Industri Pelayaran Optimistis Dongkrak Kinerja di 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sepanjang tahun 2021 kinerja pelayaran tertekan minus 21% didorong oleh arus kapal yang menurun 3%, arus barang menyusut 14%, serta arus petikemas yang menurun di presentase 11%. Penurunan terbesar terjadi pada arus penumpang hingga 57%.
Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan, kondisi kinerja pelayaran sepanjang 2021 masih banyak berdampak pada pandemi, ketika sejumlah industri manufaktur menghentikan produksinya. Tahun depan, kondisi yang sama masih membayangi perjalanan usaha sektor pelayaran di tengah varian Omicron.
“Akan tetapi bukan berarti tidak ada optimisme di tahun depan. Selama penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional berjalan sesuai harapan, INSA tetap optimistis tahun depan bakal lebih baik,” ujarnya di Jakarta, Selasa, (28/12/2021).
INSA mencatat, penurunan arus barang terjadi pada awal pandemi, saat banyak industri manufaktur menghentikan produksi. Hal ini berdampak pada muatan ekspor-impor komoditi dengan petikemas, termasuk kelangkaan kontainer.
“Kami prihatin dengan yang dialami oleh para eksportir yang mengalami kelangkaan peti kemas, serta meningkatnya freight internasional sebagai akibat bola salju pandemi yang memaksa terjadinya lockdown di berbagai negara, blank sailling, dan kongesti di banyak pelabuhan dunia,” tuturnya.
Carmelita mengungkapkan, pihaknya terus berkoordinasi bersama pemerintah termasuk dengan Main Line Operation (MLO) untuk mencarikan solusi terbaik bagi eksportir nasional dalam upaya menjadikan Indonesia negara pengekspor yang besar.
Upaya yang dilakukan, yakni degan berupaya repositioning kontainer eks impor milik MLO yang beredar di berbagai pelabuhan Indonesia dengan mekanisme free use untuk mencukupi ketersediaan petikemas ekspor.
“Hasilnya, nilai ekspor Indonesia tetap moncer. Sepanjang Januari-November 2021 nilai ekspor Indonesia mencapai USD209,16 miliar. Nilai ekspor ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia,” ungkapnya.
Carmelita menuturkan, catatan gemilang nilai ekspor ini menunjukkan daya saing produk Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan negara lainnya, meski Indonesia masih dihadapkan sejumlah tantangan.
Di sisi lain konsistensi pemerintah menerapkan peraturan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku mendorong bertumbuhnya sektor angkutan non-petikemas seperti tug and barges seiring dengan kenaikan harga batu bara dan CPO dunia di tahun ini.
“Kami juga akan memastikan ketersediaan angkutan kapal merah putih jenis tongkang dan tunda serta curah atau bulk, sehingga tidak perlu mendatangkan kapal bendera asing untuk mendukung kegiatan angkutan batu bara, baik yang diperuntukkan untuk konsumsi domestik maupun ekspor,” pungkas Carmelita.
Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan, kondisi kinerja pelayaran sepanjang 2021 masih banyak berdampak pada pandemi, ketika sejumlah industri manufaktur menghentikan produksinya. Tahun depan, kondisi yang sama masih membayangi perjalanan usaha sektor pelayaran di tengah varian Omicron.
“Akan tetapi bukan berarti tidak ada optimisme di tahun depan. Selama penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional berjalan sesuai harapan, INSA tetap optimistis tahun depan bakal lebih baik,” ujarnya di Jakarta, Selasa, (28/12/2021).
INSA mencatat, penurunan arus barang terjadi pada awal pandemi, saat banyak industri manufaktur menghentikan produksi. Hal ini berdampak pada muatan ekspor-impor komoditi dengan petikemas, termasuk kelangkaan kontainer.
“Kami prihatin dengan yang dialami oleh para eksportir yang mengalami kelangkaan peti kemas, serta meningkatnya freight internasional sebagai akibat bola salju pandemi yang memaksa terjadinya lockdown di berbagai negara, blank sailling, dan kongesti di banyak pelabuhan dunia,” tuturnya.
Carmelita mengungkapkan, pihaknya terus berkoordinasi bersama pemerintah termasuk dengan Main Line Operation (MLO) untuk mencarikan solusi terbaik bagi eksportir nasional dalam upaya menjadikan Indonesia negara pengekspor yang besar.
Upaya yang dilakukan, yakni degan berupaya repositioning kontainer eks impor milik MLO yang beredar di berbagai pelabuhan Indonesia dengan mekanisme free use untuk mencukupi ketersediaan petikemas ekspor.
“Hasilnya, nilai ekspor Indonesia tetap moncer. Sepanjang Januari-November 2021 nilai ekspor Indonesia mencapai USD209,16 miliar. Nilai ekspor ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia,” ungkapnya.
Carmelita menuturkan, catatan gemilang nilai ekspor ini menunjukkan daya saing produk Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan negara lainnya, meski Indonesia masih dihadapkan sejumlah tantangan.
Di sisi lain konsistensi pemerintah menerapkan peraturan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku mendorong bertumbuhnya sektor angkutan non-petikemas seperti tug and barges seiring dengan kenaikan harga batu bara dan CPO dunia di tahun ini.
“Kami juga akan memastikan ketersediaan angkutan kapal merah putih jenis tongkang dan tunda serta curah atau bulk, sehingga tidak perlu mendatangkan kapal bendera asing untuk mendukung kegiatan angkutan batu bara, baik yang diperuntukkan untuk konsumsi domestik maupun ekspor,” pungkas Carmelita.
(uka)