Laju IHSG terancam menukik
A
A
A
Sindonews.com - Sejalan dengan mulai melemahnya laju rupiah ditambah negatifnya sentimen yang ada serta ancaman aksi ambil untung yang melanda, memaksa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpaksa menahan diri dari keinginannya melanjutkan penguatan.
Alih-alih menguat, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, lajunya terancam menukik turun pada perdagangan hari ini. IHSG diprediksi berada pada posisi support 4.535-4.548 dan resistance 4.575-4.582.
IHSG mampu bertahan tipis di atas kisaran support 4.500-4.540, namun tidak sampai ke kisaran resisten 4.580-4.588, sehingga terindikasi mulai terbatasnya kenaikan dan cenderung berbalik melemah jika sentimen yang ada tidak cukup mendukung.
"Apalagi, pola yang sama pernah terjadi di minggu keempat Januari, sehingga waspadai potensi downreversal," kata dia, Rabu (19/2/2014).
Menilik lajunya secara historikal pada perdagangan kemarin tampak variatifnya sentimen dari Asia, terutama dari Jepang dan China serta kembali melemahnya nilai tukar rupiah pasca terapresiasi beberapa hari sebelumnya membuat IHSG mulai berkurang potensi kenaikan lanjutannya.
Kenaikan beberapa saham pada sektor komoditas dan infrastruktur masih menopang kenaikan tipis IHSG. Sepanjang perdagangan Selasa kemarin, IHSG menyentuh level tertinggi 4.560,10 di pertengahan sesi 2 dan menyentuh level terendah 4.524,53 di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.555,37.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
"Seperti yang kami sampaikan dalam ulasan sebelumnya dimana bila sebagian besar pelaku pasar memanfaatkan kenaikan ini untuk ambil untung masif, maka potensi kenaikan lanjutan itu pun bisa sangat berkurang. Dapat kita lihat memang laju kenaikan IHSG mulai berkurang," kata Reza.
Bahkan jika diamati secara intraday perdagangan, maka dapat terlihat laju IHSG cenderung mendatar dengan sesekali diselingi pelemahan.
Dari luar negeri, rilis pertemuan BoJ yang memperpanjang fasilitas pinjaman setahun ke depan dari jadwal semula dimana akan berakhir di Maret 2014 untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor perbankan dan menjaga keyakinan terhadap perekonomian untuk mengantisipasi menurunnya momentum pertumbuhan menjadi sentimen positif bagi laju bursa saham Asia, terutama dengan melemahnya yen pasca pertemuan tersebut.
BoJ mempertahankan kebijakannya untuk meningkatkan base money dari tahun lalu senilai USD589 miliar hingga USD687 miliar, di mana telah meningkat stimulusnya sejak April 2013 lalu.
Kendati begitu, sentimen dari China menghalangi, di mana beredar penilaian keringnya likuiditas perbankan China pasca terjadinya kenaikan penyaluran kredit sepanjang Januari. Padahal juga dirilis kenaikan FDI China yang seharusnya bisa berimbas positif namun, nyatanya tidak dimana bursa saham China tetap di zona merah.
Rilis positif kenaikan current account zona Eropa, rendahnya inflasi Swedia dan Inggris serta naiknya retail price index Inggris tidak mampu mempertahankan laju penguatan bursa saham Eropa yang terhalangi oleh rilis rendahnya ZEW economic sentiment index zona Eropa dan Jerman. Aksi profit taking pada saham-saham otomotif dan ritel memberikan tambahan sentimen negatif.
Alih-alih menguat, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, lajunya terancam menukik turun pada perdagangan hari ini. IHSG diprediksi berada pada posisi support 4.535-4.548 dan resistance 4.575-4.582.
IHSG mampu bertahan tipis di atas kisaran support 4.500-4.540, namun tidak sampai ke kisaran resisten 4.580-4.588, sehingga terindikasi mulai terbatasnya kenaikan dan cenderung berbalik melemah jika sentimen yang ada tidak cukup mendukung.
"Apalagi, pola yang sama pernah terjadi di minggu keempat Januari, sehingga waspadai potensi downreversal," kata dia, Rabu (19/2/2014).
Menilik lajunya secara historikal pada perdagangan kemarin tampak variatifnya sentimen dari Asia, terutama dari Jepang dan China serta kembali melemahnya nilai tukar rupiah pasca terapresiasi beberapa hari sebelumnya membuat IHSG mulai berkurang potensi kenaikan lanjutannya.
Kenaikan beberapa saham pada sektor komoditas dan infrastruktur masih menopang kenaikan tipis IHSG. Sepanjang perdagangan Selasa kemarin, IHSG menyentuh level tertinggi 4.560,10 di pertengahan sesi 2 dan menyentuh level terendah 4.524,53 di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.555,37.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
"Seperti yang kami sampaikan dalam ulasan sebelumnya dimana bila sebagian besar pelaku pasar memanfaatkan kenaikan ini untuk ambil untung masif, maka potensi kenaikan lanjutan itu pun bisa sangat berkurang. Dapat kita lihat memang laju kenaikan IHSG mulai berkurang," kata Reza.
Bahkan jika diamati secara intraday perdagangan, maka dapat terlihat laju IHSG cenderung mendatar dengan sesekali diselingi pelemahan.
Dari luar negeri, rilis pertemuan BoJ yang memperpanjang fasilitas pinjaman setahun ke depan dari jadwal semula dimana akan berakhir di Maret 2014 untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor perbankan dan menjaga keyakinan terhadap perekonomian untuk mengantisipasi menurunnya momentum pertumbuhan menjadi sentimen positif bagi laju bursa saham Asia, terutama dengan melemahnya yen pasca pertemuan tersebut.
BoJ mempertahankan kebijakannya untuk meningkatkan base money dari tahun lalu senilai USD589 miliar hingga USD687 miliar, di mana telah meningkat stimulusnya sejak April 2013 lalu.
Kendati begitu, sentimen dari China menghalangi, di mana beredar penilaian keringnya likuiditas perbankan China pasca terjadinya kenaikan penyaluran kredit sepanjang Januari. Padahal juga dirilis kenaikan FDI China yang seharusnya bisa berimbas positif namun, nyatanya tidak dimana bursa saham China tetap di zona merah.
Rilis positif kenaikan current account zona Eropa, rendahnya inflasi Swedia dan Inggris serta naiknya retail price index Inggris tidak mampu mempertahankan laju penguatan bursa saham Eropa yang terhalangi oleh rilis rendahnya ZEW economic sentiment index zona Eropa dan Jerman. Aksi profit taking pada saham-saham otomotif dan ritel memberikan tambahan sentimen negatif.
(rna)