Taiwan pamerkan wisata di Jatim
A
A
A
Sindonews.com - Jawa Timur (Jatim) memiliki daya tarik Taiwan. Mereka yakin bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke Agrowisata (leisure farm) yang dimiliki, karena pengolahan pariwisata dilakukan secara profesional.
Untuk tahap awal, pelaku industri Agrowisata Taiwan sengaja datang ke Jatim. Mereka menjajaki kemungkinan masyarakat mau berkunjung ke Taiwan, bahkan pemilik industri Agrowisata ini juga mendatangi Agrowisata yang dimiliki Jatim dengan tujuan membandingkan keindahan alamnya.
"Ada enam potensi wisata yang kami kenalkan, wisata tersebut dari pertanian dan perkebunan," kata Ketua Taiwan Leisure Farms Development Association, Jaden di Hotel Bumi, Kamis (10/4/2014).
Menurutnya, ke enam leisure farm tersebut adalah Shangrila Leisure Farm Resort, Toucheng Leisure Farm Resort, Flying Cow Ranch Resort, Roll in Farm Resort, LongYun Leisure Farm Resort dan DaKeng Leisure Rafm Resort. Dari lokasi wisatawa itu, potensi sangat terbuka, karena wisata perkebunan di Taiwan sangat dikenal bagi wisatawan asing, khususnya wisatawan dari Malaysia, Singapura, dan Hongkong.
Apalagi, kata dia, dalam menikmati alam Taiwan, wisata perkebunan dipadu dengan budaya lokal yang dikemas cukup menarik yang dilengkapi dengan penginapan mewah setara hotel bintang empat dan lima. Selain itu, makanan organik yang ditunjukan juga sangat sehat dan bisa dinikmat dengan lezat.
Industri agrowisata Taiwan telah dikembangkan sejak 15-20 tahun yang lalu dan saat ini sudah berkembang pesat. Ada sekitar 200 leisure farm di Taiwan dengan berbagai keunikan yang dimiliki. Bahkan, saat ini sudah ada tiga leisure farm yang bersertifikat halal dan siap menerima tamu muslim.
Rencananya, hingga akhir tahun diperkirakan jumlah leisure farm yang bersertifikat halal akan bertambah menjadi 10 lokasi. "Kami sekarang ingin memperkenalkan kehidupan pertanian sederhana yang sangat menarik di sana. Wisatawan bisa menikmati alam, produk sehat serta menikmati dan mempelajari kebudayaan yang ada," paparnya.
Sebagai bahan menarik, kata Jaden, industri wisata pertanian juga mengemas keunikan dalam menu makanan organik. Mereka menciptakan berbagai jenis bunga untuk makan, seperti bunga mawar. Bahkan di Roll In Farm Resort, wisatawan bisa duduk menikmati indahnya awan.
"Melalui perkenalan ini, kami berharap masyarakat Jatim akan lebih familiar dan tahu potensi wisata di sana. Karena sejauh ini, masyarakat Indonesia yang sudah bepergian dan berwisata ke sana masih sangat kecil dan sebagian besar masih dari Jakarta," ujarnya.
Sales Manager Indonesia Branch China Airlines, Alwin Heodinata mengatakan, p-ada 2012 jumlah warga Indonesia yang terbang ke Taiwan mencapai 170.000 orang. Sebagian besar atau sekitar 70 persen adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pebisnis.
Dalam setiap tahun, biasanya ada pertumbuhan sekitar 15-20 persen. Namun pada 2013 mengalami penurunan karena krisis ekonomi dunia sehingga jumlah penumpang yang diterbangkan tiap harinya hanya dikisaran 150 penumpang.
"Kami berharap, tahun ini minimal jumlah penumpang yang bisa kami terbangkan ke Taiwan akan kembali sama seperti 2012. Tetapi untuk wisata memang masih sangat kecil, bahkan kalau bisa dibilang, yang lebih tahu Taiwan ya TKI. Sementara masyarakat Jatim sendiri hampir tidak tahu Taiwan," ungkap Alwin.
Di sis lain, Operator Manager Aneka Kartika Tours dan Trave Service, Ronald Gunawan mengaku sangat pesimis wisatawan Jatim mau berkunjung ke Taiwan. Sebab, untuk wisata Agrowisata di Jatim tidak kalah menarik dengan Taiwan. Namun persoalannya, hanya sistem pengelolaan yang berbeda.
