Menkeu Inggris desak reformasi ekonomi Uni Eropa

Rabu, 15 Januari 2014 - 20:02 WIB
Menkeu Inggris desak reformasi ekonomi Uni Eropa
Menkeu Inggris desak reformasi ekonomi Uni Eropa
A A A
Sindonews.com - Menteri Keuangan Inggris, George Osborne memperingatkan, bahwa Uni Eropa menghadapi penurunan dan risiko kehilangan Inggris sebagai anggota, kecuali blok tersebut melakukan reformasi.

Osborne, yang berjanji untuk melakukan referendum atas keanggotaannya pada 2017 mengatakan, 28 anggota Uni Eropa menjadi kurang kompetitif dibandingkan China dan India.

"Kita tidak bisa terus seperti ini. Risiko ekonomi terbesar yang dihadapi Eropa tidak datang dari mereka yang ingin reformasi dan renegosiasi. Tapi, berasal dari kegagalan reformasi dan negosiasi ulang," ujarnya dalam konferensi di London, seperti dilansir dari Khaleej Times, Rabu (15/1/2014).

"Ini adalah status quo yang mengutuk orang-orang Eropa atas krisis ekonomi yang sedang berlangsung dan terus menurun, sehingga hanya ada pilihan sederhana untuk Eropa: reformasi atau penurunan. Tekad kami jelas untuk memberikan reformasi, dan kemudian membiarkan orang memutuskan," jelasnya.

Perdana Menteri Inggris, David Cameron telah berjanji untuk menegosiasikan ulang persyaratan keanggotaan Inggris di Uni Eropa sebelum menempatkan referendum masuk atau keluar pada akhir 2017, dengan ketentuan bahwa Partai Konservatif memenangkan pemilihan umum berikutnya pada Mei 2015.

Osborne menyoroti kurangnya daya saing Eropa sebagai masalah besar. "Selama enam tahun terakhir, perekonomian Eropa terhenti. Pada periode yang sama, ekonomi India tumbuh sebesar sepertiga. Perekonomian China hampir 70 persen. Jangan salah bila benua kami tertinggal," paparnya.

Dia menjelaskan, reformasi diperlukan untuk menempatkan euro pada pijakan kuat setelah krisis menerpa mata uang tunggal, dan ini juga penting bagi negara-negara seperti Inggris yang tidak menggunakan mata uang euro agar mendapatkan perlindungan hukum.

"Saya percaya kepentingan datang tidak hanya untuk Inggris, menghadapi pilihan antara bergabung dengan euro atau meninggalkan Uni Eropa. Jika negara dengan ukuran dan jangkauan global seperti Inggris meninggalkan (blok) akan sangat buruk bagi Uni Eropa," tandasnya, dengan nada mengancam.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4877 seconds (0.1#10.140)