IHSG berpotensi lanjutkan tren positif
A
A
A
Sindonews.com - Pada perdagangan hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan tren positifnya dan berpeluang bergerak pada rentang support 4.269-4.300 dan resistance 4.395-4.405.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, potensi penguatan IHSG tersebut terlihatt dari lajunya yang berada di atas target resisten 4.264-4.288 termasuk nilai low yang juga di atas target tersebut.
"Meski laju IHSG hampir mendekati level overbought dan penguatan tersebut kemungkinan juga membuka tren kenaikan dalam jangka pendek-menengah," terang Reza, Rabu (15/1/2014).
Namun demikian, tampak pula IHSG meninggalkan gap 4.270-4.292 sehingga rawan dimanfaatkan untuk profit taking jika sentimen yang ada kurang mendukung keinginan IHSG untuk menguat, terutama bila dari laju bursa saham global kurang mendukung.
Lebih lanjut Reza mengatakan, IHSG sendiri sebenarnya mampu mencatatkan prestasi yang luar biasa di awal tahun ini di tengah anggapan adanya aturan frasksi dapat menghambat laju IHSG, ternyata IHSG mampu mengalami kenaikan signifikan.
Adanya imbas pergerakan bursa saham Asia yang cukup positif setelah merespon penguatan laju bursa saham AS pasca dirilisnya pertumbuhan nonfarm payrolls yang rendah membuat IHSG kembali mendapatkan angin segar untuk melanjutkan kenaikannya.
Bahkan terus positifnya laju nilai tukar rupiah serta besarnya aksi beli asing turut memberikan tambahan amunisi kepada IHSG untuk melesat. Investor pun kembali memburu saham-saham big caps, terutama three musketeer perbankan, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) serta saham-saham lainnya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Sepanjang perdagangan sebelumnya, IHSG menyentuh level tertinggi 4.393,32 jelang preclosing dan menyentuh level terendah 4.292,33 di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.390,77.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, potensi penguatan IHSG tersebut terlihatt dari lajunya yang berada di atas target resisten 4.264-4.288 termasuk nilai low yang juga di atas target tersebut.
"Meski laju IHSG hampir mendekati level overbought dan penguatan tersebut kemungkinan juga membuka tren kenaikan dalam jangka pendek-menengah," terang Reza, Rabu (15/1/2014).
Namun demikian, tampak pula IHSG meninggalkan gap 4.270-4.292 sehingga rawan dimanfaatkan untuk profit taking jika sentimen yang ada kurang mendukung keinginan IHSG untuk menguat, terutama bila dari laju bursa saham global kurang mendukung.
Lebih lanjut Reza mengatakan, IHSG sendiri sebenarnya mampu mencatatkan prestasi yang luar biasa di awal tahun ini di tengah anggapan adanya aturan frasksi dapat menghambat laju IHSG, ternyata IHSG mampu mengalami kenaikan signifikan.
Adanya imbas pergerakan bursa saham Asia yang cukup positif setelah merespon penguatan laju bursa saham AS pasca dirilisnya pertumbuhan nonfarm payrolls yang rendah membuat IHSG kembali mendapatkan angin segar untuk melanjutkan kenaikannya.
Bahkan terus positifnya laju nilai tukar rupiah serta besarnya aksi beli asing turut memberikan tambahan amunisi kepada IHSG untuk melesat. Investor pun kembali memburu saham-saham big caps, terutama three musketeer perbankan, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) serta saham-saham lainnya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Sepanjang perdagangan sebelumnya, IHSG menyentuh level tertinggi 4.393,32 jelang preclosing dan menyentuh level terendah 4.292,33 di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.390,77.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
(rna)