Penjualan CPO AALI tumbuh 10,7%
A
A
A
Sindonews.com - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) hingga akhir tahun 2013 mencatat pertumbuhan volume penjualan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar 10,7 persen menjadi 1,57 juta ton dibanding 2012 sebesar 1,42 juta ton. Naiknya penjualan CPO, masih didominasi oleh pasar lokal dibandingkan dengan ekspor.
“Dengan komposisi lokal sebesar 98,9 persen atau naik dari 96,9 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan untuk ekspor sebesar 1,1 persen turun dari 3,1 persen,” kata Investor Relations AALI Rudy Limardjo di Jakarta, Senin (3/2/2014).
Dia menjelaskan, penjualan CPO pada pasar lokal mengalami peningkatan sebesar 13,1 persen atau menjadi 1,55 juta ton dari 1,37 juta ton di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara untuk penjualan dari pasar eksport sekitar 17.500 ton atau anjlok 60,5 persen dari 44.261 ton.
Rudy mengatakan, penurunan penjualan ekspor karena harga lokal yang masih kompetitif dibandingkan harga ekspor. Selain itu, harga rata-rata CPO AALI tahun 2013 di bawah 2012.
Dia mengungkapkan, harga rata-rata CPO AALI mengalami penurunan 0,6 persen dari Rp7.322 per kilogram (kg) menjadi Rp7.277 per kg.
Sementara itu, volume penjualan minyak kernel (PKO) juga mengalami pertumbuhan 44,8 persen dari 232.336 ton menjadi 336.414 ton. Namun, penurunan terjadi pada harga rata-rata kernel sebesar 0,4 persen dari Rp3.465 per kg menjadi Rp3.452 per kg.
Sama halnya dengan volume penjualan, ALLI mencatat pertumbuhan produksi CPO sebesar 4,2 persen menjadi 1,54 juta ton dari produksi CPO pada tahun 2012 sebesar 1,48 juta ton.
Dia mengatakan, kenaikan tersebut tidak diiringi oleh kenaikan produksi tandan buah segar (TBS) yang sepanjang tahun 2013 mencapai 5,12 juta ton atau turun 6,8 persen dari 5,49 juta ton.
Rudi mengungkap, meskipun TBS mengalami penurunan, produksi kernel perseroan mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen menjadi 328.141 ton dari 323.051 ton.
Untuk komposisi produksi TBS pada tahun 2013 masih dikontribusikan oleh wilayah Sumatera sebesar 42,8 persen. Sementara wilayah Kalimantan memberi kontribusi sebesar 39,3 persen dan Sulawesi sebesar 17,9 persen.
Produksi TBS di kebun wilayah Sumatera mengalami penurunan 6 persen dari 2,33 juta ton pada tahun 2012 menjadi 2,19 juta ton. Sedangkan di wilayah Kalimantan turun 8,5 persen dari 2,20 juta ton menjadi 2,01 juta ton. Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah Sulawesi, yang mengalami penurunan 4,8 persen dari 963.920 ton menjadi 917.963 ton.
“Untuk produksi TBS olah mengalami kenaikan 4 persen menjadi 6,88 juta ton dari 6,62 juta ton,” ujar dia.
Akan tetapi, produksi TBS dari kebun inti mengalami penyusutan 7,3 persen menjadi 3,70 juta ton dari sebelumnya 4 juta ton. Sementara dari kebun eksternal mengalami peningkatan 21,3 persen menjadi 3,17 juta ton dari 2,62 juta ton.
Rudy menuturkan, komposisi TBS olah pada kebun inti sepanjang tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 6,5 persen dari 60,4 persen pada 2012 menjadi 53,9 persen. Sedangkan kebun eksternal mengalami peningkatan 6,5 persen dari 39,6 persen di 2012 menjadi 46,1 persen.
“Dengan komposisi lokal sebesar 98,9 persen atau naik dari 96,9 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan untuk ekspor sebesar 1,1 persen turun dari 3,1 persen,” kata Investor Relations AALI Rudy Limardjo di Jakarta, Senin (3/2/2014).
Dia menjelaskan, penjualan CPO pada pasar lokal mengalami peningkatan sebesar 13,1 persen atau menjadi 1,55 juta ton dari 1,37 juta ton di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara untuk penjualan dari pasar eksport sekitar 17.500 ton atau anjlok 60,5 persen dari 44.261 ton.
Rudy mengatakan, penurunan penjualan ekspor karena harga lokal yang masih kompetitif dibandingkan harga ekspor. Selain itu, harga rata-rata CPO AALI tahun 2013 di bawah 2012.
Dia mengungkapkan, harga rata-rata CPO AALI mengalami penurunan 0,6 persen dari Rp7.322 per kilogram (kg) menjadi Rp7.277 per kg.
Sementara itu, volume penjualan minyak kernel (PKO) juga mengalami pertumbuhan 44,8 persen dari 232.336 ton menjadi 336.414 ton. Namun, penurunan terjadi pada harga rata-rata kernel sebesar 0,4 persen dari Rp3.465 per kg menjadi Rp3.452 per kg.
Sama halnya dengan volume penjualan, ALLI mencatat pertumbuhan produksi CPO sebesar 4,2 persen menjadi 1,54 juta ton dari produksi CPO pada tahun 2012 sebesar 1,48 juta ton.
Dia mengatakan, kenaikan tersebut tidak diiringi oleh kenaikan produksi tandan buah segar (TBS) yang sepanjang tahun 2013 mencapai 5,12 juta ton atau turun 6,8 persen dari 5,49 juta ton.
Rudi mengungkap, meskipun TBS mengalami penurunan, produksi kernel perseroan mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen menjadi 328.141 ton dari 323.051 ton.
Untuk komposisi produksi TBS pada tahun 2013 masih dikontribusikan oleh wilayah Sumatera sebesar 42,8 persen. Sementara wilayah Kalimantan memberi kontribusi sebesar 39,3 persen dan Sulawesi sebesar 17,9 persen.
Produksi TBS di kebun wilayah Sumatera mengalami penurunan 6 persen dari 2,33 juta ton pada tahun 2012 menjadi 2,19 juta ton. Sedangkan di wilayah Kalimantan turun 8,5 persen dari 2,20 juta ton menjadi 2,01 juta ton. Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah Sulawesi, yang mengalami penurunan 4,8 persen dari 963.920 ton menjadi 917.963 ton.
“Untuk produksi TBS olah mengalami kenaikan 4 persen menjadi 6,88 juta ton dari 6,62 juta ton,” ujar dia.
Akan tetapi, produksi TBS dari kebun inti mengalami penyusutan 7,3 persen menjadi 3,70 juta ton dari sebelumnya 4 juta ton. Sementara dari kebun eksternal mengalami peningkatan 21,3 persen menjadi 3,17 juta ton dari 2,62 juta ton.
Rudy menuturkan, komposisi TBS olah pada kebun inti sepanjang tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 6,5 persen dari 60,4 persen pada 2012 menjadi 53,9 persen. Sedangkan kebun eksternal mengalami peningkatan 6,5 persen dari 39,6 persen di 2012 menjadi 46,1 persen.
(rna)