Phapros siap ekspor ke Kamboja
A
A
A
Sindonews.com - PT Phapros untuk pertama kalinya melakukan ekspor produk farmasi, setelah 60 tahun perusahaan farmasi tersebut bediri. Kamboja menjadi negara pertama yang dipilih sebagai tujuan ekspor.
Untuk menandai pertama kalinya, anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) ini melakukan ekspor. Jajaran Direksi PT Phapros melakukan pelepasan truk pengangkut produk farmasi yang akan diekspor dari Gudang PT Phapros di Kawasan Industri Gatot Subroto Krapyak, Semarang, Senin (28/4/2014).
Direktur Utama PT Phapros Iswanto mengatakan, dimulainya ekspor ke salah satu negara ASEAN tersebut, untuk memperkuat basis bisnis Phapros menjelang diberlakukannya AFTA 2015.
"Upaya ekspor ini sebenarnya sudah kita bangun sejak tiga tahun lalu. Namun, dengan berbagai kendala, baru tahun ini bisa dilakukan. Untuk tahun ini ekspor akan dilakukan ke Kamboja akan ada dua tahap," jelasnya.
Pihaknya menargetkan, ekspor tahun ini bisa mencapai lebih dari Rp1 miliar. "Dengan dibukanya AFTA 2015 tentu menjadi tantangan dan peluang bagi Phapros. Kami harus menjadi salah satu pemain bukan jadi penonton," ujarnya saat melakukan pelepasan di Gudang PT Phapros di Kawasan Industri Gatot Subroto, Krapyak, Semarang.
Ke depan, Phapros tidak hanya membidik pasar ASEAN, namun juga beberapa negara di Asia Selatan dan Asia Timur. Negara-negara di Asia Selatan dan Timur merupakan pasar potensial, mengingat di negara tersebut kebutuhan obatnya mengandalkan produk impor.
"Kita berharap dari pasar ekspor bisa memberikan kontribusi sekitar 10 persen dari pasar domestik," imbuhnya.
Direktur Produksi PT Phapros Barokah Sri Utami mengatakan, produk yang pertama kali diekspor ke Kamboja antara lain Phaproxin, Ibuprofen, Hustab-p, Antimo anak rasa orange, dan antimo anak rasa strawberry.
Dia mengaku, Phapros memiliki kapasitas cukup untuk melakukan ekspor. Saat ini Phapros sudah memproduksi lebih dari 250 item obat. Dari jumlah tersebut 30 persen merupakan obat generik.
"Secara kapasitas produksi setiap tahun kita mampu menghasilan 1-2 miliar butir tablet, injeksi 50 juta, 500 ribu botol dan lainnya," ungkapnya.
Pertumbuhan produksi tahun ini meningkat tajam lebih semenjak diberlakukannya BPJS, terutama produk generik. "Tahun lalu kita tumbuh sekitar 13 persen dan tahun ini dengan adanya BPJS dipastikan akan semakin tinggi, karena banyak produk obat kita yang digunakan," jelasnya.
Untuk menandai pertama kalinya, anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) ini melakukan ekspor. Jajaran Direksi PT Phapros melakukan pelepasan truk pengangkut produk farmasi yang akan diekspor dari Gudang PT Phapros di Kawasan Industri Gatot Subroto Krapyak, Semarang, Senin (28/4/2014).
Direktur Utama PT Phapros Iswanto mengatakan, dimulainya ekspor ke salah satu negara ASEAN tersebut, untuk memperkuat basis bisnis Phapros menjelang diberlakukannya AFTA 2015.
"Upaya ekspor ini sebenarnya sudah kita bangun sejak tiga tahun lalu. Namun, dengan berbagai kendala, baru tahun ini bisa dilakukan. Untuk tahun ini ekspor akan dilakukan ke Kamboja akan ada dua tahap," jelasnya.
Pihaknya menargetkan, ekspor tahun ini bisa mencapai lebih dari Rp1 miliar. "Dengan dibukanya AFTA 2015 tentu menjadi tantangan dan peluang bagi Phapros. Kami harus menjadi salah satu pemain bukan jadi penonton," ujarnya saat melakukan pelepasan di Gudang PT Phapros di Kawasan Industri Gatot Subroto, Krapyak, Semarang.
Ke depan, Phapros tidak hanya membidik pasar ASEAN, namun juga beberapa negara di Asia Selatan dan Asia Timur. Negara-negara di Asia Selatan dan Timur merupakan pasar potensial, mengingat di negara tersebut kebutuhan obatnya mengandalkan produk impor.
"Kita berharap dari pasar ekspor bisa memberikan kontribusi sekitar 10 persen dari pasar domestik," imbuhnya.
Direktur Produksi PT Phapros Barokah Sri Utami mengatakan, produk yang pertama kali diekspor ke Kamboja antara lain Phaproxin, Ibuprofen, Hustab-p, Antimo anak rasa orange, dan antimo anak rasa strawberry.
Dia mengaku, Phapros memiliki kapasitas cukup untuk melakukan ekspor. Saat ini Phapros sudah memproduksi lebih dari 250 item obat. Dari jumlah tersebut 30 persen merupakan obat generik.
"Secara kapasitas produksi setiap tahun kita mampu menghasilan 1-2 miliar butir tablet, injeksi 50 juta, 500 ribu botol dan lainnya," ungkapnya.
Pertumbuhan produksi tahun ini meningkat tajam lebih semenjak diberlakukannya BPJS, terutama produk generik. "Tahun lalu kita tumbuh sekitar 13 persen dan tahun ini dengan adanya BPJS dipastikan akan semakin tinggi, karena banyak produk obat kita yang digunakan," jelasnya.
(izz)