Akuisisi Batal, Saham AstraZeneca Anjlok 1,8%
A
A
A
LONDON - Rencana Pfizer Inc (PFE) untuk mengakusisi produsen obat asal Inggris, AstraZeneca Plc (AZN) akhirnya batal. Akibat batalnya penawaran akuisisi senilai USD117 miliar atau setara Rp1,35 triliun tersebut, saham AZN anjlok 1,8% menjadi 2.427 pence atau 24,27 poundsterling.
Setelah enam bulan usahanya untuk membeli AZN, perusahaan yang berbasis di London ini menolak tawaran terakhir dari PFE sebesar 55 poundsterling per saham.
Pasca kejadian tersebut, tuduh-menuduh dimulai. AstraZeneca memandang Pfizer berbalik dari kesepakatan yang seharusnya ramah menjadi permusuhan, dan mengasingkan dewan. Sementara di mata Pfizer, AstraZeneca dinilai tidak serius tentang negosiasi ini, terutama di detik-detik terakhir, mengingat cepatnya penolakan AstraZeneca atas tawaran sebelumnya.
"Kadang-kadang bukan hanya tentang uang, tetapi tentang bagaimana anda memainkan isu psikologis di balik transaksi. Pfizer seharusnya bisa memiliki sopan santun yang lembut ketika mendekati AstraZeneca," ujar Direktur Bank GBS Finanzas di Madrid, Daniel Galvan seperti dilansir Bloomberg, Selasa (27/5/2014).
Negosiasi itu bermula ketika Chief Executive Officer Pfizer Ian Read pada November tahun lalu mendekati AstraZeneca tentang kemungkinan akuisisi. Berikutnya pada Januari 2014, CEO AstraZeneca Pascal Soriot dan Ketua Astrazaneca Lief Johanshon menolak tawaran Pfizer senilai 46,61 poundsterling per saham atau 30% di atas harga saham AstraZeneca.
Dua hari kemudian, Pfizer meningkatkan tawaran menjadi 50 poundsterling per saham, namun AstraZeneca kembali menolaknya. Kemudian pada 16 Mei 2014, Read mengirimkan surat kepada Johansson untuk kembali menaikkan tawarannya menjadi 53,50 poundsterling. Johansson pun menyambutnya, dengan mengundang Read kembali ke London untuk pertemuan tatap muka.
Namun Read menolaknya dengan alasan kekhawatiran terjadi penghinaan dan penolakan dari AstraZeneca. Akhirnya AstraZeneca pun menolak tawaran terakhir Pfizer dan menginginkan harga setidaknya 58,85 poundsterling per saham.
Pfizer pun kembali bernegosiasi dengan mengajukan penawaran terakhir sebesar 55 poundsterling per saham. Ini adalah upaya terakhir Pfizer untuk mencoba menang atas pemegang saham besar Astra Zeneca. Namun pada akhirnya, AstraZeneca kembali melakukan penolakan atas tawaran tersebut.
Read mengatakan, tawaran itu menunjukkan pertahanan dirinya. "Kami telah mengatakan sejak awal bahwa kami akan tetap disiplin dalam harga kami, dan bersedia membayar. Kami tidak akan menyimpang dari prinsip tersebut," tandasnya.
Orientasi yang berbeda dari dua perusahaan dinilai menjadi penyebab sulitnya mencapai kesepakatan. Pfizer lebih berorientasi komersial dan akan memangkas pekerja setelah akuisisi, sedangkan Astrazeneca ingin mengembangkan ilmu pengetahuan.
Setelah enam bulan usahanya untuk membeli AZN, perusahaan yang berbasis di London ini menolak tawaran terakhir dari PFE sebesar 55 poundsterling per saham.
Pasca kejadian tersebut, tuduh-menuduh dimulai. AstraZeneca memandang Pfizer berbalik dari kesepakatan yang seharusnya ramah menjadi permusuhan, dan mengasingkan dewan. Sementara di mata Pfizer, AstraZeneca dinilai tidak serius tentang negosiasi ini, terutama di detik-detik terakhir, mengingat cepatnya penolakan AstraZeneca atas tawaran sebelumnya.
"Kadang-kadang bukan hanya tentang uang, tetapi tentang bagaimana anda memainkan isu psikologis di balik transaksi. Pfizer seharusnya bisa memiliki sopan santun yang lembut ketika mendekati AstraZeneca," ujar Direktur Bank GBS Finanzas di Madrid, Daniel Galvan seperti dilansir Bloomberg, Selasa (27/5/2014).
Negosiasi itu bermula ketika Chief Executive Officer Pfizer Ian Read pada November tahun lalu mendekati AstraZeneca tentang kemungkinan akuisisi. Berikutnya pada Januari 2014, CEO AstraZeneca Pascal Soriot dan Ketua Astrazaneca Lief Johanshon menolak tawaran Pfizer senilai 46,61 poundsterling per saham atau 30% di atas harga saham AstraZeneca.
Dua hari kemudian, Pfizer meningkatkan tawaran menjadi 50 poundsterling per saham, namun AstraZeneca kembali menolaknya. Kemudian pada 16 Mei 2014, Read mengirimkan surat kepada Johansson untuk kembali menaikkan tawarannya menjadi 53,50 poundsterling. Johansson pun menyambutnya, dengan mengundang Read kembali ke London untuk pertemuan tatap muka.
Namun Read menolaknya dengan alasan kekhawatiran terjadi penghinaan dan penolakan dari AstraZeneca. Akhirnya AstraZeneca pun menolak tawaran terakhir Pfizer dan menginginkan harga setidaknya 58,85 poundsterling per saham.
Pfizer pun kembali bernegosiasi dengan mengajukan penawaran terakhir sebesar 55 poundsterling per saham. Ini adalah upaya terakhir Pfizer untuk mencoba menang atas pemegang saham besar Astra Zeneca. Namun pada akhirnya, AstraZeneca kembali melakukan penolakan atas tawaran tersebut.
Read mengatakan, tawaran itu menunjukkan pertahanan dirinya. "Kami telah mengatakan sejak awal bahwa kami akan tetap disiplin dalam harga kami, dan bersedia membayar. Kami tidak akan menyimpang dari prinsip tersebut," tandasnya.
Orientasi yang berbeda dari dua perusahaan dinilai menjadi penyebab sulitnya mencapai kesepakatan. Pfizer lebih berorientasi komersial dan akan memangkas pekerja setelah akuisisi, sedangkan Astrazeneca ingin mengembangkan ilmu pengetahuan.
(dmd)