Pertamina resmikan proyek hilir migas Rp4 T
A
A
A
Sindonews.com – PT Pertamina (Persero) meresmikan tujuh proyek infrastruktur hilir minyak dan gas (migas) dengan total USD340 juta atau setara Rp4,08 triliun. Hal ini sebagai upaya perseroan sebagai pemain utama bisnis niaga migas di tingkat regional menuju visi Asian Energy Champion 2025.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan menuturkan, guna mencapai visi Asian Energy Champion 2025, Pertamina telah memiliki sejumlah strategi yang dicatatkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja agar dapat berada sejajar dengan perusahaan-perusahaan kelas dunia.
Salah satu yang diutamakan adalah penguatan bisnis hilir migas melalui pengembangan infrastruktur suplai dan distribusi.
“Peresmian proyek-proyek ini diharapkan dapat mendukung pencapaian kinerja dan tugas-tugas Pertamina sebagai Indonesia’s National Energy Backbone atau perusahaan yang mampu menjadi tulang punggung penyediaan kebutuhan energi dalam negeri sekaligus untuk memantapkan posisi perusahaan dalam penguasaan bisnis niaga migas baik di level nasional, regional, maupun Internasional,” tutur Karen saat meresmikan proyek Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) di Pulau Sambu, Kepulauan Riau, Rabu (12/2/2014).
Adapun proyek-proyek yang diresmikan, antara lain TBBM Pulau Sambu berkapasitas 300 ribu kiloliter (kl) dengan dermaga berkapasitas LR 100 ribu DWT dilengkapi fasilitas Terminal Automation System serta blending untuk produk solar dan MFO berstandar internasional.
Kedua, proyek TBBM Tanjung Uban dengan tambahan kapasitas tangki timbun sebesar 200 ribu kl lengkap dengan Terminal Automation System dan dermaga baru berkapasitas LR 100 ribu DWT serta fasilitas blending mogas yang dapat meningkatkan fleksibilitas pembelian impor produk premium atau HOMC 92 dan Naphta.
"Adapun kedua proyek ini rencananya akan selesai pada akhir 2016," jelas dia.
Ketiga adalah terminal LPG Panjang, Lampung dengan kapasitas tangki timbun 5.000 metrik ton yang telah melayani pasokan elpiji untuk Lampung dan sekitarnya. Sekaligus sebagai buffer stock untuk wilayah Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Keempat, kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) berkapasitas 84 ribu cubic metric atau setara dengan 50 ribu ton elpiji dengan panjang kapal 225,8 meter yang merupakan terbesar di dunia.
Kapal VLGC ini merupakan bagian dari rencana penambahan armada milik Pertamina untuk memperkuat jumlah armada kapal milik Pertamina, khususnya tipe elpiji carrier untuk meningkatkan efisiensi dan memperlancar distribusi elpiji ke seluruh wilayah Indonesia serta meningkatkan posisi tawar Pertamina di antara para ship owners.
Selanjutnya tiga proyek Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di tiga lokasi bandara internasional, yaitu DPPU Kualanamu, Medan, Sumatera Utara, DPPU Hassanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, dan DPPU Bandara Internasional Lombok, Mataram, NTB.
Ketiga proyek pembangunan DPPU tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bisnis penjualan avtur Pertamina dalam dunia penerbangan nasional maupun internasional.
Menurut Direktur Pemasaran Dan Niaga Pertamina Hanung Budya, peresmian proyek-proyek ini sangat penting karena keberhasilan pembangunan dan revitalisasi ini adalah bagian dari kemajuan Pertamina dan Indonesia.
Hanung juga menyinggung mengenai perkuatan infrastruktur DPPU di tiga bandara internasional. "Hal itu sebagai upaya Pertamina untuk mempertahankan pasar dan mengamankan penguasaan pasar penjualan Avtur di Indonesia sebagai antisipasi dibukanya pasar (open acces) bahan bakar penerbangan domestik," pungkas dia.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan menuturkan, guna mencapai visi Asian Energy Champion 2025, Pertamina telah memiliki sejumlah strategi yang dicatatkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja agar dapat berada sejajar dengan perusahaan-perusahaan kelas dunia.
Salah satu yang diutamakan adalah penguatan bisnis hilir migas melalui pengembangan infrastruktur suplai dan distribusi.
“Peresmian proyek-proyek ini diharapkan dapat mendukung pencapaian kinerja dan tugas-tugas Pertamina sebagai Indonesia’s National Energy Backbone atau perusahaan yang mampu menjadi tulang punggung penyediaan kebutuhan energi dalam negeri sekaligus untuk memantapkan posisi perusahaan dalam penguasaan bisnis niaga migas baik di level nasional, regional, maupun Internasional,” tutur Karen saat meresmikan proyek Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) di Pulau Sambu, Kepulauan Riau, Rabu (12/2/2014).
Adapun proyek-proyek yang diresmikan, antara lain TBBM Pulau Sambu berkapasitas 300 ribu kiloliter (kl) dengan dermaga berkapasitas LR 100 ribu DWT dilengkapi fasilitas Terminal Automation System serta blending untuk produk solar dan MFO berstandar internasional.
Kedua, proyek TBBM Tanjung Uban dengan tambahan kapasitas tangki timbun sebesar 200 ribu kl lengkap dengan Terminal Automation System dan dermaga baru berkapasitas LR 100 ribu DWT serta fasilitas blending mogas yang dapat meningkatkan fleksibilitas pembelian impor produk premium atau HOMC 92 dan Naphta.
"Adapun kedua proyek ini rencananya akan selesai pada akhir 2016," jelas dia.
Ketiga adalah terminal LPG Panjang, Lampung dengan kapasitas tangki timbun 5.000 metrik ton yang telah melayani pasokan elpiji untuk Lampung dan sekitarnya. Sekaligus sebagai buffer stock untuk wilayah Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Keempat, kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) berkapasitas 84 ribu cubic metric atau setara dengan 50 ribu ton elpiji dengan panjang kapal 225,8 meter yang merupakan terbesar di dunia.
Kapal VLGC ini merupakan bagian dari rencana penambahan armada milik Pertamina untuk memperkuat jumlah armada kapal milik Pertamina, khususnya tipe elpiji carrier untuk meningkatkan efisiensi dan memperlancar distribusi elpiji ke seluruh wilayah Indonesia serta meningkatkan posisi tawar Pertamina di antara para ship owners.
Selanjutnya tiga proyek Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di tiga lokasi bandara internasional, yaitu DPPU Kualanamu, Medan, Sumatera Utara, DPPU Hassanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, dan DPPU Bandara Internasional Lombok, Mataram, NTB.
Ketiga proyek pembangunan DPPU tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bisnis penjualan avtur Pertamina dalam dunia penerbangan nasional maupun internasional.
Menurut Direktur Pemasaran Dan Niaga Pertamina Hanung Budya, peresmian proyek-proyek ini sangat penting karena keberhasilan pembangunan dan revitalisasi ini adalah bagian dari kemajuan Pertamina dan Indonesia.
Hanung juga menyinggung mengenai perkuatan infrastruktur DPPU di tiga bandara internasional. "Hal itu sebagai upaya Pertamina untuk mempertahankan pasar dan mengamankan penguasaan pasar penjualan Avtur di Indonesia sebagai antisipasi dibukanya pasar (open acces) bahan bakar penerbangan domestik," pungkas dia.
(rna)