Negara tujuan ekspor Jateng perlu diperluas
A
A
A
Sindonews.com - Jawa Tengah memiliki potensi besar untuk mengekspor berbagai jenis barang ke berbagai negara. Hanya saja, selama ini 50 persen tujuan ekspor Jateng masih tertuju hanya di tiga negara, Amerika, China dan Jepang.
Regional Ekonomi Provinsi Jawa Tengah II Hari Pudjianto melihat, dengan masih terfokus ke tiga negara, membuat ekspor Jateng sangat rawan terhadap gejolak politik dari negara tujuan Ekspor.
Oleh karena itu, Jawa Tengah perlu memperluas pasar ekspornya, agar tidak terlalu peka terhadap perubahan ekonomi yang dialami negara tujuan ekspor dan juga agar tidak terlalu tinggi tingkat ketergantungannya.
“Selama ini angka Ekspor Jateng bisa dikatakan cukup baik, hanya saja negara tujuannya masih sempit. Perlu perluasa supaya tidak ada ketergantungan. Misalnya terjadi gejolak di negara satu bisa dialihkan ke negara lain,sehingga industri akan tetap jalan,” katanya di sela Seminar ‘Kebijakan Fiskal 2014 dan Perkembangan Ekonomi Terkini’ yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan di Hotel Gumaya, Kamis (24/4/2014).
Ekonom Universitas Negeri Jendral Sudirman ini menyatakan, apabila tingkat ketergantungan sangat tinggi, maka elastisitas ekspor Jateng akan menjadi rendah, karena tidak ada alternatif tujuan ekspor.
Dijelaskannya, menurut kelompok komoditas, ekspor Jateng pada periode Februari 2014 kelompok komoditas Tekstil, Kayu dan barang hasil pabrik masih mendominasi ekspor di Jateng. Nilai ekspor pada ketiga komiditas ini pada bulan Februari masing-masing sebesar USD178,39 juta, USD84,06 juta, dan USD59,07 juta.
Meski ekspor bisa dikatakan cukup tinggi, namun komponen utama komoditi ekspor justru barang dasarnya merupakan barang impor. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan mengganggu aspek ekonomi yang lain. Antara lain menurunkan cadangan devisa yang berakibat pada menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
“Melihat hal tersebut, kita harus lebih hati-hati dalam memacu pertumbuhan ekspor, karena komponen utama komoditi ekspor jateng merupakan barang impor. Hal ini menyebabkan, produk kita sangat dipengaruhi oleh perubahan barang impor,” jelasnya.
Ia berharap, ke depan bisa lebih dikembangkan komoditi ekspor dengan kandungan lokal yang lebih tinggi. Selain itu, juga barang-barang yang sudah diolah di Indonesia, bukan mengekspor bahan mentah. Karena hal ini akan memberikan nilai tambah.
Terpisah Komite tetap dan pengembangan Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng Dedy Mulyadi mengakui, Amerika, Jepang dan Cina memang masih menjadi negara utama tujuan ekspor.
Hanya saja, sejumlah perusahaan di Jateng saat ini sudah mulai membuka pasar baru, dibeberapa negara Eropa, dan Afrika serta Timur Tengah.
“Kita sudah mulai melihat adanya potensi pasar di negara-negara lain dan beberapa industri sudah juga sudah mulai melakukan penjajagan,” ujar GM PT Sandang Asia Maju Abadi ini.
Regional Ekonomi Provinsi Jawa Tengah II Hari Pudjianto melihat, dengan masih terfokus ke tiga negara, membuat ekspor Jateng sangat rawan terhadap gejolak politik dari negara tujuan Ekspor.
Oleh karena itu, Jawa Tengah perlu memperluas pasar ekspornya, agar tidak terlalu peka terhadap perubahan ekonomi yang dialami negara tujuan ekspor dan juga agar tidak terlalu tinggi tingkat ketergantungannya.
“Selama ini angka Ekspor Jateng bisa dikatakan cukup baik, hanya saja negara tujuannya masih sempit. Perlu perluasa supaya tidak ada ketergantungan. Misalnya terjadi gejolak di negara satu bisa dialihkan ke negara lain,sehingga industri akan tetap jalan,” katanya di sela Seminar ‘Kebijakan Fiskal 2014 dan Perkembangan Ekonomi Terkini’ yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan di Hotel Gumaya, Kamis (24/4/2014).
Ekonom Universitas Negeri Jendral Sudirman ini menyatakan, apabila tingkat ketergantungan sangat tinggi, maka elastisitas ekspor Jateng akan menjadi rendah, karena tidak ada alternatif tujuan ekspor.
Dijelaskannya, menurut kelompok komoditas, ekspor Jateng pada periode Februari 2014 kelompok komoditas Tekstil, Kayu dan barang hasil pabrik masih mendominasi ekspor di Jateng. Nilai ekspor pada ketiga komiditas ini pada bulan Februari masing-masing sebesar USD178,39 juta, USD84,06 juta, dan USD59,07 juta.
Meski ekspor bisa dikatakan cukup tinggi, namun komponen utama komoditi ekspor justru barang dasarnya merupakan barang impor. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan mengganggu aspek ekonomi yang lain. Antara lain menurunkan cadangan devisa yang berakibat pada menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
“Melihat hal tersebut, kita harus lebih hati-hati dalam memacu pertumbuhan ekspor, karena komponen utama komoditi ekspor jateng merupakan barang impor. Hal ini menyebabkan, produk kita sangat dipengaruhi oleh perubahan barang impor,” jelasnya.
Ia berharap, ke depan bisa lebih dikembangkan komoditi ekspor dengan kandungan lokal yang lebih tinggi. Selain itu, juga barang-barang yang sudah diolah di Indonesia, bukan mengekspor bahan mentah. Karena hal ini akan memberikan nilai tambah.
Terpisah Komite tetap dan pengembangan Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng Dedy Mulyadi mengakui, Amerika, Jepang dan Cina memang masih menjadi negara utama tujuan ekspor.
Hanya saja, sejumlah perusahaan di Jateng saat ini sudah mulai membuka pasar baru, dibeberapa negara Eropa, dan Afrika serta Timur Tengah.
“Kita sudah mulai melihat adanya potensi pasar di negara-negara lain dan beberapa industri sudah juga sudah mulai melakukan penjajagan,” ujar GM PT Sandang Asia Maju Abadi ini.
(gpr)