wahyu Subroto menyampaikan, hal ini tidak berubah sejak konsep tersebut berkembang pada 2012 hingga sekarang. Menurutnya, itu akan bertahan sampai 2015. Padahal kalau melihat ke belakang, konsep ini sudah ada sejak era modernism pada 1960-an.
"Minimalis modern ini kembali ke era 1960-an yakni era modernism yang lebih tekankan konsistensi antara fungsi dan bentuk. Dalam hal ini bentuk ikuti fungsi dan saat itu memang cenderung ke minimalis modern," ujar Yoyok kepada wartawan, Senin (13/1/2014).
Menurutnya, konsep ini juga tidak lepas dari kondisi Indonesia khususnya Yogyakarta yang dinilai sesuai dengan minimalis modern. Tepatnya dalam hal pembangunan rumah yang terkendala karena terbatasnya lahan tanah dan mahalnya harga lahan di perkotaan. Bahkan daerah pinggiran pun kini juga harganya turut melambung.
Akibatnya, kata dia, menimbulkan konsekuensi seperti pembangunan rumah yang tinggi dan difokuskan ke arah vertikal untuk merespon keterbatasan lahan.
"Sekarang apartemen, kondotel, mal, maupun rumah marak dibangun vertikal, karena mahalnya lahan yang susah dicari saat ini. Di sisi lain, apartemen, kondotel, hotel dan mal yang tinggi cukup menarik, sebab bisa mendukung investasi kapitalis ekonomi," jelas pria yang juga Dosen Program Studi Strata Satu (S-1) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UGM Yogyakarta ini.
Hal ini senada dengan pembangunan rumah dua lantai oleh pengembang yang juga marak di Yogyakarta. Terutama untuk segmen menengah ke atas. Secara terminologi, konsep minimalis modern merupakan konsep yang berupaya untuk meminimalisir semuanya. Baik dari material, spasial, hingga fungsional. Seperti minim ornamen dan tidak sembarangan mengumbar ruang atau multipurpose.
Dalam satu ruang bisa memiliki fungsi ganda. Di sisi lain, selain keterbatasan lahan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat, faktor efisiensi dan keterbatasan dana juga menjadi latar belakang konsep minimalis modern digandrungi.
"Tren itu sebenarnya terkait dengan selera dan pada saatnya juga akan hilang lagi. Bisa jadi (konsep minimalis modern ini bertahan hingga) 2015 dan tentu saat itu masyarakat sudah mulai jenuh. Apalagi kalangan menengah ke atas yang sering bosan dan berganti lagi (konsep bangunan yang diusung)," pungkasnya.
Peneliti Arsitektur, T Yoyok Wahyu Subroto menyampaikan, hal ini tidak berubah sejak konsep tersebut berkembang pada 2012 hingga sekarang. Menurutnya, itu akan bertahan sampai 2015. Padahal kalau melihat ke belakang, konsep ini sudah ada sejak era modernism pada 1960-an.
"Minimalis modern ini kembali ke era 1960-an yakni era modernism yang lebih tekankan konsistensi antara fungsi dan bentuk. Dalam hal ini bentuk ikuti fungsi dan saat itu memang cenderung ke minimalis modern," ujar Yoyok kepada wartawan, Senin (13/1/2014).
Menurutnya, konsep ini juga tidak lepas dari kondisi Indonesia khususnya Yogyakarta yang dinilai sesuai dengan minimalis modern. Tepatnya dalam hal pembangunan rumah yang terkendala karena terbatasnya lahan tanah dan mahalnya harga lahan di perkotaan. Bahkan daerah pinggiran pun kini juga harganya turut melambung.
Akibatnya, kata dia, menimbulkan konsekuensi seperti pembangunan rumah yang tinggi dan difokuskan ke arah vertikal untuk merespon keterbatasan lahan.
"Sekarang apartemen, kondotel, mal, maupun rumah marak dibangun vertikal, karena mahalnya lahan yang susah dicari saat ini. Di sisi lain, apartemen, kondotel, hotel dan mal yang tinggi cukup menarik, sebab bisa mendukung investasi kapitalis ekonomi," jelas pria yang juga Dosen Program Studi Strata Satu (S-1) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UGM Yogyakarta ini.
Hal ini senada dengan pembangunan rumah dua lantai oleh pengembang yang juga marak di Yogyakarta. Terutama untuk segmen menengah ke atas. Secara terminologi, konsep minimalis modern merupakan konsep yang berupaya untuk meminimalisir semuanya. Baik dari material, spasial, hingga fungsional. Seperti minim ornamen dan tidak sembarangan mengumbar ruang atau multipurpose.
Dalam satu ruang bisa memiliki fungsi ganda. Di sisi lain, selain keterbatasan lahan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat, faktor efisiensi dan keterbatasan dana juga menjadi latar belakang konsep minimalis modern digandrungi.
"Tren itu sebenarnya terkait dengan selera dan pada saatnya juga akan hilang lagi. Bisa jadi (konsep minimalis modern ini bertahan hingga) 2015 dan tentu saat itu masyarakat sudah mulai jenuh. Apalagi kalangan menengah ke atas yang sering bosan dan berganti lagi (konsep bangunan yang diusung)," pungkasnya.
(izz)