BI: Rupiah Terpengaruh Defisit Perdagangan
A
A
A
JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Ferry Wijanarko mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini, salah satunya dipengaruhi kondisi neraca perdagangan Indonesia yang kembali defisit.
"Tentu saja pergerakan nilai tukar akan dipengaruhi beberapa faktor. Satu dari kondisi neraca perdagangan kita. Defisit transaksi berjalan kita," ujarnya di Gedung DPR RI, Selasa (3/6/2014).
Menurutnya, pada kuartal II biasanya akan lebih tinggi. Seperti yang terlihat pada neraca perdagangan April 2014 yang menunjukkan defisit hampir Rp2 miliar.
"Itu kan yang memengaruhi supply dan demand. Kalau defisit berarti kan demand-nya lebih tinggi dari pasokannya," kata dia.
Selain itu, kondisi global yang masih kurang menentu juga turut memengaruhi terkereknya nilai rupiah. "Dampak dari tapering-nya Amerika, pelambatan ekonomi China, risiko geopolitik yang ada di beberapa negara itu menimbulkan uncertainty di global tinggi konteksnya," tutur Ferry.
Sehingga, lanjut dia, dari sisi global maupun domestik itu yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. "Tentu saja BI tetap berkomitmen untuk menjaga bagaimana nilai tukar itu tetap stabil sesuai kondisi fundamental," pungkasnya.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini dibuka keok di tengah menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan.
Nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg hari ini dibuka pada level Rp11.833 per USD. Posisi tersebut melemah 59 poin dibanding penutupan hari sebelumnya pada level Rp11.774 per USD.
"Tentu saja pergerakan nilai tukar akan dipengaruhi beberapa faktor. Satu dari kondisi neraca perdagangan kita. Defisit transaksi berjalan kita," ujarnya di Gedung DPR RI, Selasa (3/6/2014).
Menurutnya, pada kuartal II biasanya akan lebih tinggi. Seperti yang terlihat pada neraca perdagangan April 2014 yang menunjukkan defisit hampir Rp2 miliar.
"Itu kan yang memengaruhi supply dan demand. Kalau defisit berarti kan demand-nya lebih tinggi dari pasokannya," kata dia.
Selain itu, kondisi global yang masih kurang menentu juga turut memengaruhi terkereknya nilai rupiah. "Dampak dari tapering-nya Amerika, pelambatan ekonomi China, risiko geopolitik yang ada di beberapa negara itu menimbulkan uncertainty di global tinggi konteksnya," tutur Ferry.
Sehingga, lanjut dia, dari sisi global maupun domestik itu yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. "Tentu saja BI tetap berkomitmen untuk menjaga bagaimana nilai tukar itu tetap stabil sesuai kondisi fundamental," pungkasnya.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini dibuka keok di tengah menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan.
Nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg hari ini dibuka pada level Rp11.833 per USD. Posisi tersebut melemah 59 poin dibanding penutupan hari sebelumnya pada level Rp11.774 per USD.
(izz)