Sejak 2009 pemerintah bangun jargas 72.511 sambungan

Rabu, 16 April 2014 - 11:20 WIB
Sejak 2009 pemerintah...
Sejak 2009 pemerintah bangun jargas 72.511 sambungan
A A A
Sindonews.com - Sejak 2009, pemerintah telah melaksanakan pembangunan jaringan distribusi gas bumi (jargas) untuk rumah tangga. Hingga 2013, telah terbangun jaringan gas sebanyak 72.511 sambungan rumah (SR) yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Dirjen Migas Kementerian ESDM A Edy Hermantoro memaparkan, pemerintah membangun 11.686 SR di tiga kota di Sumatera Selatan, 4.000 SR di Jambi, 5.254 SR di Rusun Jakarta, Bogor dan Tangerang.

Selanjutnya, 11.547 SR di Jawa Timur yang tersebar di 2 kota, 4.000 SR di Jawa tengah dan di Jawa Barat sebanyak 20.628 SR yang tersebar di 5 kota. Untuk Kalimantan Timur, jargas dibangun di dua kota sebanyak 7. 326 SR, Sulawesi Selatan 4.172 SR dan Papua Barat sebanyak 3.898 SR.

Untuk 2014, pemerintah juga berencana membangun jargas di Semarang, Bulungan, Sidoardjo, Lhokseumawe dan Bekasi.

“Pembangunan kegiatan fisik jargas ini sebagai trigger. Kami berharap pemerintah akan jalan (melanjutkan) pembangunan sehingga dapat berkembang,” ujar Edy dilansir dari situs Ditjen Migas, Rabu (16/4/2014).

Sambutan masyarakat terhadap pembangunan jargas ini sangat baik. Tak mengherankan banyak kepala daerah yang mengirimkan surat kepada pemerintah pusat agar di daerahnya juga dibangun jargas.

Tidak semua permintaan tersebut dapat dipenuhi karena terkendala anggaran. Selain itu, jargas juga hanya dapat dibangun di daerah yang memiliki sumber gas atau memiliki jaringan distribusi gas bumi.

Pembangunan jargas untuk rumah tangga ini merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan sumber daya lokal demi mencapai ketahanan energi serta memberikan energi yang murah bagi masyarakat.

Pembangunan jargas juga untuk mengurangi ketergantungan impor LPG yang jumlahnya cukup besar. Setiap tahunnya, kebutuhan LPG Indonesia mencapai 4,5 juga ton. Sedangkan hasil produksi kilang dalam negeri hanya 2,5 juta ton. Ini berarti hampir 50 persen kebutuhan LPG harus diimpor.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0833 seconds (0.1#10.140)