Kuartal II/2014 BFI Finance siapkan obligasi Rp700 M
A
A
A
Sindonews.com - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) siap menerbitkan obligasi dengan nilai mencapai Rp700 miliar pada kuartal dua tahun ini. Langkah ini demi memenuhi kebutuhan pendanaan perseroan tahun ini.
Direktur BFIN Sudjono mengatakan penerbitan obligasi tersebut akan menjadi tahap II setelah perseroan melakukan penawaran umum berkelanjutan obligasi Rp2,5 triliun. Dari jumlah tersebut, setidaknya perseroan telah menerbitkan Rp500 miliar pada awal tahun ini.
"Berbagai sumber pendanaan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal sekitar Rp5 triliun pada tahun ini. Dari modal sendiri sekitar Rp3,4 triliun,” kata Sudjono sesuai RUPS, di Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Dia menjelaskan, hasil penerbitan obligasi itu akan digunakan sebagai modal kerja pembiayaan. Porsi pendanaan dari obligasi di emiten berkode saham BFIN itu sekitar 27 persen, diikuti pendanaan dari pinjaman luar negeri 17 persen, channeling 30-35 persen dan pinjaman bank sebesar 22 persen.
Pendanaan itu akan digunakan untuk menyalurkan pembiayaan yang ditargetkan tumbuh 15-20 persen pada 2014 dari tahun lalu sebesar Rp8,7 triliun. Tahun lalu, penyaluran pembiayaan BFI Finance tumbuh sekitar 24 persen dibandingkan dengan Rp6,9 triliun," ujarnya.
Kedepan disebutnya, porsi pembiayaan mobil bekas akan tetap mendominasi mencapai 70 persen. Perseroan telah belajar dari 2013, dari pembiayaan sekitar Rp8,7 triliun mencatatkan porsi mobil bekas sebesar 62 persen. "Mobil bekas sebanyak 70 persen, ada kenaikan dari 2013, targetnya," ujarnya.
Sudjono juga mengatakan, pada tahun ini, perseroan akan menghadapi beberapa tantangan dalam mencapai target pembiayaan. Seperti pada sektor pertambangan yang kini sedang menghadapi situasi larangan ekspor mineral mentah.
"Di samping itu mengantisipasi karena dari sisi sewa guna usaha belum kondusif. Kita sedang melakukan diversifikasi supaya kita bisa masuk ke non sektor tradisional, seperti pertambangan dan perkebunan. Kita coba kurangi sektor itu," katanya.
Padahal menurut Sudjono sekitar 2011 hampir 40 persen sewa guna usaha pada sektor perkebunan dan pertambangan. Pada 2011 pihaknya mempunyai eksposure lebih dari 40 persen, di sektor pertambangan dan perkebunan.
Pada 2013, perseroan mencatatkan porsi terbesar pembiayaan sebesar 62 persen pada mobil bekas. Sewa guna meliputi alat berat, truk dan sisanya mobil baru dan motor. Porsi pembiayaan moyoritas berada pada pembiayaan mobil bekas sebesar 62 persen.
Secara total pembiayaan naik 24 persen, atau Rp82 miliar pada 2013 dari Rp6,9 triliun pada 2012. Pada 2013, perseroan meraih laba bersih Rp509 miliar dengan pendapatan sebesar Rp1,890 triliun.
Direktur BFIN Sudjono mengatakan penerbitan obligasi tersebut akan menjadi tahap II setelah perseroan melakukan penawaran umum berkelanjutan obligasi Rp2,5 triliun. Dari jumlah tersebut, setidaknya perseroan telah menerbitkan Rp500 miliar pada awal tahun ini.
"Berbagai sumber pendanaan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal sekitar Rp5 triliun pada tahun ini. Dari modal sendiri sekitar Rp3,4 triliun,” kata Sudjono sesuai RUPS, di Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Dia menjelaskan, hasil penerbitan obligasi itu akan digunakan sebagai modal kerja pembiayaan. Porsi pendanaan dari obligasi di emiten berkode saham BFIN itu sekitar 27 persen, diikuti pendanaan dari pinjaman luar negeri 17 persen, channeling 30-35 persen dan pinjaman bank sebesar 22 persen.
Pendanaan itu akan digunakan untuk menyalurkan pembiayaan yang ditargetkan tumbuh 15-20 persen pada 2014 dari tahun lalu sebesar Rp8,7 triliun. Tahun lalu, penyaluran pembiayaan BFI Finance tumbuh sekitar 24 persen dibandingkan dengan Rp6,9 triliun," ujarnya.
Kedepan disebutnya, porsi pembiayaan mobil bekas akan tetap mendominasi mencapai 70 persen. Perseroan telah belajar dari 2013, dari pembiayaan sekitar Rp8,7 triliun mencatatkan porsi mobil bekas sebesar 62 persen. "Mobil bekas sebanyak 70 persen, ada kenaikan dari 2013, targetnya," ujarnya.
Sudjono juga mengatakan, pada tahun ini, perseroan akan menghadapi beberapa tantangan dalam mencapai target pembiayaan. Seperti pada sektor pertambangan yang kini sedang menghadapi situasi larangan ekspor mineral mentah.
"Di samping itu mengantisipasi karena dari sisi sewa guna usaha belum kondusif. Kita sedang melakukan diversifikasi supaya kita bisa masuk ke non sektor tradisional, seperti pertambangan dan perkebunan. Kita coba kurangi sektor itu," katanya.
Padahal menurut Sudjono sekitar 2011 hampir 40 persen sewa guna usaha pada sektor perkebunan dan pertambangan. Pada 2011 pihaknya mempunyai eksposure lebih dari 40 persen, di sektor pertambangan dan perkebunan.
Pada 2013, perseroan mencatatkan porsi terbesar pembiayaan sebesar 62 persen pada mobil bekas. Sewa guna meliputi alat berat, truk dan sisanya mobil baru dan motor. Porsi pembiayaan moyoritas berada pada pembiayaan mobil bekas sebesar 62 persen.
Secara total pembiayaan naik 24 persen, atau Rp82 miliar pada 2013 dari Rp6,9 triliun pada 2012. Pada 2013, perseroan meraih laba bersih Rp509 miliar dengan pendapatan sebesar Rp1,890 triliun.
(gpr)