Harga minyak di Asia bervariasi
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak mentah di perdagangan Asia hari ini bervariasi, karena berkurangnya kekhawatiran pasokan setelah kesepakatan bersejarah mengekang program nuklir Iran.
Acuan kontrak AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 32 sen menjadi USD94,05 per barel. Sementara minyak mentah Brent untuk Maret, membalikkan kerugian awal mendaki 19 sen menjadi USD106,54 per barel.
Iran menghentikan produksi uranium 20 persen sebagai kesepakatan interim pertama antara Teheran dan kekuatan dunia yang dicapai November lalu. Berdasarkan perjanjian tersebut, Iran setuju mengekang bagian dari program nuklirnya selama 6 bulan dalam pertukaran untuk menerima bantuan sederhana dari sanksi internasional dan janji negara P5+1 (Inggris, China, Perancis, Rusia, Amerika Serikat plus Jerman), untuk tidak menjatuhkan sanksi baru terhadap ekonomi mereka.
Kesepakatan itu membantu mengurangi risiko geopolitik di kawasan penghasil minyak Timur Tengah, mengurangi ancaman gangguan pasokan dan menempatkan tekanan pada harga.
Pertumbuhan ekonomi China yang mendatar juga membebani pasar karena berdampak terhadap permintaan minyak. PDB China tumbuh di laju 7,7 persen seperti tahun lalu, mempertahankan ekspansi paling lambat dalam lebih dari satu dekade.
Kelly Teoh, strategi pasar IG Markets, Singapura mengatakan, investor mengamati dengan seksama pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut. "Setiap orang berusaha untuk mendapatkan ukuran tentang apa yang akan terjadi," kata Teoh, seperti dilansir dari AFP, Selasa (21/1/2014).
"Harga minyak mentah mengalami beberapa headwinds dari rilis ekonomi China, menyoroti risiko yang mendasari potensi di ekonomi terbesar kedua dunia itu," timpal Phillip Futures, dalam sebuah komentar pasar .
"Sentimen negatif pasar China dapat meredam permintaan minyak mentah, mengingat bahwa China adalah konsumen terbesar kedua di dunia untuk minyak mentah setelah AS," tegasnya.
Acuan kontrak AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 32 sen menjadi USD94,05 per barel. Sementara minyak mentah Brent untuk Maret, membalikkan kerugian awal mendaki 19 sen menjadi USD106,54 per barel.
Iran menghentikan produksi uranium 20 persen sebagai kesepakatan interim pertama antara Teheran dan kekuatan dunia yang dicapai November lalu. Berdasarkan perjanjian tersebut, Iran setuju mengekang bagian dari program nuklirnya selama 6 bulan dalam pertukaran untuk menerima bantuan sederhana dari sanksi internasional dan janji negara P5+1 (Inggris, China, Perancis, Rusia, Amerika Serikat plus Jerman), untuk tidak menjatuhkan sanksi baru terhadap ekonomi mereka.
Kesepakatan itu membantu mengurangi risiko geopolitik di kawasan penghasil minyak Timur Tengah, mengurangi ancaman gangguan pasokan dan menempatkan tekanan pada harga.
Pertumbuhan ekonomi China yang mendatar juga membebani pasar karena berdampak terhadap permintaan minyak. PDB China tumbuh di laju 7,7 persen seperti tahun lalu, mempertahankan ekspansi paling lambat dalam lebih dari satu dekade.
Kelly Teoh, strategi pasar IG Markets, Singapura mengatakan, investor mengamati dengan seksama pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut. "Setiap orang berusaha untuk mendapatkan ukuran tentang apa yang akan terjadi," kata Teoh, seperti dilansir dari AFP, Selasa (21/1/2014).
"Harga minyak mentah mengalami beberapa headwinds dari rilis ekonomi China, menyoroti risiko yang mendasari potensi di ekonomi terbesar kedua dunia itu," timpal Phillip Futures, dalam sebuah komentar pasar .
"Sentimen negatif pasar China dapat meredam permintaan minyak mentah, mengingat bahwa China adalah konsumen terbesar kedua di dunia untuk minyak mentah setelah AS," tegasnya.
(dmd)