SBY Tak Percaya Teori Invisible Hand
A
A
A
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta masyarakat Indonesia tidak terlalu percaya dengan sistem ekonomi pasar yang berlaku. Sebab, sistem ekonomi pasar hanya membuat negara menderita.
"Pasar itu sering tidak benar, banyak negara yang menderita termasuk Indonesia dengan kebijakan pasar," kata SBY saat acara Rapat Kerja Nasional (Rakornas) V Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) 2014 di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Rabu (21/5/2014).
Menurutnya, pemerintah jelas tidak boleh sepenuhnya menyerahkan masalah perekonomian negara begitu saja kepada pasar. Karena, pasar selalu menggunakan teori yang lebih banyak gagalnya, lebih banyak rugi, yakni dengan teori invisible hand (tangan tak terlihat) yang mengatur mekanisme pasar.
"Terdapat banyak distorsi, sirkulasi, belum-belum sudah menganggap harga tinggi, karena pasar bukan pasar yang fisik tapi ada juga pasar elektronik. Permainan pasar adalah permainan para spekulator elektronik trading yang sering terjadi distorsi," jelas dia.
Sebab itu, SBY menyebutkan Indonesia saat ini memilih jalan tengah third way. Di mana pasar ekonomi efisien diperlukan. "Ada kapitalisme, neoliberal. Ekonomi komando yang diatur sistem ketat. Kalau pasar tidak beres, pasti diperlukan kontrol," pungkasnya.
"Pasar itu sering tidak benar, banyak negara yang menderita termasuk Indonesia dengan kebijakan pasar," kata SBY saat acara Rapat Kerja Nasional (Rakornas) V Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) 2014 di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Rabu (21/5/2014).
Menurutnya, pemerintah jelas tidak boleh sepenuhnya menyerahkan masalah perekonomian negara begitu saja kepada pasar. Karena, pasar selalu menggunakan teori yang lebih banyak gagalnya, lebih banyak rugi, yakni dengan teori invisible hand (tangan tak terlihat) yang mengatur mekanisme pasar.
"Terdapat banyak distorsi, sirkulasi, belum-belum sudah menganggap harga tinggi, karena pasar bukan pasar yang fisik tapi ada juga pasar elektronik. Permainan pasar adalah permainan para spekulator elektronik trading yang sering terjadi distorsi," jelas dia.
Sebab itu, SBY menyebutkan Indonesia saat ini memilih jalan tengah third way. Di mana pasar ekonomi efisien diperlukan. "Ada kapitalisme, neoliberal. Ekonomi komando yang diatur sistem ketat. Kalau pasar tidak beres, pasti diperlukan kontrol," pungkasnya.
(izz)