Pertumbuhan Kredit Properti di Jateng Melambat

Kamis, 05 Juni 2014 - 15:46 WIB
Pertumbuhan Kredit Properti...
Pertumbuhan Kredit Properti di Jateng Melambat
A A A
SEMARANG - Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), khususnya untuk rumah dengan tipe bangunan lebih dari 70 meter persegi (m2) yang terkena aturan uang muka atau loan to value (LTV) mengalami perlambatan.

Tidak hanya mengalami perlambatan, komposisi penyaluran KPR perbankan juga berubah dari yang semula didominasi KPR untuk segmen menengah ke atas bergeser ke segmen bawah.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V, KPR perbankan untuk rumah tipe besar per Maret 2014 secara triwulanan tumbuh negatif 0,38% kuartal to kuartal (qtq) meski secara tahunan masih tumbuh 9,06% secara year on year (yoy).

"Hal ini berarti lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 1,55% (qtq) dan 12,65% (yoy)," kata Kepala Kantor BI Perwakilan Wilayah V Sutikno, Kamis (5/6/2014).

Sementara, untuk KPR tipe menengah tumbuh 0,73% (qtq) dan 27,56% (yoy), yang berarti juga lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 2,89% (qtq) dan 37,57% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan KPR juga terjadi pada rumah tipe kecil yang secara triwulanan hanya mampu tumbuh 2,94% (qtq) di bawah pertumbuhan triwulan sebelumnya 4,03%.

Faktor pelemahan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I/2014 tampaknya turut memperlambat pertumbuhan KPR, setelah BI menerapkan kebijakan LTV pada September 2013.

"Tetepi bila diamati secara tahunan KPR untuk rumah tipe kecil justru tumbuh tinggi 28,25% (yoy), melesat jauh di atas pertumbuhan triwulan sebelumnya 7,61% (yoy). Melonjaknya pertumbuhan KPR rumah tipe kecil ini terutama didorong meningkatnya permintaan kredit dari end user," jelasnya.

Di samping itu, tambah Sutikno, perlambatan juga dipengaruhi pergeseran minat investor dalam berinvestasi, yang semula memilih membeli rumah tipe besar bergeser ke rumah tipe kecil dikarenakan tidak terkena ketentuan LTV.

"Meski mengalami perlambatan, namun antusiasme perbankan di Jawa Tengah dalam menyalurkan KPR masih cukup tinggi, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan KPR per Maret 2014 tercatat 21,23% (yoy)," katanya.

Menurut lokasi proyek yang menyerap KPR, Kota Semarang menyerap KPR dengan porsi paling tinggi mencapai 30,62%. Kemudian diikuti kota Solo 7,90%, kabupaten Banyumas 6,20%, kabupaten Semarang 5,82% dan kabupaten Sukoharjo sebesar 5,25%.

Pangsa KPR yang relatif tinggi sejalan dengan terus bertumbuhnya perekonomian. Sehingga mendorong pengembang untuk terus membangun properti residensial di wilayah tersebut.

Melambatnya pertumbuhan KPR juga tercermin dari penjualan rumah pada triwulan pertama 2014. Setidaknya penjualan turun sekitar 25% bila dibandingkan periode sama tahun lalu.

Wakil Ketua DPD REI Jateng Bidang Promosi, Publikasi, Pameran dan Humas Dibya K Hidayat, mengatakan penurunan tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor. Diantaranya bunga KPR yang tinggi, serta tahun Pemilu yang diwarnai politik.

"Kebijakan uang muka minimal 30% juga disebutnya sebagai salah satu faktor yang memengaruhi penurunan penjualan rumah. Dari yang sebelumnya konsumen bisa membeli rumah dengan uang muka 15-20%," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0848 seconds (0.1#10.140)