Pengusaha pelayaran rugi miliaran rupiah
A
A
A
Sindonews.com - Cuaca buruk dan gelombang tinggi yang terjadi di perairan Sulawesi, membuat industri pelayaran di daerah ini harus menanggung kerugian hingga miliaran rupiah.
Sekretaris Indonesian National Shipowners Association (INSA) Sulsel, Hamka mengungkapkan, cuaca ektrem di laut membuat Syahbandar mengeluarkan maklumat penundaan izin berlayar bagi kapal-kapal pengangkut komoditas.
Akibatnya, kapal-kapal tersebut hanya bersandar di dermaga menunggu gelombang laut normal untuk kembali berlayar. "Anda bisa hitung, jika dalam sehari ada 12 kapal yang bersandar mengalami kerugian, pengusaha harus menanggung rugi Rp216 juta per hari atau Rp6 miliar per tahun," katanya, Kamis (23/1/2014).
Menurutnya, pasca pemberlakuan Undang-Undang Minerba, pengiriman kargo bahan mineral mentah mengalami penyusutan hingga 15 persen. Kondisi ini diperparah dengan terjadi unbalanced cargo antara kapal cargo nasional dengan internasional.
"Dengan adanya UU Minerba sangat memengaruhi, penurunan mencapai 15 persen. Jika terus seperti ini bisa membunuh pengusaha angkutan pelayaran," ujarnya.
Hamka juga menyangkan sikap pemerintah yang selalu berubah-ubah tentang pengaturan Minerba. Dari data INSA Sulsel, pada 2013 ekspor Minerba, khususnya nikel mencapai 400 ribu ton.
Sementar, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mengimbau kepada masyarakat pengguna jasa transportasi laut di Sulsel untuk berhati-hati.
Pasalnya, tinggi gelombang di perairan Sulawesi sudah mencapai empat meter atau status sangat diwaspadai. Kondisi ini membuat laut sangat rawan untuk dilayari, termasuk kapal-kapal besar milik Pelni.
"Dengan ketinggian itu, dapat berakibat fatal seperti kapal tenggelam. Bahkan untuk perahu nelayan gelombang di atas 1,5 meter saja sudah warning," ungkap Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah IV Makassar, Sujarwo.
Karena itu, pihaknya juga mengirimkan warning kepada pelabuhan-pelabuhan yang ada di Sulsel. Apalagi gelombang tinggi diperkirakan akan berlangsung sampai akhir Januari.
Dia mengatakan, ketinggian ombak merata di seluruh jalur pelayaran diperairan Sulawesi. Selain itu, kecepatan angin yang cukup tinggi juga perlu diwaspadai. Saat ini kecepatan angin mencapai 10-45 kilometer per jam. Meski demikian akan sesekali muncul angin dengan kecepatan 50 kilometer per jam atau angin kencang di lautan yang berhembus dari timur laut.
General Manager Peti Kemas PT Pelindo Makassar, Budi Revianto menjelaskan, meski masih minim, gelombang tinggi saat ini sudah memengaruhi aktivitas bongkar muat di pelabuhan Makassar.
"Saat ini baru terdapat empat kapal yang bersandar di Pelabuhan Makassar untuk melakukan bongkar muat peti kemas dengan kapasitas 1.500 TEUs. Sementara untuk satu bulan rata-rata aktivitas bongkar muat di pelabuhan Makassar bisa mencapai 2.300 TEUs," pungkasnya.
Sekretaris Indonesian National Shipowners Association (INSA) Sulsel, Hamka mengungkapkan, cuaca ektrem di laut membuat Syahbandar mengeluarkan maklumat penundaan izin berlayar bagi kapal-kapal pengangkut komoditas.
Akibatnya, kapal-kapal tersebut hanya bersandar di dermaga menunggu gelombang laut normal untuk kembali berlayar. "Anda bisa hitung, jika dalam sehari ada 12 kapal yang bersandar mengalami kerugian, pengusaha harus menanggung rugi Rp216 juta per hari atau Rp6 miliar per tahun," katanya, Kamis (23/1/2014).
Menurutnya, pasca pemberlakuan Undang-Undang Minerba, pengiriman kargo bahan mineral mentah mengalami penyusutan hingga 15 persen. Kondisi ini diperparah dengan terjadi unbalanced cargo antara kapal cargo nasional dengan internasional.
"Dengan adanya UU Minerba sangat memengaruhi, penurunan mencapai 15 persen. Jika terus seperti ini bisa membunuh pengusaha angkutan pelayaran," ujarnya.
Hamka juga menyangkan sikap pemerintah yang selalu berubah-ubah tentang pengaturan Minerba. Dari data INSA Sulsel, pada 2013 ekspor Minerba, khususnya nikel mencapai 400 ribu ton.
Sementar, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mengimbau kepada masyarakat pengguna jasa transportasi laut di Sulsel untuk berhati-hati.
Pasalnya, tinggi gelombang di perairan Sulawesi sudah mencapai empat meter atau status sangat diwaspadai. Kondisi ini membuat laut sangat rawan untuk dilayari, termasuk kapal-kapal besar milik Pelni.
"Dengan ketinggian itu, dapat berakibat fatal seperti kapal tenggelam. Bahkan untuk perahu nelayan gelombang di atas 1,5 meter saja sudah warning," ungkap Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah IV Makassar, Sujarwo.
Karena itu, pihaknya juga mengirimkan warning kepada pelabuhan-pelabuhan yang ada di Sulsel. Apalagi gelombang tinggi diperkirakan akan berlangsung sampai akhir Januari.
Dia mengatakan, ketinggian ombak merata di seluruh jalur pelayaran diperairan Sulawesi. Selain itu, kecepatan angin yang cukup tinggi juga perlu diwaspadai. Saat ini kecepatan angin mencapai 10-45 kilometer per jam. Meski demikian akan sesekali muncul angin dengan kecepatan 50 kilometer per jam atau angin kencang di lautan yang berhembus dari timur laut.
General Manager Peti Kemas PT Pelindo Makassar, Budi Revianto menjelaskan, meski masih minim, gelombang tinggi saat ini sudah memengaruhi aktivitas bongkar muat di pelabuhan Makassar.
"Saat ini baru terdapat empat kapal yang bersandar di Pelabuhan Makassar untuk melakukan bongkar muat peti kemas dengan kapasitas 1.500 TEUs. Sementara untuk satu bulan rata-rata aktivitas bongkar muat di pelabuhan Makassar bisa mencapai 2.300 TEUs," pungkasnya.
(gpr)