ALI Tolak Kenaikan Biaya CHC Pelabuhan Tanjung Priok
A
A
A
JAKARTA - Pelaku usaha logistik menolak kenaikan Container Handling Charge (CHC) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya biaya logistik nasional.
"Sangat disayangkan, PT Pelindo II mengajukan usulan kenaikan CHC pelabuhan Tanjung Priok kepada Kemenhub beberapa waktu lalu," kata Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Masita, Selasa (20/5/2014).
Menurut dia, dengan kenaikan volume dan efisiensi yang selama ini didengung-dengungkan oleh PT Pelindo II, seharusnya CHC malah diturunkan bukan justru sebaliknya dinaikkan.
Selama ini, katanya, PT Pelindo II sudah menjadi salah satu penyebab utama tingginya biaya logistik di Indonesia. "Dengan menguasai 70% pergerakan angkutan laut di tanah air, setiap kenaikan biaya di Tangjung Priok akan meningkatkan biaya logistik," ujarnya.
Zaldi menambahkan, biaya 1 container di Tanjung Priok lebih mahal dua kali lipat dibandingkan dengan biaya pengiriman dari Jakarta ke Hong Kong. Padahal beberapa bulan lalu, Pelindo II baru saja menaikkan biaya penyimpanan di pelabuhan hingga lebih dari 300% yang berdampak kepada semua importir tanpa pandang bulu.
"Sekarang manajemen PT Pelindo 2 mengusulkan lagi kenaikan CHC dimana CHC di Tanjung Priok selama ini adalah yang paling tinggi dibandingkan berbagai pelabuhan di kawasan ASEAN," tegasnya.
ALI menegaskan, menolak dengan tegas usulan kenaikan CHC oleh Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok dan memohon pada Menteri Perhubungan untuk menolak rencana Pelindo II tersebut.
Bahkan ALI mengatakan, dengan kenaikan CHC, seharusnya RJ Lino selaku Direktur Utama mengundurkan diri sebagai Dirut Pelindo II karena gagal membuat Tanjung Priok lebih efisien, sebaliknya telah membuat biaya logistik semakin tinggi.
Zaldi juga mengingatkan pentingnya pemerintah segera mengembangkan pelabuhan di sekitar Tanjung Priok seperti Marunda, Dry Port Cikarang, Cilamaya, Tanjung Emas, Tanjung Perak agar arus barang tidak menumpuk pada Pelabuhan Tanjung Priok.
"Sangat disayangkan, PT Pelindo II mengajukan usulan kenaikan CHC pelabuhan Tanjung Priok kepada Kemenhub beberapa waktu lalu," kata Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Masita, Selasa (20/5/2014).
Menurut dia, dengan kenaikan volume dan efisiensi yang selama ini didengung-dengungkan oleh PT Pelindo II, seharusnya CHC malah diturunkan bukan justru sebaliknya dinaikkan.
Selama ini, katanya, PT Pelindo II sudah menjadi salah satu penyebab utama tingginya biaya logistik di Indonesia. "Dengan menguasai 70% pergerakan angkutan laut di tanah air, setiap kenaikan biaya di Tangjung Priok akan meningkatkan biaya logistik," ujarnya.
Zaldi menambahkan, biaya 1 container di Tanjung Priok lebih mahal dua kali lipat dibandingkan dengan biaya pengiriman dari Jakarta ke Hong Kong. Padahal beberapa bulan lalu, Pelindo II baru saja menaikkan biaya penyimpanan di pelabuhan hingga lebih dari 300% yang berdampak kepada semua importir tanpa pandang bulu.
"Sekarang manajemen PT Pelindo 2 mengusulkan lagi kenaikan CHC dimana CHC di Tanjung Priok selama ini adalah yang paling tinggi dibandingkan berbagai pelabuhan di kawasan ASEAN," tegasnya.
ALI menegaskan, menolak dengan tegas usulan kenaikan CHC oleh Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok dan memohon pada Menteri Perhubungan untuk menolak rencana Pelindo II tersebut.
Bahkan ALI mengatakan, dengan kenaikan CHC, seharusnya RJ Lino selaku Direktur Utama mengundurkan diri sebagai Dirut Pelindo II karena gagal membuat Tanjung Priok lebih efisien, sebaliknya telah membuat biaya logistik semakin tinggi.
Zaldi juga mengingatkan pentingnya pemerintah segera mengembangkan pelabuhan di sekitar Tanjung Priok seperti Marunda, Dry Port Cikarang, Cilamaya, Tanjung Emas, Tanjung Perak agar arus barang tidak menumpuk pada Pelabuhan Tanjung Priok.
(gpr)