Bulog Sulselbar targetkan serap beras 500 ribu ton
A
A
A
Sindonews.com - Perum Bulog Divre VII Sulselbar menargetkan serapan beras di wilayah ini sebesar 500 ribu ton atau setara dengan Rp3,3 triliun. Angka ini meningkat 90 ton dibanding tahun lalu yang hanya 410 ribu ton.
Kepala Bulog Divre VII Sulselbar, Tommy S Sikado optimis mampu melakukan penyerapan sebesar itu, sebab produksi beras dua provinsi di pulau Sulawesi tersebut besar.
"Daerah ini kan selalu surplus. Selain itu, disisi penyediaan anggaran pun sudah siap. Jadi kami tinggal menunggu panen petani lalu mulai melakukan penyerapan," ungkapnya kepada Koran Sindo, Selasa (14/1/2014).
Menurutnya, penyerapan produksi petani melalui dua musim tanam, yakni musim rendengan dan gaduh. Untuk rendengan puncak panen antara Maret-Mei setiap tahun. Pada musim ini, rata-rata volume penyerapan mencapai 3.000 ton per hari.
Sementara, pada musim gaduh dengan puncak panen September hingga Oktober, jumlah penyerapan lebih banyak, yakni 4.000 ton per hari. Adapun pembelian bulog didasarkan pada ketetapan HPP, yakni Rp6.600 per kilogram.
Beras-beras tersebut, lanjut Tommy, tidak hanya untuk konsumsi lokal, tapi juga akan distribusikan ke wilayah lain sesuai dengan program move in national (Movnas) sebesar 250 ribu ton.
"Untuk tahun ini, ada sembilan provinsi tujuan yang meliputi sebagian besar kawasan timur seperti NTT dan Maluku. Kemudian di bagian Kalimantan seperti Kaltim dan Kalbar dan Sulawesi Utara dan Tengah, termasuk di bagian barat seperti Medan dan Padang," paparnya.
Dia mengatakan, walaupun Bulog memasok beras cukup besar ke daerah lain, namun pihaknya menjamin kecukupan kebutuhan masyarakat di Sulselbar. Saat ini, ketersediaan beras sebesar 240 ribu ton atau aman untuk konsumsi 28 bulan.
Kepala Bulog Divre VII Sulselbar, Tommy S Sikado optimis mampu melakukan penyerapan sebesar itu, sebab produksi beras dua provinsi di pulau Sulawesi tersebut besar.
"Daerah ini kan selalu surplus. Selain itu, disisi penyediaan anggaran pun sudah siap. Jadi kami tinggal menunggu panen petani lalu mulai melakukan penyerapan," ungkapnya kepada Koran Sindo, Selasa (14/1/2014).
Menurutnya, penyerapan produksi petani melalui dua musim tanam, yakni musim rendengan dan gaduh. Untuk rendengan puncak panen antara Maret-Mei setiap tahun. Pada musim ini, rata-rata volume penyerapan mencapai 3.000 ton per hari.
Sementara, pada musim gaduh dengan puncak panen September hingga Oktober, jumlah penyerapan lebih banyak, yakni 4.000 ton per hari. Adapun pembelian bulog didasarkan pada ketetapan HPP, yakni Rp6.600 per kilogram.
Beras-beras tersebut, lanjut Tommy, tidak hanya untuk konsumsi lokal, tapi juga akan distribusikan ke wilayah lain sesuai dengan program move in national (Movnas) sebesar 250 ribu ton.
"Untuk tahun ini, ada sembilan provinsi tujuan yang meliputi sebagian besar kawasan timur seperti NTT dan Maluku. Kemudian di bagian Kalimantan seperti Kaltim dan Kalbar dan Sulawesi Utara dan Tengah, termasuk di bagian barat seperti Medan dan Padang," paparnya.
Dia mengatakan, walaupun Bulog memasok beras cukup besar ke daerah lain, namun pihaknya menjamin kecukupan kebutuhan masyarakat di Sulselbar. Saat ini, ketersediaan beras sebesar 240 ribu ton atau aman untuk konsumsi 28 bulan.
(izz)