Investasi saham mulai digemari masyarakat
A
A
A
Sindonews.com - Keinginan investasi masyarakat Indonesia mulai bergeser. Jika tahun lalu investasi mengarah pada properti, tahun ini minat masyarakat berubah. Mereka memilih investasi ke saham menjadi pilihan utama.
Data survei Manulife Investor Sentiment Index (MISI) mencatat, investasi yang mulai digemari masyarakat Indonesia adalah, saham sebesar 70 persen, reksa dana 21,4 persen, properti 13,4 persen, dan rumah 10,6 persen.
Perubahan minat masyarakat ke saham dipicu karena kondisi pasar yang stabil dan membaik, sedangkan keputusan berinvestasi ke properti dan rumah karena keduanya memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari investasi lain. Selain itu, properti dan rumah memiliki tingkat risiko lebih kecil dibanding investasi lain.
“Masyarakat mulai melirik saham, sedangkan properti memiliki tingkat risiko kecil,” kata Head Corporate Communications, PR dan Branding Vice President PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Felicia Gunawan, Rabu (2/4/2014).
Felicia menuturkan, tren perubahan memang terjadi, tetapi dari hasil analisa yang dilakukan, masyarakat belum bergerak untuk menanamkan dana ke saham. Fakta ini terjadi lantaran masyarakat masih takut untuk menentukan investasi. Tetapi ada perkiraan lain kalau masyarakat masih belum memahami persoalan saham.
Dengan begitu, masyarakat memutuskan untuk bermain aman. Mereka akan menanamkan investasi ke properti dan emas. Karena, kedua investasi tersebut tidak begitu memiliki risiko tinggi dibanding investasi lain.
“Ini hasil survei di Surabaya, Jakarta, dan Medan. Ada sekitar 500 responden yang kami mintai pendapat,” ujar dia.
Survei dilakukan pada masyarakat berusia 30-39 tahun sebanyak 30 persen, 40-49 tahun sebanyak 25 persen, 25-29 tahun sebanyak 25 persen, dan 50 tahun sebanyak 20 persen.
Responden ini, lanjutnya, belum memiliki inisiatif untuk mempersiapkan masa pensiun. Sebanyak 29 persen akan memikirkan masa pensiun setelah menikah, 25 persen setelah bekerja selama beberapa tahun, dan 21 persen setelah memiliki anak pertama.
Padahal, rencana yang diutarakan para responden belum begitu benar. Untuk itu, perlu ada pemahaman tentang pentingnya persiapan usia pensiun. Sebab, saat usia pensiun kebutuhan bakal semakin besar. “Usia tua banyak kebutuhan, kebiasaan sakit dan kebutuhan lain lebih banyak,” ungkap Felicia.
Senior Vice President Chief Client Officer PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Novita J Rumngangun mengatakan, kesadaran masyarakat untuk memikirkan masa pensiun masih sangat rendah. Dari 250 ribu masyarakat Indonesia, hanya sekitar 7 persen yang sudah sadar pentingnya asuransi.
“Sekarang memang tidak bisa dirasakan secara langsung. Namun menginjak usia tua baru terasa,” katanya.
Saat ini, banyak masyarakat usia produktif memiliki asuransi dengan berbagai jenis. Namun, asuransi yang dipilih adalah asuransi pendidikan untuk anak-anaknya. Sedangkan asuransi masa pensiun tidak pernah terfikirkan. Untuk itu, Manulife memikirkan persiapan masa pensiun dengan program yang nyata.
“Program pensiun untuk masyarakat Indonesia sangat tepat. Ini akan mengubah cara berfikir masyarakat,” ungkapnya.
Data survei Manulife Investor Sentiment Index (MISI) mencatat, investasi yang mulai digemari masyarakat Indonesia adalah, saham sebesar 70 persen, reksa dana 21,4 persen, properti 13,4 persen, dan rumah 10,6 persen.
Perubahan minat masyarakat ke saham dipicu karena kondisi pasar yang stabil dan membaik, sedangkan keputusan berinvestasi ke properti dan rumah karena keduanya memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari investasi lain. Selain itu, properti dan rumah memiliki tingkat risiko lebih kecil dibanding investasi lain.
“Masyarakat mulai melirik saham, sedangkan properti memiliki tingkat risiko kecil,” kata Head Corporate Communications, PR dan Branding Vice President PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Felicia Gunawan, Rabu (2/4/2014).
Felicia menuturkan, tren perubahan memang terjadi, tetapi dari hasil analisa yang dilakukan, masyarakat belum bergerak untuk menanamkan dana ke saham. Fakta ini terjadi lantaran masyarakat masih takut untuk menentukan investasi. Tetapi ada perkiraan lain kalau masyarakat masih belum memahami persoalan saham.
Dengan begitu, masyarakat memutuskan untuk bermain aman. Mereka akan menanamkan investasi ke properti dan emas. Karena, kedua investasi tersebut tidak begitu memiliki risiko tinggi dibanding investasi lain.
“Ini hasil survei di Surabaya, Jakarta, dan Medan. Ada sekitar 500 responden yang kami mintai pendapat,” ujar dia.
Survei dilakukan pada masyarakat berusia 30-39 tahun sebanyak 30 persen, 40-49 tahun sebanyak 25 persen, 25-29 tahun sebanyak 25 persen, dan 50 tahun sebanyak 20 persen.
Responden ini, lanjutnya, belum memiliki inisiatif untuk mempersiapkan masa pensiun. Sebanyak 29 persen akan memikirkan masa pensiun setelah menikah, 25 persen setelah bekerja selama beberapa tahun, dan 21 persen setelah memiliki anak pertama.
Padahal, rencana yang diutarakan para responden belum begitu benar. Untuk itu, perlu ada pemahaman tentang pentingnya persiapan usia pensiun. Sebab, saat usia pensiun kebutuhan bakal semakin besar. “Usia tua banyak kebutuhan, kebiasaan sakit dan kebutuhan lain lebih banyak,” ungkap Felicia.
Senior Vice President Chief Client Officer PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Novita J Rumngangun mengatakan, kesadaran masyarakat untuk memikirkan masa pensiun masih sangat rendah. Dari 250 ribu masyarakat Indonesia, hanya sekitar 7 persen yang sudah sadar pentingnya asuransi.
“Sekarang memang tidak bisa dirasakan secara langsung. Namun menginjak usia tua baru terasa,” katanya.
Saat ini, banyak masyarakat usia produktif memiliki asuransi dengan berbagai jenis. Namun, asuransi yang dipilih adalah asuransi pendidikan untuk anak-anaknya. Sedangkan asuransi masa pensiun tidak pernah terfikirkan. Untuk itu, Manulife memikirkan persiapan masa pensiun dengan program yang nyata.
“Program pensiun untuk masyarakat Indonesia sangat tepat. Ini akan mengubah cara berfikir masyarakat,” ungkapnya.
(gpr)