Capitol Nusantara siap beli kapal USD6 juta
A
A
A
Sindonews.com - Guna memenuhi semakin banyaknya permintaan akan kapal support kegiatan lifting, PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI) berencana menambah satu kapal Anchor Tug Handling Supply (AHTS) senilai USD6 juta pada tahun ini.
Komisaris CANI, Yanuar Wijaya mengatakan, penambahan kapal ini sekaligus merespon peluang dari rencana pemerintah yang menaikkan target lifting minyak pada tahun depan sebesar 870.000 barel per hari (bph).
"Mengingat demand-nya meningkat, kita lebih kepada menyewakan kapal support perusahaan migas karena lifting ditingkatkan," terang Yanuar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (16/1/2014).
CANI sendiri menargetkan penambahan tujuh kapal pengangkutan di tahun mendatang. Hingga saat ini perusahaan sudah memiliki 60 kapal. Sebanyak 60 kapal digunakan untuk menunjang kegiatan bisnis yang terdiri dari 27 unit Kapal Tunda, lima unit AHTS, 28 unit Kapal Tongkang dan dua unit Floting Crane.
Yanuar mengatakan, untuk urusan pendanaannya, perseroan akan memenuhinya dari kombinasi perolehan dana segar hasil penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) sebesar Rp41 miliar dan sisanya dari fasilitas pinjaman perbankan.
Dikatakannya, untuk pinjaman perbankan, pihaknya tengah melakukan pembicaraan intensif dengan pihak Bank Mandiri.
"Akan ada penambahan dana dari perbankan usually Bank Mandiri sudah ada pembicaraan sebelumnya. Kapal akan datang pertengahan tahun ini. Nilainya USD6 juta," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Capitol Nusantara Indonesia resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mulai diperdagangkan dengan kode emiten CANI per hari ini.
Saham perseroan dibuka langsung melesat 50 poin atau 25 persen ke level Rp250 per saham dari harga penawaran umum perdana saham sebesar Rp200 dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Dari papan bursa terlihat, saham ini sempat menyentuh level tertingginya di angka Rp263 per saham dan terendahnya Rp227 per saham.
"Di awal tahun ini, kami menjadi perusahaan terbuka. Ini kado istimewa di awal tahun untuk bisa berkembang dan menjadi nilai tambah perusahaan," kata Direktur Capitol Nusantara Indonesia Suta Wijaya saat prosesi pencatatan saham.
Komisaris CANI, Yanuar Wijaya mengatakan, penambahan kapal ini sekaligus merespon peluang dari rencana pemerintah yang menaikkan target lifting minyak pada tahun depan sebesar 870.000 barel per hari (bph).
"Mengingat demand-nya meningkat, kita lebih kepada menyewakan kapal support perusahaan migas karena lifting ditingkatkan," terang Yanuar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (16/1/2014).
CANI sendiri menargetkan penambahan tujuh kapal pengangkutan di tahun mendatang. Hingga saat ini perusahaan sudah memiliki 60 kapal. Sebanyak 60 kapal digunakan untuk menunjang kegiatan bisnis yang terdiri dari 27 unit Kapal Tunda, lima unit AHTS, 28 unit Kapal Tongkang dan dua unit Floting Crane.
Yanuar mengatakan, untuk urusan pendanaannya, perseroan akan memenuhinya dari kombinasi perolehan dana segar hasil penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) sebesar Rp41 miliar dan sisanya dari fasilitas pinjaman perbankan.
Dikatakannya, untuk pinjaman perbankan, pihaknya tengah melakukan pembicaraan intensif dengan pihak Bank Mandiri.
"Akan ada penambahan dana dari perbankan usually Bank Mandiri sudah ada pembicaraan sebelumnya. Kapal akan datang pertengahan tahun ini. Nilainya USD6 juta," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Capitol Nusantara Indonesia resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mulai diperdagangkan dengan kode emiten CANI per hari ini.
Saham perseroan dibuka langsung melesat 50 poin atau 25 persen ke level Rp250 per saham dari harga penawaran umum perdana saham sebesar Rp200 dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Dari papan bursa terlihat, saham ini sempat menyentuh level tertingginya di angka Rp263 per saham dan terendahnya Rp227 per saham.
"Di awal tahun ini, kami menjadi perusahaan terbuka. Ini kado istimewa di awal tahun untuk bisa berkembang dan menjadi nilai tambah perusahaan," kata Direktur Capitol Nusantara Indonesia Suta Wijaya saat prosesi pencatatan saham.
(gpr)