Pemerintah optimis surplus neraca perdagangan berlanjut

Selasa, 01 April 2014 - 20:48 WIB
Pemerintah optimis surplus...
Pemerintah optimis surplus neraca perdagangan berlanjut
A A A
Sindonews.com - Setelah mengalami defisit sangat besar pada Januari 2014, yakni USD430,6 miliar, neraca perdagangan Indonesia kembali membukukan surplus pada Februari, yakni USD785,3 juta.

Surplus ini didorong melambatnya laju impor serta diimbangi perbaikan kinerja ekspor. Pada Februari 2014, nilai impor Indonesia hanya tercatat USD13,78 miliar. Sebaliknya, ekspor membukukan nilai sebesar USD14,57 miliar.

Menyusul perbaikan di neraca perdagangan Februari, Menteri Keuangan M Chatib Basri optimis, tren surplus akan berlanjut pada bulan-bulan mendatang. Dia mengingatkan tren surplus sebenarnya sudah dimulai Oktober 2013 tetapi di Januari 2014, neraca perdagangan menjadi defisit sebelum akhirnya kembali surplus pada Februari 2014.

Surplus yang terjadi pada Oktober-Desember 2013 dan Februari 2014, berbanding terbalik dengan kondisi di pertengahan tahun lalu. Di mana pada periode April-Juli 2013 selalu terjadi defisit pada neraca perdagangan.

"Sekarang perdagangan surplus karena impor manufacturing-nya turun tajam dan ada perbaikan dalam ekspor, terutama (karena harga) minyak sawit mentah. Mestinya dengan tren ini kita bisa jaga surplus, bahwa tren ini akan berlanjut," kata Chatib di kantor Kementerian Keuangan, Selasa (1/4/2014).

Chatib menuturkan, semakin efektifnya kebijakan pemerintah dalam menekan impor serta kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menjaga suku bunga di level 7,5 persen, maka laju impor diyakini bisa ditekan.

Sebagai informasi, untuk menekan impor sekaligus mendongkrak ekspor, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. Misalnya menaikkan pajak penghasilan (PPh ) pasal 22 atas impor sebesar 7,5 persen kepada 870 pos tarif barang (harmonized system/HS) serta dua barang modal, yakni handphone dan laptop.

Selain itu, pemerintah juga memberikan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) berupa pembebasan dan pengembalian bea masuk atas impor untuk tujuan ekspor. "Orang percaya bahwa kita bisa dipercaya dan kebijakannya membaik," ujarnya.

Keyakinan serupa juga disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo. Menurutnya, dengan upaya BI dan pemerintah untuk menekan impor serta membaiknya harga komoditas ekspor andalan Indonesia, Sasmito meyakini tren neraca perdagangan Indonesia ke depan akan terus mencatatkan surplus.

"Pada 2013 (neraca perdagangan) kita cenderung defisit, tetapi trennya akan surplus ke depan. Beberapa harga komoditas kita juga naik harganya. Itu akan mendorong nilai ekspor kita ke depan, terutama CPO," kata Sasmito di kantor BPS, Jakarta, hari ini.
(izz)
Berita Terkait
Neraca Perdagangan Indonesia...
Neraca Perdagangan Indonesia pada Januari 2025 Catat Surplus USD 3,45 Miliar
Neraca Perdagangan Agustus...
Neraca Perdagangan Agustus 2024 Surplus
Top! Surplus Neraca...
Top! Surplus Neraca Dagang Tertinggi Sejak 9 Tahun Terakhir
Juara Lawan AS, Neraca...
Juara Lawan AS, Neraca Dagang RI Keok dengan Thailand
Januari - November 2020,...
Januari - November 2020, Neraca Perdagangan Jatim Defisit
Neraca Perdagangan Surplus,...
Neraca Perdagangan Surplus, Pemerintah Respon Positif
Berita Terkini
19 Perusahaan Korsel...
19 Perusahaan Korsel Bakal Tambah Investasi Rp30 Triliun usai Bertemu Prabowo, Ini Daftarnya
43 menit yang lalu
Optimalkan Potensi KEK...
Optimalkan Potensi KEK Mandalika dengan Membangun Ekosistem Pariwisata Hijau
43 menit yang lalu
Penertiban Kawasan Hutan...
Penertiban Kawasan Hutan Diminta Utamakan Kepastian Hukum dan Data Valid
59 menit yang lalu
Mendorong Hilirisasi...
Mendorong Hilirisasi Industri Berbasis Sumber Daya Lokal di Maluku Utara
1 jam yang lalu
Perluas Portofolio,...
Perluas Portofolio, Home Credit Tawarkan Pembiayaan Modal Usaha hingga Rp50 Juta
1 jam yang lalu
Rekor Belanja Militer...
Rekor Belanja Militer Dunia Capai Rp45.356 Triliun, AS Sumbang 37%
1 jam yang lalu
Infografis
Pemerintah Baru Suriah...
Pemerintah Baru Suriah Bakal Tuntut Iran Rp4.870 Triliun
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved