Setelah diakuisisi, Bank Sahabat ingin IPO
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Direktur PT Bank Sahabat Purba Danarta (Bank Sahabat) Gatot Adi Prasetyo mengutarakan bahwa perusahaan memiliki cita-cita untuk bisa mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Menurut Gatot, tujuan utama perusahaan melakukan IPO adalah mendapatkan status sebagai perusahaan tercatat di Bursa. Dengan demikian, perseroan dapat memperoleh dana murah dari pasar modal, sehingga bisa meningkatkan nilai asetnya.
"Setiap perusahaan mungkin punya cita-cita untuk melakukan IPO karena banyak manfaatnya. Suatu perusahaan yang ingin menjadi perusahaan publik, mereka akan mendapat berbagai keuntungan, baik dari sisi prestise maupun dana," kata Gatot di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Senin (20/1/2014).
Namun demikian, menurut Gatot, rencana IPO tersebut belum akan direalisasikan dalam waktu dekat, mengingat Bank Sahabat sendiri baru diakuisisi sahamnya sebesar 70 persen oleh PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN).
Dengan demikian, jika Bank Sahabat akan melakukan IPO, pastinya harus mengantongi izin terlebih dahulu dari pemegang sahamnya, seperti BTPN, PT Triputra Persada Rahmat dan Yayasan Purba Danarta.
"Jika IPO ingin diwujudkan, prosesnya masih lama. Saat ini saja Bank Sahabat baru diakuisisi BTPN, belum lagi Bank Sahabat akan berubah nama menjadi BTPN Syariah. Kami ingin Bank Sahabat bisa listing di Bursa seperti BTPN, namun tetap persetujuannya dipegang penuh oleh pemegang saham mayoritas," tutur Gatot.
Terkait akuisisi tersebut, BTPN saat ini masih menunggu restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selanjutnya, setelah proses akuisis rampung, BTPN akan mengubah model bisnis Bank Sahabat menjadi bank syariah dari sebelumnya bank konvensional.
Dengan akuisisi tersebut, perusahaan memperkirakan aset Unit Usaha Syariah (UUS) BTPN menjadi lebih dari Rp2,5 triliun.
Menurut Gatot, tujuan utama perusahaan melakukan IPO adalah mendapatkan status sebagai perusahaan tercatat di Bursa. Dengan demikian, perseroan dapat memperoleh dana murah dari pasar modal, sehingga bisa meningkatkan nilai asetnya.
"Setiap perusahaan mungkin punya cita-cita untuk melakukan IPO karena banyak manfaatnya. Suatu perusahaan yang ingin menjadi perusahaan publik, mereka akan mendapat berbagai keuntungan, baik dari sisi prestise maupun dana," kata Gatot di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Senin (20/1/2014).
Namun demikian, menurut Gatot, rencana IPO tersebut belum akan direalisasikan dalam waktu dekat, mengingat Bank Sahabat sendiri baru diakuisisi sahamnya sebesar 70 persen oleh PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN).
Dengan demikian, jika Bank Sahabat akan melakukan IPO, pastinya harus mengantongi izin terlebih dahulu dari pemegang sahamnya, seperti BTPN, PT Triputra Persada Rahmat dan Yayasan Purba Danarta.
"Jika IPO ingin diwujudkan, prosesnya masih lama. Saat ini saja Bank Sahabat baru diakuisisi BTPN, belum lagi Bank Sahabat akan berubah nama menjadi BTPN Syariah. Kami ingin Bank Sahabat bisa listing di Bursa seperti BTPN, namun tetap persetujuannya dipegang penuh oleh pemegang saham mayoritas," tutur Gatot.
Terkait akuisisi tersebut, BTPN saat ini masih menunggu restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selanjutnya, setelah proses akuisis rampung, BTPN akan mengubah model bisnis Bank Sahabat menjadi bank syariah dari sebelumnya bank konvensional.
Dengan akuisisi tersebut, perusahaan memperkirakan aset Unit Usaha Syariah (UUS) BTPN menjadi lebih dari Rp2,5 triliun.
(rna)