Zona Euro di bawah bayang-bayang deflasi
A
A
A
Sindonews.com - Lembaga Statistik Eropa, Eurostat melaporkan, inflasi di Zona Euro pada Desember 2013 turun menjadi 0,8 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,9 persen. Angka ini menambah kekhawatiran penurunan harga, bahkan deflasi yang dapat merusak prospek pertumbuhan.
Dilansir dari AFP, Kamis (16/1/2014), inflasi terus merosot dalam beberapa bulan terakhir seiring goyahnya pemulihan Zona Euro, dengan ekonomi tumbuh marjinal 0,1 persen pada kuartal ketiga 2013, setelah 0,3 persen pada kuartal kedua.
Pada Desember 2012, inflasi di 17 negara Zona Euro sebesar 2,2 persen, jatuh ke titik terendah dalam empat tahun pada Oktober sebesar 0,7 persen. Sementara inflasi pada Desember 2013 di 28 negara anggota Uni Eropa secara luas tidak berubah 1,0 persen.
Sebelumnya, Rabu (15/1/2014), Kepala Dana Moneter lnternational (IMF) Christine Lagarde memperingatkan, bahwa pertumbuhan ekonomi global naik, namun ada "peningkatan risiko" deflasi.
Lagarde menyebutkan, pelemahan inflasi membuka risiko deflasi atau harga jatuh. "Dengan inflasi yang berjalan di bawah target bank sentral (ECB) kita melihat meningkatnya risiko deflasi, yang bisa membuktikan bencana pemulihan," kata Lagarde.
Deflasi - penurunan harga secara riil - dapat mendorong konsumen untuk menunda membeli barang dengan harapan jika mereka menunggu akan lebih murah. Pada gilirannya hal ini melemahkan perekonomian yang berimbas perusahaan mengurangi produksi, memukul pekerjaan dan permintaan, sehingga terjadi gejolak.
Dilansir dari AFP, Kamis (16/1/2014), inflasi terus merosot dalam beberapa bulan terakhir seiring goyahnya pemulihan Zona Euro, dengan ekonomi tumbuh marjinal 0,1 persen pada kuartal ketiga 2013, setelah 0,3 persen pada kuartal kedua.
Pada Desember 2012, inflasi di 17 negara Zona Euro sebesar 2,2 persen, jatuh ke titik terendah dalam empat tahun pada Oktober sebesar 0,7 persen. Sementara inflasi pada Desember 2013 di 28 negara anggota Uni Eropa secara luas tidak berubah 1,0 persen.
Sebelumnya, Rabu (15/1/2014), Kepala Dana Moneter lnternational (IMF) Christine Lagarde memperingatkan, bahwa pertumbuhan ekonomi global naik, namun ada "peningkatan risiko" deflasi.
Lagarde menyebutkan, pelemahan inflasi membuka risiko deflasi atau harga jatuh. "Dengan inflasi yang berjalan di bawah target bank sentral (ECB) kita melihat meningkatnya risiko deflasi, yang bisa membuktikan bencana pemulihan," kata Lagarde.
Deflasi - penurunan harga secara riil - dapat mendorong konsumen untuk menunda membeli barang dengan harapan jika mereka menunggu akan lebih murah. Pada gilirannya hal ini melemahkan perekonomian yang berimbas perusahaan mengurangi produksi, memukul pekerjaan dan permintaan, sehingga terjadi gejolak.
(dmd)