Indonesia tekan kebijakan moneter AS di KTT G20
A
A
A
Sindonews.com - Indonesia dan Afrika Selatan (Afsel) meningkatkan tekanan terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), dengan mendesak komunikasi lebih jelas dan baik sehingga negara-negara berkembang (emerging market) tidak terperangkap langkah Federal Reserve (The Fed).
Indonesia, Afrika Selatan, Argentina, Turki, dan India mengalami arus keluar modal dan kerugian mata uang akibat langkah The Fed yang menarik ulur tapering off stimulus moneter.
Menteri Keuangan Indonesia, M Chatib Basri mengemukakan, hal itu penting dibicarakan dalam pertemuan KTT G20 akhir pekan ini, di mana para menteri keuangan dan gubernur bank sentral di Sydney, Australia, meminta kepastian arah kebijakan AS.
"Saya memahami dunia normal adalah dunia tanpa QE (pelonggaran kuantitatif), sehingga pasar negara berkembang harus siap (tanpa QE)," ujarnya kepada Australian Broadcasting Corporation, seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat (21/2/2014).
"Tapi, saya pikir ketika kita berpindah dari satu keseimbangan ke keseimbangan lain sangat penting untuk terus berkomunikasi membahas tentang roadmap, sehingga kita di pasar negara berkembang dapat mempersiapkan diri. Saya pikir itu bukan hanya Indonesia," tegasnya .
Menurut Chatib, pasar lain negara berkembang termasuk India, Afrika Selatan dan Brazil juga mengangkat masalah yang sama tentang perlunya koordinasi.
Hal senada dikemukakan Menteri Keuangan Afrika Selatan, Pravin Gordhan, yang tidak dapat menghadiri G20 karena harus mempersiapkan anggaran negara 2014. Dalam catatannya menjelang KTT, dia menekankan komunikasi sangat penting.
"Afrika Selatan akan menggunakan pertemuan ini untuk mendorong masyarakat ekonomi global kembali ke kerja sama lebih erat dan koordinasi melalui G20. Peristiwa baru-baru ini menunjukkan bagaimana pasar keuangan, sebagai salah satu saluran kesalingterkaitan ekonomi global dapat mempengaruhi stabilitas di negara berkembang," ujarnya.
Bagi Kepala Fed baru, Janet Yellen, pertemuan G20 kali ini adalah yang pertama sebagai pengganti Ben Bernanke, atau hanya beberapa minggu setelah kesaksian pengukuhannya di kongres AS.
Dia akan melanjutkan kebijakan pengurangan stimulus moneter, yang telah menumpahkan uang murah di pasar negara berkembang, dengan melakukan pengurangan secara bertahap USD10 miliar-USD65 miliar, asalkan kondisi ekonomi stabil.
Kemarin, Ketua IMF Christine Lagarde telah memperingatkan AS untuk sadar atas dampak dari pengurangan stimulus yang mereka lakukan terhadap negara berkembang.
Indonesia, Afrika Selatan, Argentina, Turki, dan India mengalami arus keluar modal dan kerugian mata uang akibat langkah The Fed yang menarik ulur tapering off stimulus moneter.
Menteri Keuangan Indonesia, M Chatib Basri mengemukakan, hal itu penting dibicarakan dalam pertemuan KTT G20 akhir pekan ini, di mana para menteri keuangan dan gubernur bank sentral di Sydney, Australia, meminta kepastian arah kebijakan AS.
"Saya memahami dunia normal adalah dunia tanpa QE (pelonggaran kuantitatif), sehingga pasar negara berkembang harus siap (tanpa QE)," ujarnya kepada Australian Broadcasting Corporation, seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat (21/2/2014).
"Tapi, saya pikir ketika kita berpindah dari satu keseimbangan ke keseimbangan lain sangat penting untuk terus berkomunikasi membahas tentang roadmap, sehingga kita di pasar negara berkembang dapat mempersiapkan diri. Saya pikir itu bukan hanya Indonesia," tegasnya .
Menurut Chatib, pasar lain negara berkembang termasuk India, Afrika Selatan dan Brazil juga mengangkat masalah yang sama tentang perlunya koordinasi.
Hal senada dikemukakan Menteri Keuangan Afrika Selatan, Pravin Gordhan, yang tidak dapat menghadiri G20 karena harus mempersiapkan anggaran negara 2014. Dalam catatannya menjelang KTT, dia menekankan komunikasi sangat penting.
"Afrika Selatan akan menggunakan pertemuan ini untuk mendorong masyarakat ekonomi global kembali ke kerja sama lebih erat dan koordinasi melalui G20. Peristiwa baru-baru ini menunjukkan bagaimana pasar keuangan, sebagai salah satu saluran kesalingterkaitan ekonomi global dapat mempengaruhi stabilitas di negara berkembang," ujarnya.
Bagi Kepala Fed baru, Janet Yellen, pertemuan G20 kali ini adalah yang pertama sebagai pengganti Ben Bernanke, atau hanya beberapa minggu setelah kesaksian pengukuhannya di kongres AS.
Dia akan melanjutkan kebijakan pengurangan stimulus moneter, yang telah menumpahkan uang murah di pasar negara berkembang, dengan melakukan pengurangan secara bertahap USD10 miliar-USD65 miliar, asalkan kondisi ekonomi stabil.
Kemarin, Ketua IMF Christine Lagarde telah memperingatkan AS untuk sadar atas dampak dari pengurangan stimulus yang mereka lakukan terhadap negara berkembang.
(dmd)