TBIG siapkan dua opsi lunasi utang Rp1,8 T
A
A
A
Sindonews.com – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) pada tahun ini berencana melakukan pelunasan utang jatuh tempo dengan total mencapai Rp1,8 triliun. Perseroan tengah menjajaki dua opsi terkait sumber pendanaan, yaitu pinjaman bank dan penerbitan obligasi.
Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, perseroan masih memiliki fasilitas kredit (standby loan) dari perbankan sebesar USD2 miliar. Sedangkan hingga akhir 2013, emiten infrastruktur menara telekomunikasi ini telah menggunakannya hingga USD1 miliar.
“Selain itu, kami juga masih mempunyai kesempatan untuk menerbitkan bond dengan mata uang rupiah maksimal sebesar Rp4 triliun dan sampai saat ini obligasi berkelanjutan yang telah diterbitkan mencapai Rp740 miliar,” kata Helmy dalam paparan publiknya di Hotel Ritz Carton, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Keputusan TBIG untuk melakukan pembayaran utang (refinancing) jatuh tempo dengan dua opsi sumber pendanaan tersebut masih menunggu hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Meski demikian, menurut Helmy, perseroan juga turut mempertimbangkan dari segi kondisi pasar dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate).
“Selain digunakan untuk refinancing, tahun ini kami juga menggunakan sumber dana tersebut untuk pembangunan menara. Perseroan menargetkan dapat menambah 3.000 hingga 3.300 tenant, berapa kebutuhannya tergantung pesanan dan tidak bisa ditentukan,” tandasnya.
Untuk diketahui, Tower Bersama Infrastructure melalui anak perusahaannya di Singapura, TBG Global Pte Ltd akan menerbitkan obligasi global senilai USD500 juta atau sekitar Rp6 triliun. Dalam keterangan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indoensia (BEI) disebutkan bahwa kupon bunga obligasi tersebut senilai 8 persen per tahun.
Pembayaran bunga dilakukan setiap enam bulan atau periode lain, yang disetujui oleh para pihak. Adapun masa jatuh tempo obligasi pada 2021. Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk melakukan pelunasan kewajiban utang berdasarkan debt programme agreement dan atau obligasi Obligasi Berkelanjutan Tahap I/2013, yang akan jatuh tempo.
Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, perseroan masih memiliki fasilitas kredit (standby loan) dari perbankan sebesar USD2 miliar. Sedangkan hingga akhir 2013, emiten infrastruktur menara telekomunikasi ini telah menggunakannya hingga USD1 miliar.
“Selain itu, kami juga masih mempunyai kesempatan untuk menerbitkan bond dengan mata uang rupiah maksimal sebesar Rp4 triliun dan sampai saat ini obligasi berkelanjutan yang telah diterbitkan mencapai Rp740 miliar,” kata Helmy dalam paparan publiknya di Hotel Ritz Carton, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Keputusan TBIG untuk melakukan pembayaran utang (refinancing) jatuh tempo dengan dua opsi sumber pendanaan tersebut masih menunggu hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Meski demikian, menurut Helmy, perseroan juga turut mempertimbangkan dari segi kondisi pasar dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate).
“Selain digunakan untuk refinancing, tahun ini kami juga menggunakan sumber dana tersebut untuk pembangunan menara. Perseroan menargetkan dapat menambah 3.000 hingga 3.300 tenant, berapa kebutuhannya tergantung pesanan dan tidak bisa ditentukan,” tandasnya.
Untuk diketahui, Tower Bersama Infrastructure melalui anak perusahaannya di Singapura, TBG Global Pte Ltd akan menerbitkan obligasi global senilai USD500 juta atau sekitar Rp6 triliun. Dalam keterangan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indoensia (BEI) disebutkan bahwa kupon bunga obligasi tersebut senilai 8 persen per tahun.
Pembayaran bunga dilakukan setiap enam bulan atau periode lain, yang disetujui oleh para pihak. Adapun masa jatuh tempo obligasi pada 2021. Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk melakukan pelunasan kewajiban utang berdasarkan debt programme agreement dan atau obligasi Obligasi Berkelanjutan Tahap I/2013, yang akan jatuh tempo.
(rna)