Warga nilai kenaikan elpiji 12 kg wajar
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah warga menilai kenaikan elpiji non subsidi kemasan 12 kilogram (kg) sebesar Rp1.000 per kg tidak berpengaruh.
Jonathan Aribawa, warga asal Rawamangun Jakarta ini mengaku kenaikan harga Rp1.000 dinilainya masih wajar. "Keluarga saya tetap membeli elpiji 12 kg karena kegunaannya lebih lama dibanding menggunakan 3 kg. Naik segitu tidak masalah bagi kami masih sangat wajar," kata dia kepada Koran Sindo, Minggu (19/1/2014).
Pihaknya mengaku kenaikan elpiji 12 kg tidak berpengaruh terhadap keuangan rumah tangganya. Menurut dia kebanyakan elpiji non subsidi kemasan 12 kg digunakan oleh sebagian kalangan menengah ke atas.
"Saya kira walapaun kenaikannya lebih dari Rp1.000 tidak masalah. Karena yang 12 kg banyak digunakan oleh kalangan menengah ke atas. Kalau kalangan yang kurang mampu kan sudah di sediakan 3 kg," ungkapnya.
Bahkan, Jonathan tidak keberatan jika Pertamina ingin melakukan kenaikan bertahap pada tahun ini. "Enggak masalah kok sebenarnya bagi keluarga kami," katanya.
Ditemui terpisah, Hartono, warga Cempaka Putih Jakarta Pusat yang juga seorang pengecer elpiji non subsidi 12 kg mengaku penjualannya masih seperti biasa. Tidak ada perubahan konsumen terhadap kenaikan harga elpiji non subsidi kemasan 12 kg. "Masih seperti biasa, tidak ada perubahan, tetap laku," kata dia.
Dia mengaku kenaikan Rp1.000 tidak berpengaruh signifikan terhadap penjualannya. Lantaran elpiji non subsidi kemasan 12 kg banyak digunakan kalangan mampu.
"Kebanyakan konsumennnya memang menengah ke atas. Jadi tak berpengaruh apa-apa tetap laku seperti biasanya," ujarnya.
Kenaikan bertahaps yang akan dilakukan Pertamina tahun ini, lanjut Hartono, juga tidak masalah. Namun, yang terpenting, perlu ada sosialisasi matang kepada masyarakat, sehingga harga tidak mengagetkan para penjual yang di bawah.
"Yang penting ada sosialiasi sehingga harganya tidak langsung ke penjual bawahan seperti saya," pungkas dia.
Jonathan Aribawa, warga asal Rawamangun Jakarta ini mengaku kenaikan harga Rp1.000 dinilainya masih wajar. "Keluarga saya tetap membeli elpiji 12 kg karena kegunaannya lebih lama dibanding menggunakan 3 kg. Naik segitu tidak masalah bagi kami masih sangat wajar," kata dia kepada Koran Sindo, Minggu (19/1/2014).
Pihaknya mengaku kenaikan elpiji 12 kg tidak berpengaruh terhadap keuangan rumah tangganya. Menurut dia kebanyakan elpiji non subsidi kemasan 12 kg digunakan oleh sebagian kalangan menengah ke atas.
"Saya kira walapaun kenaikannya lebih dari Rp1.000 tidak masalah. Karena yang 12 kg banyak digunakan oleh kalangan menengah ke atas. Kalau kalangan yang kurang mampu kan sudah di sediakan 3 kg," ungkapnya.
Bahkan, Jonathan tidak keberatan jika Pertamina ingin melakukan kenaikan bertahap pada tahun ini. "Enggak masalah kok sebenarnya bagi keluarga kami," katanya.
Ditemui terpisah, Hartono, warga Cempaka Putih Jakarta Pusat yang juga seorang pengecer elpiji non subsidi 12 kg mengaku penjualannya masih seperti biasa. Tidak ada perubahan konsumen terhadap kenaikan harga elpiji non subsidi kemasan 12 kg. "Masih seperti biasa, tidak ada perubahan, tetap laku," kata dia.
Dia mengaku kenaikan Rp1.000 tidak berpengaruh signifikan terhadap penjualannya. Lantaran elpiji non subsidi kemasan 12 kg banyak digunakan kalangan mampu.
"Kebanyakan konsumennnya memang menengah ke atas. Jadi tak berpengaruh apa-apa tetap laku seperti biasanya," ujarnya.
Kenaikan bertahaps yang akan dilakukan Pertamina tahun ini, lanjut Hartono, juga tidak masalah. Namun, yang terpenting, perlu ada sosialisasi matang kepada masyarakat, sehingga harga tidak mengagetkan para penjual yang di bawah.
"Yang penting ada sosialiasi sehingga harganya tidak langsung ke penjual bawahan seperti saya," pungkas dia.
(izz)