Banjir bikin sektor perkebunan kompak melemah
A
A
A
Sindonews.com - Banjir yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air menyusul curah hujan yang tinggi selama lebih sebulan ini membuat saham sektor perkebunan bergejolak dengan kecenderungan melemah.
Padahal, saham-saham perkebunan disebut-sebut mampu mendongkrak penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dari data perdagangan yang dihimpun, terlihat setidaknya selama satu bulan terakhir di Januari 2014 dan selama sepekan belakangan ini, harga saham-saham perkebunan seperti PT London Sumatera Plantation Tbk (LSIP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT BW Plantation Tbk (BWPT) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) terlihat fluktuatif cenderung melemah.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menuturkan, fenomena ini terjadi lantaran bencana banjir dan longsor akibat tingginya curah hujan selama sebulan belakangan. Ini diasumsikan pasar sebagai faktor yang dapat menghambat kinerja sektor perkebunan, terutama dari sisi distribusi produk.
Di sisi lain, dia menjelaskan, ketertarikan investor terhadap saham perkebunan diproyeksi akan berkurang di akhir Februari 2014.
"Agri moment-nya hampir habis menjelang akhir Februari. Curah hujan memang mempengaruhi produksi agri yang akan membuat suplai sedikit berkurang dan efeknya harga akan naik," kata William saat dihubungi, Kamis (6/2/2014).
Secara historikal, William mengatakan, grafik saham-saham di sektor Agri mulai menujukkan tren menurun di pertengahan menjelang akhir Februari, namun dalam waktu dekat tren Agri masih cukup bagus.
"Trennya sekarang ini lebih ke arah distribusi, namun masih ada kenaiakn meski terbatas," tutur dia.
Sementara Kepala Riset Trust Securities Reza Priambada mengatakan, meski saham-saham perkebunan selama Januari 2014 terlihat fluktuatif melemah, namun saham perkebunan masih menjadi incaran pelaku pasar seiring persepsi peningkatan curah hujan saat ini, yang dipercaya dapat memberikan tambahan manfaat, baik langsung maupun tidak langsung terhadap sektor tersebut.
"Sebenarnya trennya masih cukup baik, tapi harus ditunjang kondisi makro yang cukup baik, di mana demand nantinya akan meningkat," kata dia.
Lebih lanjut Reza mengatakan, di tengah bencana banjir dan longsor serta masih tingginya curah hujan saat ini, pelaku pasar mulai selektif dalam melakukan investasi di sektor perkebunan.
Menurut dia, sektor perkebunan yang mengolah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih cukup dominan mendongkrak saham-saham sektor perkebunan.
"CPO kan bisa diolah jadi minyak goreng atau bahan pendukung farmasi dan kecantikan sampai bahan pendukung biodiesel. Itu yang menjadikan saham perkebunan masih diminati para investor," tutur Reza.
Aksi beli selektif yang dilakukan pelaku pasar tampaknya bukan tanpa alasan. Bila dilihat dari papan perdagangan, harga saham perkebunan terutama yang mengelola CPO umumnya memiliki tren penguatan cukup bagus.
Namun, harga CPO Indonesia yang selalu mengacu ke pasar global menyebabkan harga komoditas ini tidak terlalu menarik dan berimbas pada harga saham.
"Sebenarnya masih bagus trennya, cuma karena harga CPO selalu mengacu pada harga komoditas global, itu yang sering bikin rusak sentimen," kata Reza.
Padahal, saham-saham perkebunan disebut-sebut mampu mendongkrak penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dari data perdagangan yang dihimpun, terlihat setidaknya selama satu bulan terakhir di Januari 2014 dan selama sepekan belakangan ini, harga saham-saham perkebunan seperti PT London Sumatera Plantation Tbk (LSIP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT BW Plantation Tbk (BWPT) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) terlihat fluktuatif cenderung melemah.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menuturkan, fenomena ini terjadi lantaran bencana banjir dan longsor akibat tingginya curah hujan selama sebulan belakangan. Ini diasumsikan pasar sebagai faktor yang dapat menghambat kinerja sektor perkebunan, terutama dari sisi distribusi produk.
Di sisi lain, dia menjelaskan, ketertarikan investor terhadap saham perkebunan diproyeksi akan berkurang di akhir Februari 2014.
"Agri moment-nya hampir habis menjelang akhir Februari. Curah hujan memang mempengaruhi produksi agri yang akan membuat suplai sedikit berkurang dan efeknya harga akan naik," kata William saat dihubungi, Kamis (6/2/2014).
Secara historikal, William mengatakan, grafik saham-saham di sektor Agri mulai menujukkan tren menurun di pertengahan menjelang akhir Februari, namun dalam waktu dekat tren Agri masih cukup bagus.
"Trennya sekarang ini lebih ke arah distribusi, namun masih ada kenaiakn meski terbatas," tutur dia.
Sementara Kepala Riset Trust Securities Reza Priambada mengatakan, meski saham-saham perkebunan selama Januari 2014 terlihat fluktuatif melemah, namun saham perkebunan masih menjadi incaran pelaku pasar seiring persepsi peningkatan curah hujan saat ini, yang dipercaya dapat memberikan tambahan manfaat, baik langsung maupun tidak langsung terhadap sektor tersebut.
"Sebenarnya trennya masih cukup baik, tapi harus ditunjang kondisi makro yang cukup baik, di mana demand nantinya akan meningkat," kata dia.
Lebih lanjut Reza mengatakan, di tengah bencana banjir dan longsor serta masih tingginya curah hujan saat ini, pelaku pasar mulai selektif dalam melakukan investasi di sektor perkebunan.
Menurut dia, sektor perkebunan yang mengolah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih cukup dominan mendongkrak saham-saham sektor perkebunan.
"CPO kan bisa diolah jadi minyak goreng atau bahan pendukung farmasi dan kecantikan sampai bahan pendukung biodiesel. Itu yang menjadikan saham perkebunan masih diminati para investor," tutur Reza.
Aksi beli selektif yang dilakukan pelaku pasar tampaknya bukan tanpa alasan. Bila dilihat dari papan perdagangan, harga saham perkebunan terutama yang mengelola CPO umumnya memiliki tren penguatan cukup bagus.
Namun, harga CPO Indonesia yang selalu mengacu ke pasar global menyebabkan harga komoditas ini tidak terlalu menarik dan berimbas pada harga saham.
"Sebenarnya masih bagus trennya, cuma karena harga CPO selalu mengacu pada harga komoditas global, itu yang sering bikin rusak sentimen," kata Reza.
(rna)