"Ada perbedaan pengelolaan, saya kok pesimis Agrowisata Taiwan bisa menyedot orang Jatim. Di sini banyak yang lebih baik dari Taiwan," ucap dia.
Untuk tahap awal, pelaku industri Agrowisata Taiwan sengaja datang ke Jatim. Mereka menjajaki kemungkinan masyarakat mau berkunjung ke Taiwan, bahkan pemilik industri Agrowisata ini juga mendatangi Agrowisata yang dimiliki Jatim dengan tujuan membandingkan keindahan alamnya.
"Ada enam potensi wisata yang kami kenalkan, wisata tersebut dari pertanian dan perkebunan," kata Ketua Taiwan Leisure Farms Development Association, Jaden di Hotel Bumi, Kamis (10/4/2014).
Menurutnya, ke enam leisure farm tersebut adalah Shangrila Leisure Farm Resort, Toucheng Leisure Farm Resort, Flying Cow Ranch Resort, Roll in Farm Resort, LongYun Leisure Farm Resort dan DaKeng Leisure Rafm Resort. Dari lokasi wisatawa itu, potensi sangat terbuka, karena wisata perkebunan di Taiwan sangat dikenal bagi wisatawan asing, khususnya wisatawan dari Malaysia, Singapura, dan Hongkong.
Apalagi, kata dia, dalam menikmati alam Taiwan, wisata perkebunan dipadu dengan budaya lokal yang dikemas cukup menarik yang dilengkapi dengan penginapan mewah setara hotel bintang empat dan lima. Selain itu, makanan organik yang ditunjukan juga sangat sehat dan bisa dinikmat dengan lezat.
Industri agrowisata Taiwan telah dikembangkan sejak 15-20 tahun yang lalu dan saat ini sudah berkembang pesat. Ada sekitar 200 leisure farm di Taiwan dengan berbagai keunikan yang dimiliki. Bahkan, saat ini sudah ada tiga leisure farm yang bersertifikat halal dan siap menerima tamu muslim.
Rencananya, hingga akhir tahun diperkirakan jumlah leisure farm yang bersertifikat halal akan bertambah menjadi 10 lokasi. "Kami sekarang ingin memperkenalkan kehidupan pertanian sederhana yang sangat menarik di sana. Wisatawan bisa menikmati alam, produk sehat serta menikmati dan mempelajari kebudayaan yang ada," paparnya.
Sebagai bahan menarik, kata Jaden, industri wisata pertanian juga mengemas keunikan dalam menu makanan organik. Mereka menciptakan berbagai jenis bunga untuk makan, seperti bunga mawar. Bahkan di Roll In Farm Resort, wisatawan bisa duduk menikmati indahnya awan.
"Melalui perkenalan ini, kami berharap masyarakat Jatim akan lebih familiar dan tahu potensi wisata di sana. Karena sejauh ini, masyarakat Indonesia yang sudah bepergian dan berwisata ke sana masih sangat kecil dan sebagian besar masih dari Jakarta," ujarnya.
Sales Manager Indonesia Branch China Airlines, Alwin Heodinata mengatakan, p-ada 2012 jumlah warga Indonesia yang terbang ke Taiwan mencapai 170.000 orang. Sebagian besar atau sekitar 70 persen adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pebisnis.
Dalam setiap tahun, biasanya ada pertumbuhan sekitar 15-20 persen. Namun pada 2013 mengalami penurunan karena krisis ekonomi dunia sehingga jumlah penumpang yang diterbangkan tiap harinya hanya dikisaran 150 penumpang.
"Kami berharap, tahun ini minimal jumlah penumpang yang bisa kami terbangkan ke Taiwan akan kembali sama seperti 2012. Tetapi untuk wisata memang masih sangat kecil, bahkan kalau bisa dibilang, yang lebih tahu Taiwan ya TKI. Sementara masyarakat Jatim sendiri hampir tidak tahu Taiwan," ungkap Alwin.
Di sis lain, Operator Manager Aneka Kartika Tours dan Trave Service, Ronald Gunawan mengaku sangat pesimis wisatawan Jatim mau berkunjung ke Taiwan. Sebab, untuk wisata Agrowisata di Jatim tidak kalah menarik dengan Taiwan. Namun persoalannya, hanya sistem pengelolaan yang berbeda.
"Ada perbedaan pengelolaan, saya kok pesimis Agrowisata Taiwan bisa menyedot orang Jatim. Di sini banyak yang lebih baik dari Taiwan," ucap dia.
(izz)