Medco tahan penurunan produksi minyak hingga 7%
A
A
A
Sindonews.com - PT Medco Energi International Tbk (MEDC) berhasil mempertahankan penurunan produksi minyak sebesar 7 persen dari lapangan-lapangan yang saat ini dikelolanya.
Head Of Corporate Secretary Communication Medco Energi Imron Gazali mengatakan, rata-rata lapangan yang dikelola oleh Medco sudah tua atau berumur sekitar 30 tahunan. Bahkan biasanya laju produksi mencapai 20-25 persen per tahun.
“Tapi Medco berhasil menjaga penurunan di bawah 10 persen,” kata dia, di Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Adapun upaya yang dilakukan oleh Medco dalam menekan laju penurunan produksi, antara lain menambah sumur produksi, peningkatan produktivitas sumur, peningkatan efisiensi biaya, pemulihan factor recovery minyak dengan metode enchance oil recovery (EOR).
Segmen eksplorasi dan produksi minyak dan gas masih menjadi unit usaha utama medco yang berkontribusi sebesar 93 persen dari total pendapatan sebesar USD827 juta. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan yang telah ditetapkan pada 2011 untuk fokus dalam usaha eksplorasi dan produksi migas.
Imron mengakui, pedapatan tahun 2013 menurun jika dibanding 2012. Medco mencatat penurunan pendapatan hingga 2 persen menjadi USD889 juta dibanding 2012 sebesar USD904 juta.
“Namun untuk produksinya, kami berhasil mencatat penurunan hingga 7 persen,” jelas dia.
Menurut dia, turunnya pendapatan karena total volume penjualan migas turun 7 persen atau mencapai 19 juta barel setara minyak (mboepd) selama 2013 dibanding volume penjualan 2012 sebesar 20,5 mboepd.
Tidak hanya itu, turunnya pendapatan Medco juga karena penurunan rata-rata harga minyak dunia dari USD115,6 per barel pada 2012 menjadi USD108,3 per barel pada 2013.
Terkait produksi gas, Imron mengatakan bahwa produksinya stabil. Bahkan, Medco berhasil melakukan negosiasi ulang dengan pembeli gas, sehingga harga gas naik sebesar 30 persen lebih tinggi.
Medco berhasil melakukan negosiasi ulang beberapa perpanjangan kontrak gas yang signifikan, yaitu dari harga rata-rata gas USD4,03 per MMBTU pada 2012 manjadi USD5,41 per MMBTU atau naik 34 persen.
“Kenaikan harga gas dipicu kestabilan produksi, sehingga perusahaan berhasil menaikan harga gas,” kata dia.
Head Of Corporate Secretary Communication Medco Energi Imron Gazali mengatakan, rata-rata lapangan yang dikelola oleh Medco sudah tua atau berumur sekitar 30 tahunan. Bahkan biasanya laju produksi mencapai 20-25 persen per tahun.
“Tapi Medco berhasil menjaga penurunan di bawah 10 persen,” kata dia, di Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Adapun upaya yang dilakukan oleh Medco dalam menekan laju penurunan produksi, antara lain menambah sumur produksi, peningkatan produktivitas sumur, peningkatan efisiensi biaya, pemulihan factor recovery minyak dengan metode enchance oil recovery (EOR).
Segmen eksplorasi dan produksi minyak dan gas masih menjadi unit usaha utama medco yang berkontribusi sebesar 93 persen dari total pendapatan sebesar USD827 juta. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan yang telah ditetapkan pada 2011 untuk fokus dalam usaha eksplorasi dan produksi migas.
Imron mengakui, pedapatan tahun 2013 menurun jika dibanding 2012. Medco mencatat penurunan pendapatan hingga 2 persen menjadi USD889 juta dibanding 2012 sebesar USD904 juta.
“Namun untuk produksinya, kami berhasil mencatat penurunan hingga 7 persen,” jelas dia.
Menurut dia, turunnya pendapatan karena total volume penjualan migas turun 7 persen atau mencapai 19 juta barel setara minyak (mboepd) selama 2013 dibanding volume penjualan 2012 sebesar 20,5 mboepd.
Tidak hanya itu, turunnya pendapatan Medco juga karena penurunan rata-rata harga minyak dunia dari USD115,6 per barel pada 2012 menjadi USD108,3 per barel pada 2013.
Terkait produksi gas, Imron mengatakan bahwa produksinya stabil. Bahkan, Medco berhasil melakukan negosiasi ulang dengan pembeli gas, sehingga harga gas naik sebesar 30 persen lebih tinggi.
Medco berhasil melakukan negosiasi ulang beberapa perpanjangan kontrak gas yang signifikan, yaitu dari harga rata-rata gas USD4,03 per MMBTU pada 2012 manjadi USD5,41 per MMBTU atau naik 34 persen.
“Kenaikan harga gas dipicu kestabilan produksi, sehingga perusahaan berhasil menaikan harga gas,” kata dia.
(rna)